Tujuan Penelitian Signifikasi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: Kerangka Teori

11

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses dan pelaksanaan Pendidikan Politik Pemuda Katolik Komda Sumut. 2. Untuk mengetahui peranan Pemuda Katolik dalam pendidikan politik Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui masalahhambatan dalam melaksanakan pendidikan politik.

D. Signifikasi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara akademis penelitian ini bermamfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu politik khususnya dalam kajian organisasi kepemudaan. 2. Bagi penulis, untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah melalui penelitian ini. 3. Bagi masyarakat, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks Ilmu Politik dan organisasi kepemudaan di Indonesia.

E. Kerangka Teori

Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari mana peneliti melihat objek yang diteliti sehingga penelitian dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi Universitas Sumatera Utara 12 dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 9

1. Pendidikan Politik

Fungsi kerangka teori dalam penulisan skripsi digunakan untuk melihat dan membantu menganalisis sebuah fakta karena teori itu pada dasarnya adalah sebuah penyataan yang menjelaskan kejadian yang sebenarnya yang terdiri dari dua atau lebih variable. Dalam penelitian ini, teori digunakan untuk melihat apakah konsep-konsep teori yang dipaparkan terjadi dalam pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Organisasi Pemuda Katolik Komda Sumatera Utara. Adapun beberapa teori yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: Terdapat dua elemen dalam pendidikan politik yaitu pendidikan dan politik. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran dan pelatihan. 10 9 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES. hal. 37. 10 B.N. Marbun. 2002. Kamus Politik, Jakarta: Mulia Sari. hal. 416. Sedangkan politik berasal dari bahasa Yunani polis yang artinya kota atau negara yang kemudian kata polities yang artinya warga negara. Politik adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktik di lapangan, sehingga dapat dijelaskan tentang bagaimana hubungan antar manusia penduduk yang tinggal di suatu tempat wilayah yang meskipun memiliki perbedaan Universitas Sumatera Utara 13 pendapat dan kepentingan, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. 11 Menurut Ramlan Surbakti, dalam memberikan pengertian tentang pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik. Menurut Ramlan Surbakti sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialog diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. 12 Pendapat tersebut secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Fred I. Greenstain dalam bukunya Political Socialization berpendapat bahwa: Sosialisasi politik adalah semua pembelajaran politik formal dan informal, yang dijalankan secara sengaja dan terencana, yang pada setiap tahap siklus hidup tidak hanya tentang politik yang eksplisit tetapi 11 Asep Kurnia, dkk. 2011. Penelitian Peran Partai Politik dalam Memberikan Pendididikan Politik Bagi Masyarakat, Jakarta: Pancabudi, hal. 47. 12 Ramlan Surbakti. 1999. Memahami Ilmu Polilik, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, hal. 177. Universitas Sumatera Utara 14 juga belajar nominal non politis tetapi juga kebohongan politik sikap sosial yang relevan dan akuisisi dari karakteristik kepribadian relevan secara politik 13 Kartini Katono berpendapat pendidikan politik dapat disebut sebagai political Forming atau Politische Bildung. Disebut “Forming” karena terkandung intensi untuk membentuk insan politik yang menyadari statuskedudukan politiknya ditengah masyarakat dan disebut sebagai “Bildung” pembentukan atau pendidikan diri sendiri karena istilah ini menyangkut aktivitas: membentuk diri sendiri, dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab sendiri untuk menjadi insan politik. . 14 Pendidikan politik menurut Kartini Kartono adalah proses mempengaruhi individu agar dia memperoleh informasi lebih lengkap, wawasan lebih jernih, dan keterampilan politik yang lebih tinggi, sehingga dia bisa bersikap kritis dan lebih intensionalterarah hidupnya. Adapun unsur pendidikan dalam pendidikan politik itu pada hakekatnya merupakan aktifitas pendidikan diri sendiri yang terus- menerus berproses dalam diri sendiri, sehingga yang bersangkutan mampu memahami dirinya sendiri dan situasi-kondisi lingkungan sekitarnya. 15 13 Al Muchtar, Suwarma 2000 Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung. Gelar Pustaka Mandiri, hal.39. 14 Kartini Kartono. 1996. Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa, Bandung: Mandar Maju, hal. 63. 15 Ibid, ha.l 65. Berdasarkan pengertian diatas Kartini Kartono memberikan dua tujuan pendidikan politik yaitu: Universitas Sumatera Utara 15 a. Membuat masyarakat: mampu memahami situasi sosial politik penuh dengan konflik, berani bersikap tegas memberikan kritik membangun terhadap kondisi masyarakat yang tidak mantap dan sanggup memperjuangkan kepentingan dan ideologi tertentu terkhusus yang berkolerasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama. b. Memperhatikan dan mengupayakan: peranan insani dari setiap individu sebagai warga Negara dalam melaksanakan aktulisasi diri dari dimensi sosialnya, mengembangkan semua bakat dan kemampuannya aspek kognitif, wawasan, kritis, sikap positif, keterampilan politik, agar orang bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik demi membangun diri, masyarakat sekitar dan Negara. Adapun fungsi pendidikan politik bagi individu menurut Kartini Kartono mempunyai beberapa fungsi, yaitu: pertama, peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh-sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit sosial dan kedurjanaan. Kedua, memahami mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah masyarakat. Menurut Idrus Affandi dan Leni Anggraeni, mamfaat pendidikan politik yaitu bisa dilihat mulai dari berubahnya pola pemikiran dari masyarakat, dimana ketika masyarakat tidak mengetahui pengetahuan banyak berkenaan dengan pendidikan politik, partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya pun Universitas Sumatera Utara 16 relatif rendah. Akan tetapi ketikan pengetahuan akan pemahaman pendidikan politik sudah banyak, otomatis berdampak terhadapa partisipasi masyarakat untuk menggunakan haknya. 16 16 Affandi, Idrus dan Aggraeni, Leni. 2011. Pendidikan Politik. Bandung: Lensa Medai Pustaka Indonesia. hal. 40. Tema sentral pendidikan politik adalah situasi-situasi konkrit yang menyebabkan secara sosial, untuk dianalisa secara kritis dengan cara-cara sah serta demokratis ditanggulangi bersama-sama dengan pemerintah. Dengan begitu berlangsung demokratisasi di segala bidang kehidupan; khususnya untuk menentang anakronisme feodal dalam kempemimpinan politik, mengarah pada proses demokratisasi yang lebih maju. Oleh sebab itu harus sejajar dengan pembaharuan terhadap stuktur-struktur politik dan struktur kemasyarakatan. Pendidikan politik tidak hanya diarakan pada perubahan-perubahan sikap-sikap individu-individu saja, akan tetapi juga diarahkan pada pembahruan bentuk- bentuk struktur politik dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pendidikan politik dengan tugas pokok membangun kekuatan-kekuatan kontra untuk memberantas macan-macam distorsi pemutar-balikan, pengubahan bnetuk ke arah yang salah, pemuntiran dan situasi-situasi yang tidak melegakan hati penuh disharmoni, pertentangan dan persaingan. Dengan begitu pendidikan politik diarahkan pada humanisasi masyarakat Indonesia, agar melegakan untuk dihuni oleh rakyat; dan tidak boleh indoktrinatif sifatnya. Semua upaya untuk memelekkan secara politik penduduk Indonesia itu tidak luput dari kesulitan dan hambatan, antara lain berupa: Universitas Sumatera Utara 17 a. Amat sulit menyadarkan rakyat akan kondisi diri sendiri yang diliputi banyak kesengsaraan dan kemiskinan, sebagai akibat terlalu lamanya hidup dalam iklim penindasan, penghisapan dan penjajahan, sehingga mereka menjadi “terbiasa” hidup dalam keseba kekurangan dan ketertinggalan. Sulit mendorong mereka ke arah konsientisasi-diri mengungkapkan segala problema yang tengah dialami. b. Apatisme politik dan sinisme politik yang cenerung mejaadi sikap putus asa itu mengakibatkan rakyat sulit mempercayai usaha-usaha edutkati dan gerakan-gerakan politik yang dianggap palsu dan menina-bobokan rakyat belaka; sulit pula untuk mengajak mereka berpikir lain dengan nalar jernih. Bahkan banyak diantara masa rakkya yang takut pada kemerdekaan dirinya. c. Dengan latar pendidikan yang rendah atau kurang, rakyat kebanyakan sulit memahami kompleksitas sutuasi sosial dan politik yang ada disekitarnya. d. Para penguasa yang otoriter cenderung tidak menghendaki adanya pendidikan politik, karena mereka berkepentingan sekali dengan status quo dan pelestarian rezimnya. Partisipasi aktif dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan oleh rakyat itu tidak dikehendaki, sebab mengurangi kebebasan dan kekuatan organ-organ ketatanegaraan. 17 Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, maka teori pendidikan politik menurut Kartini Katono dalam penelitian ini digunakan untuk memahami 17 Kartono, kartini. 2009. Opcit. hal. 71-73. Universitas Sumatera Utara 18 pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik. Teori ini akan melihat sejauh mana proses pendidikan politik yang dilaksanakan Pemuda Katolik untuk membuat masyarakat untuk memperoleh informasi tentang kegiatan-kegiatan politik yang mengarah tingkat kritis masyarakat dalam melihat fenomena politik. Peneliti menggunakan teori ini didasarkan pada orientasi penelitian ini yang ingin menggambarkan pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Pemuda Katolik. Teori ini akan digunakan oleh peneliti untuk mengalisis sejauh mana pendidikan politik yang telah dilaksanakan. Berdasarkan fungsi pendidikan politik diatas peneliti dapat menggunakannya sebagai acuan dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan kepada responden sesuai dengan rumusan masalah.

2. Perilaku Organisasi

Organisasi menurut Stephen Robbins adalah: “Unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” 18 Adapun tujuan bersama adalah adanya anggapan bahwa tujuan yang ingin dicapain oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan ini didasarkan pada asumsi bahwa tujuan didirikannya organisasi adalah agar para anggotanya bisa mencapai tujuan 18 Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2008. Pelilaku Organisasi. Edisi 12 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. hal. 14. Universitas Sumatera Utara 19 yang dikehendaki. Oleh karenanya, selama mereka masih mau bergabung dengan organisasi berarti mereka juga mau saling membantu dalam mencapai tujuan masing-masing . Keinginan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama itulah yang disebut sebagai tujuan bersama. Perilaku organisasi adalah bidang ilmu yang terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat guna membantu manajer dan masyarakat pada umumnya untuk memahami manusia secara lebih baik sehingga dapat dicapai peningkatan produktifitas, kepuasan pelanggan, dan potensi kompetitif yang lebih baik melalui penerapan manajemen yang baik. 19 Perilaku organisasi menurut Robbins adalah bidang ilmu yang menyelidiki dampak dari pengaruh indidividu, kelompok dan struktur dalam organisasi terhadap perilaku orang-orang yang terlibat didalamnya yang bertujuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam meningkatkan efektifitas organisasi. 20 Perilaku organisasi mencakup pembahasan tentang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya, juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi yang berada, serta bertujuan untuk memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi. Definisi tentang perilaku organisasi selalu titik awal pemberangkatannya dimulai dari perilaku manusia dan atau lebih banyak menekankan pada aspek-aspek 19 Setot Iman Wahjono. 2010. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 5. 20 Makmuri Muchlas. 2005. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 12. Universitas Sumatera Utara 20 psikologi dari tingkah laku individu. Hal-hal lain yang kiranya bisa dipertimbangkan, seperti yang dijelaskan oleh Duncan, antara lain: 21 a. Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu tingkah laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi. Oleh karenanya, semenjak uang merupakan bagian dari alasan orang untuk mencari pekerjaan, maka aspek ekonomi tertentu adalah relevan bagi ilmu perilaku organisasi ini. b. Perilaku organisasi sebagaimana suatu disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Oleh karena ilmu ini memperhitungkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu. Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan bisa dijalankan. Sehingga kesimpulannya perilaku organisasi mengusulkan beberapa cara agar usaha-usaha individu itu bisa terkoordinir dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

F. Defenisi Konsep