2.3. Iklim Organisasi
2.3.1. Definisi Iklim Organisasi
Ada berbagai definisi tentang iklim organisasi yang diungkapkan oleh para ahli di antaranya suatu pernyataan
yang menyatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu set sifat yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik
secara langsung maupun tidak langsung dipersepsikan oleh karyawan yang bekerja didalam lingkungan organisasi
yang mempengaruhi dan memotivasi perilaku mereka. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Litwin and Stringer
1968 dalam Holloway 2012 yang memberikan definisi iklim organisasi sebagai berikut: organizational climate as
the set of measurable properties of the work environment that is either directly or indirectly perceived by the employees
who work within the organizational environment that influences and motivates their behavior.
Davis and Newstrom 2001 memandang iklim organisasi sebagai lingkungan manusia yang di dalamnya
para pegawai suatu organisasi melakukan pekerjaaan mereka. Dari pengertian ini tampak bahwa iklim organisasi
menyangkut semua lingkungan yang ada atau yang
dihadapi oleh pegawai yang berada dalam suatu organisasi yang mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan tugas-
tugas keorganisasiannya. Kemudian dikemukakan oleh Gibson et al 1996 bahwa iklim organisasi merupakan
serangkaian keadaan lingkungan dalam organisasi yang dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh para
karyawan, dan diasumsikan merupakan kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perilaku karyawan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa iklim
organisasi adalah
suatu kumpulan keadaan lingkungan kerja baik secara langsung
maupun tidak langsung dirasakan atau dihadapi karyawan yang mempengaruhi perilakunya dalam melaksanakan
tugas-tugas.
2.3.2. Dimensi Iklim Organisasi
Stringer 1968 dalam Wirawan 2007 menyebutkan bahwa karakteristik atau dimensi iklim organisasi dapat
mempengaruhi motivasi
anggota organisasi
untuk berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi
yang diperlukan, yaitu:
1. Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa
karyawan diorganisasi
dengan baik
dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan
tanggung jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.
2. Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan
untuk memperbaiki
kinerja dan
derajat kebanggaan
yang dimiliki
karyawan dalam
melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam
perusahaan. 3.
Tanggung jawab.
Merefleksikan perasaan
karyawan bahwa mereka menjadi “pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat
mengenai keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.
4. Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan
yang layak setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang
terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.
5. Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan
mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan
dengan rekan kerja yang lain. 6.
Komitmen. Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi. Meliputi
pemahaman karyawan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Sementara itu, menurut Pines 1982 dalam Elfrida 2009 bahwa iklim organisasi dapat diukur melalui empat
dimensi yaitu: 1.
Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi, kurang pemenuhan sendiri
dan kurang inovasi. 2.
Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian antara keperluan
kerja dan struktur fisik. 3.
Sosial, yaitu meliputi interaksi dengan klien dari segi kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya,
rekan sejawat tingkat dukungan dan kerja sama
4. Birokratik, yaitu meliputi undang-undang dan
peraturan-peraturan, konflik
peranan dan
kekaburan peranan. Dalam penelitian ini, pengukuran iklim organisasi
mengacu pada dimensi-dimensi iklim organisasi seperti yang dikemukakan oleh Stringer 1968 dalam Wirawan
2007 karena memiliki cakupan dimensi iklim organisasi yang lebih luas dibandingkan apa yang dikemukakan oleh
Pines 1982 dalam Elfrida 2009, selain itu dimensi- dimensi iklim organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
Pines tersebut juga telah terkandung dalam dimensi- dimensi iklim organisasi sebagaimana dikemukakan oleh
Stinger. 2.3.3.
Faktor-faktor Yang
Memengaruhi Iklim
Organisasi
Disadari bahwa satu iklim organisasi tidak dapat begitu saja terjadi dengan sendirinya. Dalam hal ini ada
beberapa faktor penentu terjadinya iklim organisasi. Steers 1980 dalam Idrus 2006 mengemukakan setidaknya ada
4 empat komponen yang menentukan satu iklim organisasi, yaitu:
1. Struktur kebijakan organisasi, yang dimaksud
adalah semakin
tinggi tingkat
sentralisasi, formalisasi dan ketatnya orientasi pada peraturan
akan semakin
kaku lingkungan
organisasi, sehingga akan menimbulkan ketertutupan dan
bahkan kadang
disertai kondisi
ancaman. Sebaliknya semakin besar otonomi dan kebebasan
menentukan tindakan sendiri yang diberikan pada individu dan semakin banyak perhatian pihak
menejer yang ditujukan pada para pegawainya, akan semakin baik iklim kerjanya. Baiknya iklim
organisasi tersebut ditunjukkan dengan adanya sikap keterbukaan, penuh kepercayaan dan
tanggungjawab. 2.
Teknologi yang digunakan dalam organisasi. Teknologi yang rutin cenderung menciptakan iklim
yang beroreintasi pada peraturan dengan tingkat kepercayaan
serta kreativitas
yang rendah.
Sebaliknya, teknologi yang lebih dinamis dan berubah-ubah akan menjurus kepada komunikasi
yang terbuka,
kepercayaan, kreativitas
dan
penerimaan tanggungjawab
pribadi untuk
penyelesaian tugas yang tinggi. 3.
Lingkungan luar organisasi. Pendapat ini berasumsi bahwa peristiwa atau faktor dari luar
yang secara khusus berkaitan dengan pegawai diduga mempunyai pengaruh terhadap iklim
organsiasi. Contoh untuk komponen ini salah satunya adalah kondisi krisis moneter seperti yang
pernah terjadi di Indonesia, karena kondisi ini banyak organisasi yang harus mem-PHK para
karyawannya. Pada sisi lain, dengan adanya PHK terhadap teman sekerjanya, mereka yang masih
tinggal cenderung merasakan iklim yang ada di organisasinya cenderung “mengancam”, sehingga
memunculkan situasi yang tidak ada kehangatan, lemahnya dukungan, rendahnya motivasi kerja
karyawan. 4.
Kebijakan dan praktek menejemen yang dilakukan organisasi. Seorang menejer yang lebih banyak
memberikan umpan balik, otonomi dan identitas pekerjaan para pegawainya tampaknya lebih
berhasil menciptakan
iklim organisasi
yang berorientasi pada prestasi. Di pihak lain menejer
yang menekankan
pada peraturan
justru menjadikan
pegawai memiliki
sikap tidak
bertanggungjawab. Mondy 1980 dalam Idrus 2006 mengungkap empat
faktor utama yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu: 1 kelompok kerja, yang terdiri dari kesepakatan, moral
kerja, kesejawatan; 2 pengawasan menejer, antara lain berupa penekanan pada hasil dan tingkat kepercayaan; 3
karakteristik organisasi yang terdiri dari ukuran besar kecilnya organisasi, kekompakkan organisasi, keformalan
dalam organisasi dan otonomi; 4 proses administrasi antara lain terdiri dari sistem penghargaan dan sistem
komunikasi.
2.4. Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Pengaruh