Hal ini diperkuat juga oleh adanya penelitian oleh Gladieux Dagun, 1990 dalam Diponegoro dan Hastuti, 2009 mengenai “dukungan suami terhadap
kecemasan ibu hamil” terhadap 26 pasangan suami istri. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa istri yang mendapat dukungan emosional dari suami lebih
mudah menyesuaikan diri dengan situasi kehamilannya. Penelitian ini didukung Kartono 1992 bahwa dukungan suami pada ibu hamil sangat berharga, ibu hamil
menginginkan suami melakukan tindakan yang suportif dan memberikan rasa aman. Diponegoro dan Hastuti 2009 juga melakukan penelitian sejenis
mengenai ‘pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan kala II pada ibu primipara, hasil penelitian mereka melaporkan bahwa ibu yang mendapat
dukungan dari suami lebih mudah dan cepat dalam melalui persalinan kala II. Sementara ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami lebih lama dalam
melalui persalinan kala II dikarenakan ibu mengalami kecemasan dan merasakan kurang nyaman dalam melakukan proses persalinan tanpa dukungan dan dorongan
dari suami.
2. Kecemasan
2.1 Defenisi Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan- akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan merupakan
suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Kecemasan melibatkan
persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan
Universitas Sumatera Utara
kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya Purba
dkk, 2008. 2.2 Penyebab Kecemasan
Kecemasan dapat disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan
berpisah, kehilangan atau bencana, adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, adanya ancaman terhadap integritas diri meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan kebutuhan dasar serta adanya ancaman terhadap konsep diri; identitas diri, harga diri, dan perubahan peran Purba dkk,
2008.
2.3 Gejala Kecemasan
Kecemasan ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
Reality Testing AbilityRTA, masih baik, kepribadian masih tetap utuh tidak mengalami keretakan kepribadian splitting of personality, perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal Hawari, 2006. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain: cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,
mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan
daya ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging tinitus, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
Universitas Sumatera Utara
pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala Hawari, 2006. Sue, dkk dalam Purba dkk, 2008 menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud
dalam empat hal berikut ini: a.
Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
b. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar. c.
Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan
lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah
d. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
2.4 Tingkat Kecemasan