2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadan FMA
Keberadaan spora menurut Moreira et al. 2007 nampaknya sangat dipengaruhi oleh adaptasi fungi mikoriza arbuskula terhadap suhu, tanah, kandungan
air dan pH. Peningkatan intensitas sinar dan panjang hari meningkatkan kolonisasi akar dan produksi spora. Penyinaran dengan periode 12 jam atau lebih mungkin lebih
penting daripada intensitas sinar yang besar dengan periode penyinaran yang pendek di dalam meningkatkan kolonisasi akar, tetapi dengan panjang hari penyinaran yang
sesuai dan peningkatan intensitas sinar dapat meningkatkan kolonisasi. Spora tidak hanya terbentuk karena ketidakseimbangan nutrisi dan tekanan
lingkungan, namun karena adanya faktor-faktor penghambat lain dan sifat-sifat fungi mikoriza dalam memproduksi spora. Banyak faktor yang menentukan pertumbuhan
mikoriza. Mikoriza sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: a.
Suhu Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas fungi. Untuk daerah
tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan FMA melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel
akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya Mosse, 1981. Beberapa
Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida, di wilayah subtropika mengalami perkecambahan paling baik pada suhu 34°C, sedangkan untuk spesies Glomus yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk perkecambahan adalah 20°C.
Penetrasi dan perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah. Pada umumnya kolonisasi oleh FMA meningkat dengan naiknya suhu. Kolonisasi
maksimum oleh spesies Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi pada siang hari 35°C tidak menghambat perkembangan
dan aktivitas fisiologis FMA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas FMA. Suhu yang sangat
tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang Mosse, 1981. FMA mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah bertekstur berat dari
pada di tanah berpasir. Kolonisasi akar ditemukan lebih efektif pada musim penghujan pada bulan oktober sampai maret Moreira et al., 2007.
b. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya FMA menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada
kondisi yang kurang air. Adanya FMA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Menurut Rotwell 1984 ada beberapa dugaan
mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah: -
adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer air ke akar meningkat.
Universitas Sumatera Utara
- Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya FMA menyebabkan
status P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
- Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber-FMA lebih mampu
mendapatkan air daripada yang tidak ber-FMA tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-
akhir ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak bermikoriza.
- Tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena mikoriza dapat
memperpanjang hifa untuk mendapatkan air. -
Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan FMA efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah
menyimpan air meningkat. Percobaan-percobaan telah dilakukan pada tanah-tanah dengan berbeda-beda
kadar airnya. Glomus epigaeum ternyata berkecambah lebih baik pada kandungan air di antara kapasitas lapang dan kandungan air jenuh Menge, 1984.
c. pH tanah
Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan FMA terhadap pH tanah
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Glomus fasciculatus berkembang
baik pada pH masam. Pengapuran menyebabkan perkembangan G. fasciculatus menurun Mosse, 1981. Demikian pula peran G. fasciculatus di dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada tanah masam menurun akibat pengapuran Santosa, 1989. Pada pH 5,1 dan 5,9 G. fasciculatus menampakkan pertumbuhan yang
terbesar, G. fasciculatus memperlihatkan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman justru kalau pH 5,1 G. mosseae memberikan pengaruh terbesar
pada tanaman pada pH netral sampai alkalis pH 6,0-8,1. pH optimum untuk perkecambahan spora pada masing-masing jenis FMA
berbeda pada lingkungan yang tak sama. Misalnya untuk Glomus mosseae biasanya pada tanah alkali dapat berkecambah dengan baik yaitu pada pH 6-9, sedangkan spora
dari Gigaspora corallodea dan Gigaspora heterogama dari jenis yang lebih asam dapat berkecambah dengan baik pada pH 4-6 Bertham, 2003.
Perubahan pH tanah melalui pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi perkembangan FMA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan
mikoriza menurun Santosa, 1989. Untuk itu tindakan pengapuran diikuti tindakan inokulasi dengan cendawan FMA yang cocok agar pembentukan mikoriza terjamin.
d. Bahan organik
Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora FMA tampaknya berhubungan erat dengan
Universitas Sumatera Utara
kandungan bahan organik di dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah
berbahan organik kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah. Residu akar mempengaruhi ekologi cendawan FMA, karena serasah akar yang terkolonisasi
mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi FMA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut mengandung hifa,vesikel dan
spora yang dapat mengkolonisasi FMA. Disamping itu juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.
e. Cahaya dan ketersediaan hara
Anas 1997 menyimpulkan bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di
dalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap kolonisasi cendawan FMA. Derajat kolonisasi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai
kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terkolonisasi oleh FMA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun
kolonisasi FMA meningkat. Peran mikoriza yang erat dengan penyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada
wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya kolonisasi FMA yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam
jaringan inang Santosa, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Hayman 1982 mengadakan studi yang mendalam mengenai pemupukan N dan P terhadap FMA pada tanah di wilayah beriklim sedang. Pemupukkan N 188 kg
Nha berpengaruh buruk terhadap populasi FMA. Petak yang tidak dipupuk mengandung jumlah spora 2 hingga 4 kali lebih banyak dan berderajat kolonisasi 2
hingga 4 kali lebih tinggi dibandingkan petak yang menerima pemupukkan. Hayman mengamati bahwa pemupukkan N lebih berpengaruh daripada pemupukkan P, tetapi
peneliti lain mendapatkan keduanya memiliki pengaruh yang sama. f.
Logam berat dan unsur lain Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim
sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya FMA menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui menghambat
muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium Ca. Jumlah Ca di dalam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan FMA. Tanaman yang
ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat kolonisasi FMA yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca
2+
dalam memelihara integritas membran sel. Beberapa spesies FMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang
tercemar seng Zn, tetapi sebagian besar spesies FMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui pula bahwa strain-strain
cendawan FMA tertentu toleran terhadap kdanungan Mn, Al dan Na yang tinggi Janoukova et al., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Penambahan nitrogen dan kalium dapat merangsang atau menghambat perkecambahan. Penambahan fosfor dapat merangsang perkecambahan tetapi
penambahan nitrogen dan potassium kurang ada pengaruhnya. Di dalam kondisi tanah yang subur, perkecambahan dari spora agak terhambat tetapi apabila tingkat
kadar glukosa menurun perkecambahan akan meningkat lagi Menge, 1984. g.
Fungisida Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh fungi
penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza. Pemakaian fungisida ini
menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P Manjunath dan Bagyaraj. 1981.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN