Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Sumatera Utara

40 membutuhkan sesuai dengan hukum yang berlaku dan nilai-nilai hukum cinta kasih gereja. Pemuda Katolik dalam rangka mengimplementasikan hakikat dan tujuan organisasi sebagai organisasi kader Gereja dan Bangsa memiliki kurikulum pendidikan berjenjang sebagai berikut: Masa Penerimaan Anggota MAPENTA, Kursus Kepemimpinan Dasar KKD, Kursus Kepemimpinan Menengah KKM dan Kursus Kepemimpinan LanjutKKL. 30

5. Sasaran

Sasaran Pemuda Katolik adalah membangun persaudaraan kebangsaan atas dasar penghargaan terhadap martabat manusia, pluralitas sebagai penampakan Allah dan Hak Asasi Manusia, serta mendorong terwujudnya solidaritas sosial sebagai basis kesejahteraan umum.

C. Sejarah Singkat Pemuda Katolik di Sumatera Utara

Setelah mundurnya kekuatan Belanda dari Indonesia pada 1949, umat Katolik yang berpartisipasi sejak awal dalam mengawal kemerdekaan Indonesia menyelenggarakan Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia KUKSI pada bulan Desember di Jogjakarta. Pertemuan ini bagaikan prototip Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia SAGKI sekarang. Diputuskan untuk melebur partai-partai umat Katolik yang bersifat kedaerahan menjadi satu Partai Katolik yang bersifat nasional. Niat itu terlaksana di Semarang pada tahun 1950. Partai Katolik mengikuti Pemilihan Umum 1955 untuk DPR dan Konstituante dengan perolehan 30 Kurikulum pendidikan Pemuda Katolik mengatur pelaksanaan dan materi kegiatan kaderisasi organisasi. Universitas Sumatera Utara 41 kursi yang melebihi kuota umat Katolik. itu berarti partai ini mendapat kepercayaan besar rakyat Indonesia, bukan hanya umat Katolik. Pada tahun 1953 Pater Djajasepoetra SJ diangkat menjadi Vikaris Apostolik Jakarta, menggantikan Mgr Willekens SJ. Ia adalah uskup bumi putera yang kedua di Indonesia. Hubungan dengan Pemerintah Indonesia pada mulanya berjalan baik. Tetapi ketika pengaruh komunisme semakin besar dengan semangat materialisme dan ateismenya yang ditentang oleh Paus Leo XIII sejak Ensiklik Rerum Novarum, 1891 umat Katolik agak renggang dengan Pemerintah. Dengan tegas Mgr Soegijopranoto menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa umat Katolik akan bekerja sama dengan Pemerintah asalkan kebebasan beragama dijamin dan rakyat Indonesia dipimpin terlepas dari materialisme dan sikap ateis. Para Waligereja melakukan sidang pada tahun 1955 di Surabaya dan secara resmi menggunakan nama MAWI Majelis Agung Waligereja Indonesia. Dalam sidang ditekankan agar semua pemimpin umat Katolik menyesuaikan diri dengan cita rasa kebangsaan Indonesia di segala bidang, mulai dari bidang pendidikan. Sidang selanjutnya pada tahun 1960 di Girisonta membahas kemungkinan pendirian hirarki mandiri Gereja Katolik di Indonesia. Menanggapi harapan sidang ini, pada 3 Januari 1961 Paus Yohanes XXIII dengan konstitusi apostolik Quod Christus mendirikan hirarki Gereja katolik di Indonesia. Ini berarti Indonesia bukan tanah misi lagi, tetapi Gereja muda. Semua Prefektur Apostolik dan Vikariat Apostolik ditingkatkan menjadi Keuskupan, dipimpin Uskup Universitas Sumatera Utara 42 masing-masing. Keuskupan-keuskupan yang berdekatan dihimpun menjadi suatu Provinsi Gerejani, dan salah satu Keuskupan ditunjuk menjadi metropolit pusat himpunan sebagai Keuskupan Agung. Ada 6 Keuskupan Agung dan 20 Keuskupan yang disebut Keuskupan Sufragan. Selanjutnya para Uskup Indonesia mengikuti Konsili Vatikan II di Vatikan yang berlangsung 1962-1965, dengan hati was-was karena situasi dalam negeri Indonesia yang semakin panas bergolak, penuh dengan pemberontakan. Pemerintahan menjurus kepada pemerintahan diktator. Presiden Soekarno tumbang pada tahun 1965 setelah kegagalan pemberontakan komunis. Mulailah periode Orde Baru di Indonesia. Gereja pun mengalami banyak pembaruan karena keputusan-keputusan Konsili Vatikan II. Bahasa Indonesia digunakan dalam liturgi menggantikan bahasa Latin. Umat awam diberi kesempatan berperan serta di berbagai hal dalam kegiatan pastoral Gereja. Banyak korban jiwa pada masa pasca pemberontakan yang gagal dari Partai Komunis Indonesia pada 1965. Gereja Katolik dengan kerja keras berusaha mengerem kekejaman yang terjadi di mana-mana. Dengan semangat kasih ditegaskan bahwa yang harus dimusuhi adalah ideologi yang jahat, bukan orangnya. Sambil mengobati luka-luka batin umat Katolik didorong untuk ikut aktif dalam proses pembangunan masyarakat dan negara dari situasi yang porak poranda. Kegagalan panen di mana-mana menyebabkan wabah kelaparan dan penyakit berjangkit. Gereja mengulurkan tangan dengan membagikan sumbangan pangan dan obat-obatan dari sesama umat Katolik luar negeri. Inflasi yang melejit Universitas Sumatera Utara 43 tinggi nyaris melumpuhkan perekonomian. Gereja ikut serta mengembangkan koperasi dan menggalakkan semangat menabung. Ungkapan kasih dan perhatian umat Katolik itu mendapat tanggapan positif dari rakyat kebanyakan. Banyak orang belajar agama Katolik dan memberikan diri dibaptis. Jumlah umat menjadi berlipat ganda. Gereja Katolik serta agama-agama lain mengalami pertumbuhan yang sangat besar terutama di daerah yang dihuni oleh sejumlah besar suku Tionghoa dan etnis Jawa. Dinamika politik yang tidak stabil membuat Gereja turut ambil perhatian terhadap perkembangan komunis di Indonesia. Gereja melihat perkembangan Komunis akan menghambat kebebasan beragama di Indonesia. Geraja beranggapan bahwa komunis akan membuat umat katolik terpecah sehingga perlu dikembangkan wadah-wadah Katolik di Indonesia. Organisasi-organisasi yang berlandaskan Kekatolikan dikembangkan pada tingkat lokal untuk mengantisipasi perkembangan komunis di Indonesia. Pemuda Katolik bersama dengan organisasi yang berlandaskan Katolik seperti Wanita Katolik Republik Indonesia WKRI dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia PMKRI mulai tumbuh di Sumatera Utara mulai tahun 1960-an. 31 Pada tahun 1960-an Pemuda Katolik berdiri di Sumatera Utara di Jalan Lingga No. 02 Kelurahan Toba, Kecamatan Siantar Selatan Pematang Siantar. Pematang Siantar diambil karena jumlah umat yang lebih banyak. Dalam perkembangannya Kantor Komisariat Daerah Sumatera Utara pindah dari 31 Wawancara dengan Oloan Simbolon di Hotel Danau Internasional, Jalan Imam Bonjol No.17 pada 13 Desember 2014 pukul 09:30 Universitas Sumatera Utara 44 Pematang Siantar ke Medan mengikuti Keuskupan 32 dan dilandasi pada keputusan Musyawarah Komisariat Daerah MUSKOMDA Pertama. 33

D. Garis Besar Haluan Organiasi Pemuda Katolik Komisariat Daerah Sumatera Utara