Distribusi Pengrajin Menurut Umur Distribusi Pengrajin Menurut Tingkat Pendidikan

commit to user Range adalah jarak antara data terkecil sampai dengan data terbesar, atau sama dengan selisih data terkecil dengan data terbesar. c Menentukan panjang kelas Selaras dengan rumus Sturge, maka interval kelas atau panjang kelas ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Dimana : Ci = interval kelas R = range k = jumlah kelas Setiap variabel memiliki interval kelas yang berbeda-beda, sehingga untuk menjelaskan deskriptif dari variabel-variabel yang ada dalam penelitian masing-masing dijelaskan dibawah ini :

1. Distribusi Pengrajin Menurut Umur

Umur merupakan berapa usia para pengrajin shuttlecock pada saat ini dan diukur dalam satuan tahun. Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15 - 64 tahun. Hasil penelitian pengrajin shuttlecock di Kecamatan Serengan diketahui bahwa usia tertua adalah 61 tahun dan yang termuda adalah 25 tahun. Dari hasil perhitungan didapat interval kelas sebesar 5,143 dibulatkan menjadi 5. Maka distribusi umur responden adalah sebagai berikut : Ci = k R commit to user Sumber : Data primer diolah, 2010 Sesuai dengan gambar 4.1 diatas diketahui dalam penelitian ini jumlah responden yang umurnya 25-29 tahun sebesar 7,8, umur 30-34 tahun sebesar 10,4, umur 35-39 tahun sebesar 23,4, umur 40-44 tahun sebesar 19,5, umur 45-49 tahun sebesar 16,9, umur 50-54 tahun sebesar 11,7, dan umur diatas 55 tahun sebesar 10,4. Gambar 4.1 menjelaskan umur responden yang paling dominan pada 35-39 tahun sebesar 23,4 dari total pengrajin. Hal ini memperlihatkan usaha shuttlecock sangat menarik bagi pengrajin-pengrajin muda. Pada usia produktif biasanya seseorang lebih mudah mengadopsi suatu inovasi dan memiliki kemampuan fisik yang lebih baik, sehingga dapat mengelola usaha shuttlecock lebih maksimal. commit to user

2. Distribusi Pengrajin Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan usaha shuttlecock. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden, maka mempunyai distribusi seperti gambar berikut ini : Sumber : Data primer diolah, 2010 Sesuai dengan gambar 4.2 diatas dapat diketahui dalam penelitian ini jumlah responden yang berpendidikan tamat SD sebanyak 37,7, pendidikan tamat SMP sebanyak 28,6, pendidikan tamat SMA 27,3, pendidikan tamat D1D2D3 sebanyak 5,2 dan yang berpendidikan tamat D4S1S2S3 sebanyak 1,3. Gambar 4.2 menjelaskan sebagian besar pengrajin shuttlecock mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu 37,7 pengrajin hanya tamat commit to user SD, tetapi ada juga yang mempunyai tingkat pendidikan sampai Perguruan Tinggi. Dengan melihat tingkat pendidikan para pengrajin shuttlecock di Kecamatan Serengan Kota Surakarta yang masih tergolong rendah SD, maka pola pikir mereka dalam sistem pengelolaan manajemen juga masih cukup sederhana sehingga produktivitas maksimal belum bisa tercapai.

3. Distribusi Pengrajin Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga