27
2.1.2.1 Bentuk Pembayaran Dividen Kas
Menurut Abdul Halim 2005 : 94, ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu dividen dalam jumlah rupiah stabil, dividen dengan rasio
pembayaran konstan, dan dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.
1. Dividen dalam jumlah rupiah stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen
yang stabil, artinya dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per
lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil ini dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
2. Dividen dengan rasio pembayaran konstan Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan
persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah
akan berfluktuasi.
3. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra Pembayaran dividen ini hannyalah merupakan modifikasi dari cara 1
dan 2 di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa
besarnya dividen mereka. Apabila perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.
2.1.3 Konsep Laba
Penghasilan income adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurut Muqodim 2005 : 110
laba dalam teori akuntansi lebih menunjuk pada konsep FASB disebut dengan
28 laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih
selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas
atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan
konsep yang paling sempit sedangkan pendapatan merupakan konsep paling luas.
Menurut Suwardjono 2005 : 455 makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam
akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, pendapatan dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan
sebagaimana digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Konsep laba yang dinyatakan dalam IAI 2007 : 23 adalah sebagai
berikut, Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau
kejadian tertentu diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pengaitan pendapatan dan beban matching revenue and
expense. Beban termasuk jaminan beban dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal bila
kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak
dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai
kewajiban.
2.1.4 Laba Akuntansi
Laba akuntansi dilaporkan di dalam laporan laba rugi perusahaan dan menggunakan konsep akrual. Belkaoui 2000 : 332 menyatakan bahwa laba
29 akuntansi secara operasional didefenisikan sebagai perbedaan antara realized
revenues yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historycal cost biaya historis laba diukur
berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang
dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya. Menurut Harahap 2007 : 297 ”Laba akuntansi adalah perbedaan antara
pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu.” Laba akuntansi yang dilaporkan pada laba rugi merupakan merupakan laba
akuntansi. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu
pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba ekonomi. Akuntansi akrual berusaha untuk memperoleh pengukuran laba yang
mempertimbangkan baik arus kas kini maupun transaksi terhadap arus kas masa depan.
Laba akuntansi accounting income secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang
terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkoui menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima
karakteristik berikut Belkoui, 1993 : 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang
berasal dari penjualan barang atau jasa.
30 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodeisasi dan mengacu
pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya expenses dalam bentuk biaya historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan matching antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut. Kelima karakteristik laba akuntansi di atas memungkinkan untuk
menganalisis keunggulan dan kelemahan laba akuntansi. Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut Belkoui, 1993 :
1. Laba akuntansi bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara objektif, dapat diuji kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual, yang
didukung bukti objektif.
3. Laba akuntansi memenuhi kriteria konservatisme, dalam arti akuntansi tidak mengakui perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang
direalisasi.
4. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian, terutama pertanggungjawaban manajemen.
Sementara itu, kelemahan mendasar dari laba akuntansi terletak pada relevansinya dalam proses pengambilan keputusan. Kelemahan laba
akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut Belkoui, 1993 : 1. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan aktiva yang belum direalisasi
dalam satu periode karena prinsip cost histories dan prinsip realisasi. 2. Laba akuntansi yang didasarkan pada cost histories mempersulit
perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan cost dan metode alokasi.
31 3. Laba akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost histories, dan
konservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.
Tanpa memperhatikan masalah-masalah yang muncul atas keunggulan dan kelemahan laba akuntansi, informasi laba sebenarnya dapat digunakan
untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Menurut Febrianto dan Widiastuty 2005, ketiga angka laba akuntansi yakni laba kotor, laba operasi dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran
efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja yang diutamakan dalam penilaian kinerja perusahaan
adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di masa mendatang dengan lebih baik. Penilaian kinerja
perusahaan ini didasarkan melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba operasi dan laba bersih.
Menurut Muqodim 2005 : 131, “Didalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba
kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak”. Sehingga dalam menetukan basarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari
perhitungan setelah pajak. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai Suwardjono, 2005 : 456
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi rate of retun on
invested capital.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
32 3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara. 5.Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan
public. 6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus. 8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
2.1.5 Laba Tunai