56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lembaga TK Negeri Pembina Panjatan
Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Panjatan Kulon Progo. Secara geografis letak sekolah berada di kota kecamatan persisnya di dekat
persawahan serta kantor-kantor baik kantor kepala desa, kantor UPTD PAUD dan DIKDAS, puskesmas, serta kantor kecamatan. TK Negeri Pembina Panjatan
beralamat di Pedukuhan II Panjatan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo.
Terdapat 75 anak 25 anak kelas A, 25 anak kelas B1, dan 25 anak kelas B2, lima guru dua guru kelas A, satu guru kelas B1, dan dua guru kelas
B2, dan satu penjaga sekolah. CD. 2
Sekolah ini terdiri dari dua kelompok belajar, terdiri atas kelompok A satu kelas, kelompok B dua kelas, yaitu kelas B1 dan B2. Jumlah anak secara keseluruhan 75
anak, masing-masing kelas terdapat 25 anak. Jumlah tenaga pendidik ada lima orang yang mengampu kelas A terdapat dua guru, kelas B1 satu guru, dan
kelompok B2 dua guru. Jumlah tenaga kependidikan ada dua orang, yaitu kepala sekolah dan penjaga sekolah.
2. Visi dan Misi TK Negeri Pembina Panjatan
Visi TK Negeri Pembina Panjatan adalah terwujudnya peserta didik yang cerdas, sehat, dan ceria berdasarkan iman dan taqwa.
Indikator Visi:
a. Cerdas : 1 Memecahkan masalah sederhana
2 Rasa ingin tahu yang tinggi
3 Kesimpulan dengan tepat
b. Terampil : 1 Cakap dalam menyelesaikan tugas
2 Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
57 c.
Sehat dan Ceria : 1 Memberikan asupan gizi yang seimbang 2
Memberi dan menjawab salam 3
Mau memberi dan meminta maaf 4
Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
Misi Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Panjatan a.
Melatih anak memecahkan masalah sederhana b.
Membiasakan pola hidup sehat c.
Memberi contoh untuk tampil berseri-seri d.
Melatih anak untuk melakukan kegiatan ibadah rutin e.
Melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan aturan yang berlaku secara rutin CD.1
Berdasarkan catatan dokumentasi diperoleh data bahwa visi TK Negeri Pembina Panjatan adalah terwujudnya peserta didik yang cerdas, sehat, dan ceria
berdasarkan iman dan taqwa. Usaha dalam mewujudakan visi yaitu melalui misi TK Negeri Pembina Panjatan yang meliputi melatih anak memecahkan masalah
sederhana, membiasakan pola hidup sehat, memberi contoh untuk tampil berseri- seri, melatih anak untuk melakukan kegiatan ibadah rutin, dan melaksanakan
penilaian terhadap pelaksanaan aturan yang berlaku secara rutin. Pelaksaan misi sekolah didukung oleh semua warga sekolah, orang tua wali murid, dan
masyarakat sekitar. 3.
Sejarah Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK Negeri Pembina Panjatan
Dimulai sejak Tahun Ajaran 20142015 sudah dimulai diterapkan kontekstual. Sebenarnya kalau di TK itu kan dari dulu sudah kontekstual,
tetapi baru akhir-akhir ini digencar-gencarkan. Jadi, guru sudah enjoy saja membuat narasi-narasi pembelajaran kontekstual. CW.1.1
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah, diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK
Negeri Pembina Panjatan dimulai sejak Tahun Ajaran 20142015. Pada dasarnya, Pendidikan Anak Usia Dini khususnya Taman Kanak-Kanak sudah menerapkan
58 pembelajaran Contextual Teaching Learning sejak dulu. TK Negeri Pembina
Panjatan pada awalnya menerapkan pembelajaran menggunakan KTSP, tetapi sejak Tahun Ajaran 20142015 ketika digencar-gencarkan kurikulum 2013 yang
penerapannya saintifik dan kontekstual, TK Negeri Pembina Panjatan ikut serta menerapkan kurikulum tersebut. Penerapan pembelajaran Contextual Teaching
Learning di TK Negeri Pembina Panjatan didasari oleh sebuah alasan. Karena anak itu biar lebih tau benda langsung yang dibicarkan itu mbak,
misalnya kan kalau di TK hanya ceramah saja atau bercerita anak-anak kurang tertarik dan kurang jelas. Apabila guru menerangkan dengan
menunjukkan benda atau barang yang sebenarnya, anak akan mudah mengingat dan memahami apa yang dimaksud guru dalam belajar
mengajar. Kalau hanya dicerikan saja kadang mudah hilang, kalau anak melihat kan insyaAllah akan melekat dalam diri anak. CW.1.2
Hasil wawancara oleh kepala sekolah menunjukkan bahwa alasan yang mendasari penerapan pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK Negeri
Pembina Panjatan adalah agar anak lebih tahu, mudah mengingat, dan memahami materi yang sedang disampaikan guru melalui benda langsung. Guru tidak sekedar
ceramah atau bercerita sehingga anak-anak menjadi kurang tertarik dan kurang jelas. Jika guru hanya bercerita saja, maka pengetahuan diperoleh anak akan
mudah hilang. Pembelajaran yang disampaikan melalui benda yang kontekstual akan membuat pengetahuan yang diterima anak melekat dalam diri anak. Selain
alasan yang mendasari penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK Negeri Pembina Panjatan, kepala sekolah menyampaikan tujuan
dari penerapan pembelajaran itu sendiri. Mengenalkan langsung anak dengan alam sekitar, jadi anak biar tau di
lingkungan sekitarnya itu ada apa, ciptaan siapa, seperti itu diantaranya. Jadi anak bisa memahami bahwa kita semua itu ada yang menciptakan.
59 Penyampaiannya bisa dilakukan dengan cara bermain, bernyanyi, itu kan
penerapannya lebih mudah dihafalkan untuk anak-anak. CW.1.3
Hasil wawancara menunjukkan bahwa tujuan dari penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK Negeri Pembina Panjatan
adalah mengenalkan secara langsung anak dengan alam sekitar agar anak menjadi tahu dan mengenal lingkungan sekitarnya. Banyak hal yang dapat diperoleh anak
dari lingkungan sekitar, misalnya benda apa saja yang ada dan siapa yang menciptakannya. Anak akan memahami bahwa semua yang ada di dunia ini ada
yang menciptakan. Penyampaian pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan bermain dan bernyanyi.
4. Sarana dan Prasarana yang Mendukung Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching Learning TK Negeri Pembina Panjatan Sekolah TK Negeri Pembina Panjatan memiliki sarana dan prasarana yang
mendukung penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning. Sarana dan prasarana yang mendukung dibagi menjadi dua, yaitu yang ada di
dalam dan di luar ruangan. Sarana dan prasarana yang ada di dalam ruangan meliputi ruang kelas, area bermain indoor, media pembelajaran audio visual, alat
peraga, dan alat permaianan edukatif. Sarana dan prasarana yang ada di luar ruangan yaitu area bermain outdoor.
Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Contextual Teaching Learning di TK Negeri Pembina Panjatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Ruang kelas
Di TK Negeri Pembina Panjatan terdapat tiga kelas, yaitu kelas A, kelas B1, dan kelas B2. Luas masing-masing ruang kelas adalah 8 x 8 meter. Kelas A
60 berada di sebelah barat ruang dapur. Ruang kelas A sudah berdinding tembok,
beratap asbes, dan berlantai keramik. Bangunan kelas ini masih sangat bagus sehingga sangat nyaman digunakan untuk pembelajaran. Ruang kelas B1 terletak
diantara ruang kelas A dan B2. Ruang kelas B1 berdinding tembok, beratap asbes, dan berlantai keramik. Begitu pula ruang kelompok B2 yang berdinding tembok,
beratap asbes, dan berlantai keramik. Kondisi masing-masing ruang kelas yang nyaman dan aman sangat mendukung kegiatan pembelajaran, sehingga anak-anak
sangat antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. 2
Area bermain indoor Area bermain indoor terdapat di dalam kelas masing-masing. Di area
bermain indoor terdapat beberapa media dan alat permainan yang dapat digunakan anak untuk bermain dan belajar. Alat permainan yang tersedia berasal
dari barang bekas dan dari toko yang meliputi lego, angklung, kardus bekas, teklek, bola, balok, kartu angka, boneka tangan, ketipung, alat menganyam, dan
telepon mainan. 3
Media pembelajaran audio visual Media audio visual yang digunakan adalah laptop.
4 Alat peraga
Alat peraga masing-masing berada di dalam kelas. Alat peraga yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pembelajaran berasal dari toko yang
dibeli oleh sekolah dan buatan guru sendiri. Alat peraga yang berasala dari toko meliputi gambar presiden dan wakil presiden, pancasila, wayang, laptop,
handpone, besekan, bendera, angklung, dan lain-lain. Alat peraga yang dibuat
61 oleh guru sendiri meliputi sudi, takir, topeng, tiruan wayang, peta Indonesia,
telepon sederhana dan tiruan aquarium. 5
Alat permainan edukatif Terdapat berbagai macam alat permainan edukatif yang ditata di dalam rak
masing-masing kelas. Adapun alat permainan edukatif yang tersedia meliputi lego, angklung, kardus bekas, teklek, bola, balok, kartu angka, boneka tangan,
ketipung, alat menganyam, dan telepon mainan. Sebagian besar kondisi alat permainan edukatif masih baik, tetapi ada pula yang sudah rusak seperti telepon
mainan, bola, dan boneka tangan. 6
Area bermain outdoor Area bermain outdoor terdapat di luar kelas, tepatnya di belakang ruang
kelas, di halaman ruang kelas A dan B1, dan di belakang kantor kepala sekolah dan perpustakaan. Area bermain outdoor meliputi bola dunia, jungkat-jungkit,
ayunan, piring terbang, perosotan, lapangan sepak bola, lapangan basket, arena pasir, dan jembatan goyang. Area bermain outdoor sering digunakan anak ketika
jam sekolah baik di pagi hari, jam istirahat, dan sepulang sekolah. Adapula beberapa anak yang tinggal di sekitar sekolah bermain di area ini hingga sore hari.
Area bermain outdoor terkadang digunakan guru saar pembelajaran di luar kelas, misalnya ketika bermain sunda manda, lari estafet, atau bermain pasir.
Berikut adalah penerapan pembelajaran model Contextual Teaching Learning dalam pengembangan kognitif anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Panjatan
yang diperoleh dari hasil wawancara berupa catatan wawancara, dokumentasi
62 berupa catatan dokumentasi, dan observasi berupa catatan lapangan. Penerapan
pembelajaran dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 5.
Perencanaan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning pada Kelompok B2 di TK Negeri Pembina Panjatan
Perencanaan pembelajaran sangat diperlukan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Hal-hal yang perlu direncanakan dalam penerapan
model pembelajaran Contextual Teaching Learning meliputi: a
Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah sebagai
berikut: KD kita pilih yang sesuai dengan tema. Kita memilih KD yang mencakup
enam lingkup perkembangan yang sesuai dengan tema. CD.2.1
Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh data bahwa Kompetensi Dasar dipilih sesuai dengan tema. Guru memilih Kompetensi Dasar yang mencakup enam
lingkup perkembangan disesuaikan dengan tema. Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi dan observasi yang menunjukkan bahwa pada saat membuat RPPH
dengan temasubtema: tanah airkumerti desa, guru memilih KD mengenal benda- benda di sekitar.
Berdasarkan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa cara menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah
dengan cara memilih yang sesuai dengan tema. b
Menentukan indikator pencapaian hasil belajar Indikator pencapaian hasil belajar kita ambil dari KD. Kita menciptakan
indikator. Indikator pencapaian hasil belajar bisa dilihat di Peraturan
63 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. CW.2.3
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa indikator pencapaian hasil
belajar dipilihditentukan berdasarkan dari Kompetensi Dasar. Indikator pencapaian hasil belajar bisa dilihat di Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini yang mencakup enam aspek perkembangan
meliputi nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, dan seni.
c Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak berdasarkan hasil wawancara oleh guru kelas diperoleh data bahwa setiap minggunya pembelajaran
selama 900 menit, sehingga setiap harinya pembelajaran berlangsung 2,5 jam. Waktu 2,5 jam masih dibagi lagi menjadi kegiatan awalpembukaan 30 menit,
kegiatan inti 60 menit, istirahat 30 menit, dan kegiatan penutup selama 30 menit. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan
pembelajaran berlangsung sejak pukul 07.30-10.00. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi perencanaan pembelajaran, menunjukkan bahwa alokasi waktu
pembelajaran berlangsung selama 2,5 jam, yaitu sejak pukul 07.30-10.00 WIB. Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa alokasi pembelajaran berlangsung selama 2,5 jam atau 150 menit setiap harinya. Dibagi menjadi kegiatan awal 30 menit,
kegiatan inti 60 menit, istirahat 30 menit, dan kegiatan akhir 30 menit.
64 d
Menentukan tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran kita tentukan dari pengambilan materi pembelajaran.
Dari RPPM kan kita sudah mempunyai materi, untuk tujuan pembelajarannya kita mengacu ke materi pembelajaran. CW.2.6
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa tujuan pembelajaran ditentukan dari materi pembelajaran. Materi pembelajaran ditentukan pada saat
membuat RPPM. Tujuan pembelajaran yang dicantumkan di RPPH mengacu pada materi pembelajaran pada hari yang sama. Hal ini diperkuat dengan hasil
dokumentasi RPPH yang diperoleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 dengan temasubtema: alam semestabatu, kerikil yang menunjukkan bahwa
materi pembelajarannya adalah mengenal benda di sekitar. Tujuan pembelajaran yang tercantum adalah bermain gatheng dengan menggunakan kerikil.
Dari hasil wawancara dan dokumentasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penentuan tujuan pembelajaran mengacu pada materi pembelajaran.
e Menentukan materi pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa materi pembelajaran ditentukan pada saat membuat RPPM. Hal ini
diperkuat dengan data hasil dari dokumentasi yang menunjukkan bahwa materi pembelajaran telah ditentukan pada saat membuat RPPM. Berdasarkan hasil
observasi pada hari Senin, 18 April 2016 menunjukkan bahwa pada pembelajaran dengan sub tema pasir, materi pembelajarannya dalah berkreasi dengan benda.
Kegiatan yang dilakukan anak adalah membuat berbagai bentuk sesuai dengan kreativitas anak. Berdasarkan data hasil wawancara dan dokumentasi dapat
65 disimpulkan bahwa materi pembelajaran ditentukan pada saat membuat RPPM
dan disesuaikan dengan temasubtema. f
Menentukan langkah-langkah persiapan kegiatan pembelajaran Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh data bahwa langkah-
langkah kegiatan pembelajaran dimulai dari penentuan tema pembelajaran kemudian membuat program semester. Dari program semester kemudian
menyususn RPPM. Apabila RPPM sudah jadi, dilanjutkan dengan membuat RPPH dan rencana penilaian. Berdasarkan hasil dokumentasi diperoleh data
bahwa komponen yang terdapat di dalam RPPH meliputi KD, materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, kegiatan, alat sumber bahan, dan penilaian.
Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah persiapan kegiatan pembelajaran dimulai
dari penentuan tema, membuat program semester, membuat RPPM, membuat RPPH, dan rencana penilaian. Komponen-komponen dalam RPPH meliputi KD,
materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, kegiatan, alat sumber bahan, dan penilaian.
g Menentukan alat dan sumber belajar
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis, 31 Maret 2016 menunjukkan bahwa guru menyiapkan media untuk
membuat aquarium dari kardus, gunting, lem, kertas kado, kertas asturo, kertas HVS, pastel, perekatplaster, pensil, dan penghapus. Alat dan sumber belajar
ditentukan berdasarkan kegiatan pembelajaran.
66 Gambar 2.
Penyiapan alat dan sumber belajar Berdasarkan data hasil observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan
bahwa guru menyiapkan alat dan sumber belajar disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
h Menentukan teknik, bentuk, dan instrumen penilaian
Pertama melihat kompetensi dasar serta kompetensi yang akan dicapai lalu ditarik teknik penilaian yang sesuai, misalnya:
Kompetensi Dasar: Rasa ingin tahu dengan kegiatan. Contoh kompetensi yang dicapai: membilang balon 1-10. Maka metode yang diambil bisa pemberian
tugas dengan teknik penilaian penugasan. CW.2.9
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa penentuan teknik, bentuk, dan instrumen penilaian berdasarkan kompetensi dasar yang akan dicapai. Dari data
hasil observasi menunjukkan bahwa cara menentukan teknik, bentuk, dan instrumen penilaian didasarkan pada kompetensi dasar yang telah ditentukan.
67 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat
disimpulkan bahwa cara menentukan teknik, bentuk, dan instrumen penilaian dibuat berdasarkan kompetensi dasar.
6. Pelaksanaan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning pada
Kelompok B2 di TK Negeri Pembina Panjatan a
Mempertimbangkan keragaman siswa Anak itu unik, mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Jadi kita kan pada
waktu pembelajaran tadi, misal kita membuka kelompok empat kegiatan. Kita tidak perlu memaksakan anak yang benar-benar tidak mampu. Jadi
misal seharusnya ada empat kegiatan itu selesai semuanya, tetapi karena ada anak yang tidak mampu, kita tidak boleh memaksakan. Kita harus tahu
anak itu mampunya sampai dimana, guru tidak boleh memaksakan anak. Misal sehari hanya dapat menyelesaikan satu kegiatan, ada yang dua
kegiatan, ada yang empat kegiatan selesai malah tambah di sudut pengaman. CD.2.10
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa guru menyadari bahwa anak itu unik dan memiliki karakter sendiri-sendiri. Ketika diberikan kegiatan
pembelajaran, tidak semua anak dapat menyelesaikan kegiatan. Misalnya dalam satu hari ada empat kegiatan yang harus diselesaikan. Apabila ada anak yang yang
kurang mampu, maka guru tidak memaksakan anak harus menyelesaikan kegiatan tersebut. Guru memahami bahawa anak tidak boleh dipaksa. Seandainya anak
hanya mampu menyelesaikan satu, dua, atau tiga kegiatan saja maka guru tetap memberi apresiasi kepada anak. Guru kelompok B2 TK Negeri Pembina Panjatan
selalu memotivasi anak agar dapat berkembang dengan baik, walaupun memang ada satu anak yang mengalami kesulitan dalam memahami perintah dari guru.
Guru juga memberikan penghargaan kepada anak yang dapat menyelesaikan tugas lebih baik dari teman-
teman yang lain dengan pujian “pintar”. Terkadang guru
68 meminta anak yang paham dengan penjelasan guru untuk menjelaskan kepada
teman yang lain, seperti hasil dari dokumentasi pembelajaran berikut:
Gambar 3. Kegiatan anak membuat sudi dan takir
Terlihat dari foto di atas, bahwa ada seorang anak yang mampu membuat takir dan sudi sendiri tanpa dampingan dari guru. Dibanding teman-teman yang lain,
anak tersebut adalah yang paling cepat bisa membuat sudi dan takir setelah melihat contoh dari guru. Kemudian guru meminta anak tersebut memberi contoh
teman-teman yang lain membuat sudi dan takir. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti dalam catatan lapangan.
Guru meminta salah satu anak Ri membagikan daun dan lidi kepada teman-temannya. Ar mampu membuat sudi dan takir tanpa bantuan guru
sehingga diminta membantu teman-temannya yang belum mampu. Guru melatih dengan perlahan Ang, Di, Sa, Daf, dan anak yang belum mampu
membuat sudi dan takir. CL 5
Dari catatan lapangan tersebut, diperoleh data bahwa Ar adalah anak yang mampu
membuat sudi dan takir tanpa bantuan guru sehingga diminta membantu teman- temannya yang belum mampu. Di samping itu, guru membantu anak-anak lain
yang belum mampu membuat sudi dan takir.
69 Dari hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti, dapat disimpulkan bahwa guru mempertimbangkan keragaman siswa dengan cara memberi apresiasi kepada anak yang belum mampu menyelesaikan
kegiatan dan memberi penghargaan kepada anak yang mampu menyelesaikan kegiatan lebih cepat dari anak-anak yang lain. Guru mengajarkan anak yang lebih
mampu untuk membantu teman yang belum mampu. b
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, diperoleh hasil bahwa
guru menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan menyediakan alat-alat yang mendukung pembelajaran kontekstual dan saintifik.
Guru memberikan rangsangan pada anak agar aktif dalam pembelajaran dengan membawa alat peraga yang kontekstual sehingga dapat memunculkan minat anak
untuk membangun pengetahuan sendiri. Tugas guru memberi dukungan dan motivasi pada anak. misalnya pada saat kegiatan membuat wayang, guru hanya
menyediakan tiga wayang sebagai alat peraga. Anak mengamati sendiri alat peraga yang dibawakan guru dan mencoba membuat wayang secara mandiri.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa guru menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri dengan
cara menyediakan alat-alat, media, maupun lingkungan yang kontekstual dan saintifik agar dapat merangsang anak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri. c
Memperhatikan multi intelegensi Iya. Anak kan ada yang bahasanya bagus, tetapi kognitifnya kurang. Kita
tetap memberikan dukungan, rangsangan, dan motivasi pada anak yang
70 memiliki kemampuan itu. Guru harus tahu kelebihan apa, guru harus
memberikan rangsangan. Ada yang lewat motorik, nanti kita kembangkan. CW.2.12
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa guru
memberikan dukungan, rangsangan, dan motivasi kepada anak yang memiliki kemampuan kecerdasan jamak.
d Menggunakan teknik bertanya
Iya. Pertanyaan bersifat terbuka, tidak hanya dijawab ya atau tidak. Sebenarnya justru anak yang harus bertanya. Anak yang aktif bertanya,
bukan guru melulu. Guru hanya menciptakan rangsangan-rangsangan. Misal kita bawa benda yang kontekstual, anak kan otomatis akan bertanya
pada guru. CW.2.13
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa guru menggunakan teknik bertanya
dalam pembelajaran di kelas B2. Pertanyaan yang diajukan guru bersifat terbuka. Guru tidak selalu bertanya kepada anak, terkadang guru hanya membawa benda-
benda atau media yang kontekstual dalam menyampaikan pembelajaran sehingga anak tertarik dan aktif bertanya. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang
dilakukan peneliti pada hari Rabu, 23 Maret 2016 yang menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran guru membawa alat peraga laptop. Anak sangat antusias
mengamati laptop yang dibawa oleh guru dan menjawab pertanyaan guru.
Gambar 4. Kegiatan anak-anak melakukan pengamatan laptop
71 Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan
bahwa guru menggunakan teknik bertanya pada saat pembelajaran di kelas dengan pertanyaan bersifat terbuka. Guru juga menyediakan alat peraga kontekstual yang
menarik bagia anak agar anak aktif bertanya pada guru. e
Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru Guru memberi pengahargaan kepada anak. Seperti apapun hasil karya
anak, guru memuji hasil karyanya bagus asal itu adalah hasil karya anak sendiri. Guru memberikan pendekatan dengan pelan-pelan secara terus
menerus. Anak setiap hari diberikan rangsangan, pendekatan, dan motivasi untuk terus berfikir kreatif walaupun anak minder. Guru memberikan
reward agar anak berani memunculkan ide-idenya. CW.2.13
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa cara guru mengembangkan pemikiran
bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
adalah dengan memberi penghargaan kepada anak jika anak mau melakukan kegiatan, seperti apapun hasilnya. Setiap hari guru memberikan rangsangan,
pendekatan, dan motivasi kepada anak secara pelan-pelan dan terus menerus agar anak terus berfikir kreatif dan tidak minder. Guru juga sering memberikan reward
kepada anak yang berani memunculkan ide- idenya aktif dengan pujian “anak
pintar”. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, 29 Maret 2016 yang menunjukkan bahwa Guru memberi pujian pada salah satu
anak yang tidak mau menyelesaikan kegiatan karena merasa hasil karyanya jelek. Pada akhirnya anak mau menyelesaikan kegiatan setelah mendapat pujian dari
guru.
72 Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru dengan cara memberikan rangsangan, pendekatan, dan motivasi kepada anak secara pelan-pelan dan terus menerus agar
anak terus berfikir kreatif. f
Memfasilitasi kegiatan penemuan Guru menyediakan alat-alat yang mendukung pembelajaran. Misalnya
untuk pembelajaran pasir, kita sediakan pasir sebanyak-banyaknya, kita sediakan alat-alat yang berhubungan dengan pasir. Apa yang telah
ditemukan anak, kemudian didiskusikan di akhir kegiatan. CW.2.15
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa guru memfasilitasi kegiatan penemuan anak dengan cara menyediakan alat-alat yang mendukung
pembelajaran. Ada beberapa alat yang mendukung kegiatan penemuan anak misalnya media pembelajaran, alat peraga, APE, area bermain indoor dan
outdoor. Sesuai dengan data hasil observasi yang diperoleh pada hari Senin, 18 April 2016 yang menunjukkan guru menyediakan area bermain outdoor yaitu bak
pasir. Anak-anak bebas mengeksplorasi sendiri pengetahuannya melalui media yang disediakan oleh guru. Anak-anak bebas bermain pasir dan membuat berbagai
bentuk yang diinginkannya.
73 Gambar 5.
Kegiatan pembelajaran CTL di area bermain pasir Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan
bahwa guru memfasilitasi kegiatan penemuan anak dengan menyediakan media pembelajaran, alat peraga, APE, area bermain indoor dan outdoor sehingga anak
dapat mengeksplorasi kegiatan penemuan menggunakan fasilitas yang telah disediakan.
g Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan
Kita berikan rangsangan pada anak, kita berikan benda-benda yang menarik yang membuat rasa penasara anak, sehingga akan menimbulkan
rasa ingin tahu anak. Misalnya, seperti pembelajaran kemarin ketika guru membawa ikan benda kontekstual, kemudian anak bertanya “Ini ikan
apa?”, “Hidupnya dimana?”, “makannya apa?” pada intinya, media yang menarik akan menimbulkan rasa ingin tahu anak. CW.2.16
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru menunjukkan
bahwa cara mengembangkan rasa ingin tahu anak dilakukan dengan cara diberikan rangsangan dan dibawakan media yang menarik agar dapat membuat
penasaran anak sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak.
74 Gambar 6.
Kegiatan pengamatan ikan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi
dapat disimpulkan bahwa cara guru mengembangkan rasa ingin tahu anak dilakukan dengan cara diberikan rangsangan dan dibawakan media yang menarik
agar dapat membuat penasaran anak sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak. h
Memodelkan sesuatu agar siswa dapat menirunya Seumpama itu bisa dijangkau, kita buat. Jika benda aslinya ada, dan kita
bisa membawa maka kita bawa. Kalau tidak memungkinkan, kita bawa miniatur. Kalau miniatur tidak ada, maka baru menggunakan foto atau
video. Jika memang untuk mendatangkan model guru merasa kesulitan, maka guru melibatkan wali murid. Contohnya kemarin kita latihan
kenduri, kita berikan penghubung agar orang tua membawakan bekal nasi untuk anak-anak. Jika lingkungan ada, kita ambil dari lingkungan. Disini
kita pernah mendatangkan petugas dari puskesmas, melatih anak cara gosok gigi yang benar. Kemudian ke alfamart, anak-anak belajar belanja
langsung. Pernah juga kunjungan ke UPTD, Balai Desa, Kantor Kecamatan, dan ke masjid. CW.2.17
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa guru
mendatangkan model dalam pembelajaran dengan cara membuat alat peraga, jika memang masih bisa dijangkau. Apabila ada benda asli atau nyata yang bisa
dibawa, maka guru membawakan. Apabila memang tidak ada benda nyata dan tidak ada alat peraga yang dibuat, maka guru menggunakan miniatur. Jika
75 memang miniatur tidak ada, maka guru menggunakan gambar, foto, atau video.
Pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching Learning pernah diterapkan kelompok B2 dengan mendatangkan petugas dari puskesmas, mengunjungi kantor
kecamatan untuk melihat langsung pekerjaan petugas di kecamatan, mengunjungi UPTD, Balai Desa, dan alfamart. Sesuai dengan hasil observasi pada hari Selasa,
12 April 2016 yang menunjukkan bahwa guru menggunakan model wayang dan membuat alat peraga wayang untuk mengenalkan wayang pada anak-anak. Guru
bercerita tentang satu tokoh wayang dan membuat alat peraga gunungan serta wayang modern.
Gambar 7. Kegiatan pengenalan wayang dan tanya jawab menggunakan alat peraga
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa guru mendatangkan model dalam pembelajaran
76 dengan cara membuat alat peraga, mendatangkan benda asli, menggunakan
miniatur, gambar, foto, atau video. i
Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa
kegiatan refleksi tentang apa yang sudah dipelajari dilakukan dengan cara anak duduk melingkar kemudian guru mengajak tanya jawab kepada anak tentang
materi yang sudah dipelajari. Guru memberikan motivasi bagi anak yang belum aktif dan memberikan reward bagi anak yang aktif mengikuti kegiatan. Hal yang
sedikit berbeda terlihat dari data hasil observasi yang menunjukkan bahwa kegiatan refleksi kegiatan tentang apa yang sudah dipelajari dilakukan dengan
cara anak duduk di kursi masing-masing kemudian guru mengajak tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dipelajari. Terkadang kegiatan refleksi dengan duduk
melingkar, namun lebih sering dilakukan dengan duduk di kursi masing-masing anak.
Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan refleksi dilakukan dengan cara anak duduk di kursi masing-masing, kemudian
guru mengajak tanya jawab anak tentang apa yang telah dipelajari. Guru memberikan motivasi bagi anak yang belum aktif dan memberkan reward bagi
anak yang sudah aktif mengikuti kegiatan. j
Menerapkan penilaian autentik Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi diperoleh data bahwa kelompok
B2menerapkan penilaian autentik dengan teknik unjuk kerja, hasil karya, observasi, penugasan, dan percakapan.
77 k
Mendorong siswa untuk membangun kesimpulan Dari data hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa cara
mendorong anak membangun kesimpulan dengan diskusi dan tanya jawab. Apabila anak mengikuti kegiatan, maka anak akan memperoleh pengetahuan baru
dan dapat menceritakan apa yang sudah dilakukan hingga menarik kesimpulan. Sesuai dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa cara mendorong anak
membangun kesimpulan yaitu dengan cara diskusi dan tanya jawab. Guru memancing anak untuk dapat menarik kesimpulan apa yang telah dipelajari pada
hari itu. Dari hasil wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa cara
mendorong siswa membangun kesimpulan adalah dengan diskusi dan tanya jawab.
7. Penilaian Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning pada Kelompok
B2 di TK Negeri Pembina Panjatan a
Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan Penilaian sikap kita menggunakan anekdot dengan cara pembiasaan.
Penilaian pengetahuan dan keterampilan digali melalui semua kegiatan yang dilakukan anak. penilaian di bidang pengetahuan lebih mengarah dari hasil karya
anak, kalau keterampilan dari prosesnya, bisa melalui tanya jawab. b
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran Penilaian dilakukan selama proses yaitu pada saat anak mengerjakan
kegiatan dan setelah selesai membuat topeng hasil karya. CL 3
78 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi menunjukkan bahwa
penilaian dilakukan pada saat anak mengerjakan kegiatan selama proses pembelajaran dan setelah anak selesai mengerjakan kegiatan.
c Dilakukan melalui berbagai cara tes dan nontes, observasi, dan portofolio.
Penilaian menggunakan unjuk kerja, hasil karya, penugasan, percakapan, dan observasi. CW.2.21
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa
penilaian dilakukan dengan menggunakan unjuk kerja, hasil karya, penugasan, percakapan, dan observasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
diperoleh data bahwa penilaian dilakukan dengan menggunakan unjuk kerja hasil karya, penugasan, percakapan, dan observasi.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian dilakukan dengan menggunakan unjuk kerja,
hasil karya, penugasan, percakapan, dan observasi.
B. Pembahasan