3.3. Goal Programming
3.3.1. Terminologi Goal Programming
Formulasi goal programming Dylan, 2010 pertama kali dikenalkan oleh Charnes 1955 dalam bidang Excecutif compensation. Defenisi dasar dan konsep
dari bidang multicriteria decision making dan mathematical programming adalah untuk goal programming, sehingga goal programming dapat didefenisikan dalam
banyak bidang, yaitu 1.
Sebagai decision makers, pembuat keputusan yang dimaksud adalah perorangan, organisasi, atau pemegang saham yang memiliki masalah dalam
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki. 2.
Sebagai decision variable, yaitu faktor-faktor yang ingin dikontrol. Decision variable menjelaskan masalah dan formulasi keputusan yang akan dibuat.
Tujuan dari goal programming adalah dapat menunjukkan seluruh kombinasi yang mungkin digunakan sebagai variabel yang dapat menerjemahkan titik
tujuan pencapaian dengan batasan-batasan yang dimiliki. 3.
Criterion yaitu pengukuran yang digunakan sebagai solusi terbaik, ada banyak kriteria dalam berbagai bidang pencapaian yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, tetapi hanya ada beberapa yang paling diutamakan berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, beberapa level
kriteria seperti: a.
Cost b.
Profit c.
Waktu
Universitas Sumatera Utara
d. Jarak
e. Kinerja sistem
f. Strategi perusahaan
g. Tujuan khusus perorangan pemegang saham
h. Berbasiskan keamanan safety
Objective yaitu kriteria dengan informasi tambahan yang memiliki tujuan tertentu seperti maksimisasi atau minimisasi yang mana dipilih berdasarkan skala
kepentingan, seperti meminimisasi biaya atau maksimisasi kinerja sistem, sedangkan permasalahan dengan tujuan untuk maksimisasi dan minimisasi disebut
sebagai multi-objective optimization problem. Goal mengacu pada kriteria dan level yang ditargetkan yang ingin dicapai.
Terdapat tiga tipe prinsip dari fungsi tujuan yang ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Tiga Tipe Prinsip Fungsi Tujuan Tipe Goal
Keterangan Contoh
1 Pencapaian level target
adalah titik batas atas at most the target level
Cost tidak boleh lebih dari anggaran 1 M
2 Mencapai setidaknya level
yang telah ditargetkan at least the target level
Memproduksi setidaknya 20 item produk
3 Pencapaian tepat pada level
yang ditargetkan Pekerja hanya 20 orang
saja.
Sumber: Dylan Jones dan Mehrdad Tamiz, 2010
Variabel deviasi mengukur perbedaan antara level target pada sebuah kriteria dan nilai yang akan dicapai yang dianggap sebagai solusi. Kalau nilai
Universitas Sumatera Utara
yang dicapai diatas level target maka perbedaan nilai yang diberikan disebut variabel deviasi positif. Kalau nilai yang dicapai dibawah level target maka
disebut variabel deviasi negatif. Makna dari goal programming adalah minimisasi variabel deviasi yang
tidak diinginkan, untuk goal tipe 1 yaitu less is better atau nilai yang lebih rendah adalah lebih baik maka variabel deviasi positif dianggap sebagai variabel deviasi
yang tidak diharapkan, untuk goal tipe 2 more is better atau nilai yang melebihi target lebih baik, maka variabel deviasi negatif dianggap sebagai variabel deviasi
yang tidak diharapkan, sedangkan untuk goal tipe 3 kedua variabel deviasi positif dan negatif dianggap sebagai variabel deviasi yang tidak diharapkan.
Konstrain adalah fungsi kendala yang menunjukkan pembatasan dalam variabel keputusan yang harus dipenuhi agar solusi dapat diterapkan dalam paktik.
Konstrain berbeda dengan konsep dari goal, yang apabila tidak tercapai secara tidak langsung membuat solusi tidak dapat diterapkan. Konstrain secara normal
adalah sebuah fungsi persamaan atau pertidaksamaan. Tanda pembatas adalah sebuah tanda atau simbol yang membatasi
keputusan tunggal atau variabel deviasi untuk menunjukkan range nilai. Tanda pembatas yang paling umum adalah untuk menunjukkan variabel non-negative
dan berlangsung terus-menerus kontinu. Daerah feasible adalah daerah solusi yang menunjukkan seluruh fungsi
kendala dipenuhi dan goal programming memenuhi tanda pembatas. Beberapa solusi yang berada didalam daerah feasible dapat digunakan atau
diimplementasikan dalam praktik.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Filosofi yang Mendasari