Persentase Kolonisasi Akar Tipe dan Karakteristik Spora FMA

Untuk kepadatan spora setelah dilakukan trapping pemerangkapan pada setiap tingkatan umur per 50 g tanah ditemukan lebih tinggi terdapat pada umur 5 daripada umur 2 bulan. Kepadatan masing-masing yaitu sebesar 94 spora50 g tanah untuk umur tanam 5 bulan dan sebesar 72 spora50 g tanah untuk umur tanam 2 bulan.

4.1.2. Persentase Kolonisasi Akar

Hasil pengamatan pada penelitian ini diperoleh persentase kolonisasi akar oleh FMA mulai dari 45,4 hingga 46,5. Nilai persentase kolonisasi akar yang lebih tinggi terdapat pada petak ukur pada umur tanaman 5 bulan, daripada petak ukur pada umur tanaman 2 bulan. Kolonisasi oleh adanya FMA pada akar tanaman ditandai dengan terdapatnya hifa atau terdapatnya vesikula pada sturuktur akar tanaman Gambar 2. Hifa Vesikula A B Gambar 2. A hifa yang terdapat pada akar tanaman tebu yang terkolonisasi FMA; B vesikula yang terdapat pada akar tanaman tebu yang terkolonisasi FMA Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Tipe dan Karakteristik Spora FMA

a. Spora Lapangan Tipe dan karateristik spora FMA yang ditemukan di lapangan maupun hasil trapping mempunyai berbagai perbedaan mulai dari bentuk, warna, tangkai spora. Dari hasil pengamatan dan isolasi dari lapangan ditemukan dua genus spora FMA yaitu Glomus dan Acaulospora. Untuk genus Glomus ditemukan 7 jenis dan untuk genus Acaulospora ditemukan hanya satu jenis Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik spora FMA lapangan Tipe Spora Reaksi dengan Melzer’s Karakteristik Glomus sp 1 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat dan berbentuk bulat. Permukaan agak kasar. Dinding spor agak tebal dan tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment Glomus sp 2 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat kekuningan. Permukaan agak kasar dan berbentuk bulat. Dinding spora agak tebal dan tidak mempunyai tangkai spora. Glomus sp 3 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora brwarna kuning kemerahan. Berbentuk bulat dengan dinding spora agak tebal. Tidak memiliki tangkai spora Universitas Sumatera Utara Glomus sp 4 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat tua. Berbentuk bulan dan permukaan terlihat kasar. Dinding spora tipis dan tidak memiliki tangkai spora. Glomus sp 5 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna kuning kecoklatan. Berbentuk bulat dan permukaan terlihat kasar. Dinding spora tipis dan memiliki tangkai spora. Glomus sp 6 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna kuning. Berbentuk bulat dan permukaan terlihat halus. Dinding spora tipis dan memiliki tangkai spora. Glomus sp 7 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaannya relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak mempunyai hyphal attachments. Spora lolos saringan berukuran 125 μm Acaulospora sp 1 Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kecoklatan dan berdinding tebal. Permukaan spora relatif kasar dan membentuk ornamen seperti kulit jeruk yang lebih kontras. Spora lolos saringan berukuran 125 μm. Universitas Sumatera Utara b. Spora FMA Setelah Trapping Untuk tipe spora FMA setelah dilakukan trapping ditemukan dua genus spora FMA yaitu Glomus dan Acaulospora. Untuk genus Glomus ditemukan 10 jenis Glomus dan untuk genus Acaulospora ditemukan hanya satu jenis Tabel 4. Tabel 4. Karakteritik spora FMA hasil Trapping Tipe Spora Reaksi dengan Melzer’s Karakteristik Glomus sp 1 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat dan berbentuk bulat. Permukaan agak kasar. Dinding spor agak tebal dan tidak mempunyai tangkai spora Hyphal attachment Glomus sp 2 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat kekuningan. Permukaan agak kasar dan berbentuk bulat. Dinding spora agak tebal dan tidak mempunyai tangkai spora. Lolos saringan 125 µm Glomus sp 3 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna kuning kemerahan. Berbentuk bulat dengan dinding spora agak tebal. Tidak memiliki tangkai spora Glomus sp 4 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna coklat tua. Berbentuk bulat dan permukaan terlihat kasar. Dinding spora tipis dan tidak memiliki tangkai spora. Universitas Sumatera Utara Glomus sp 5 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna kuning kecoklatan. Berbentuk bulat dan permukaan terlihat kasar. Dinding spora tipis dan memiliki tangkai spora. Glomus sp 6 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora berwarna kuning. Berbentuk bulat dan permukaan terlihat halus. Dinding spora tipis dan memiliki tangkai spora. Lolos saringan 125 µm Glomus sp 7 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaannya relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak mempunyai hyphal attachments. Spora lolos saringan berukuran 125 μm Glomus sp 8 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kuning, permukaannya relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak mempunyai hyphal attachments. Spora lolos saringan berukuran 125 μm Glomus sp 9 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kuning kecoklatan, permukaannya relatif kasar dan berdinding tebal. Memiliki tangkai spora. Spora lolos saringan berukuran 125 μm Universitas Sumatera Utara Glomus sp 10 Tidak Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kuning, dinding spora tebal, permukaannya relatif kasar dan berdinding tebal. Tidak memiliki tangkai spora. Spora lolos saringan berukuran 125 μm Acaulospora sp 1 Bereaksi dengan pewarna Melzer’s Spora bulat, berwarna kecoklatan dan berdinding tebal. Permukaan spora relatif kasar dan membentuk ornamen seperti kulit jeruk yang lebih kontras. Spora lolos saringan berukuran 125 μm. Kehadiran masing-masing jenis spora FMA terdapat perbedaan pada setiap umur tanam. Beberapa jenis spora ditemukan hadir pada setiap kondisi, baik pada umur tanam 2 bulan maupun 5 bulan. Kehadiran ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi tanaman inang, umur tanaman inang. Kemampuan perkecambahan spora juga mempengaruhi kehadiran spora pada berbagai kondisi. Beberapa jenis spora ditemukan lambat untuk berkecambah, sehingga hanya ditemukan pada kondisi umur tanam 5 bulan. Sebaran spora FMA pada masing- masing kondisi dapat dilihat pada tabel 5. Kehadiran FMA pada suatu ekosistem dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti umur tanamana inang, maupun kondisi tanah perakaran tanaman inang. Beberapa jenis spora FMA dapat cepat berkecambah pada berbagai kondisi, tetapi beberapa jenis spora FMA juga mengalami perkecambahan yang cukup lambat. Pengkondisian Universitas Sumatera Utara media kultur tanaman inang dapat mempercepat laju perkecambahan spora FMA, seperti penggunaan larutan hyponex merah pada kultur trapping. Tabel 5. Sebaran FMA pada berbagai kondisi Lapangan Trapping No Spesies 2 bulan 5 bulan 2 bulan 5 bulan 1 Glomus sp 1 + + + + 2 Glomus sp 2 + + + + 3 Glomus sp 3 + + + + 4 Glomus sp 4 + + + + 5 Glomus sp 5 + + + + 6 Glomus sp 6 + + + + 7 Glomus sp 7 - + + + 8 Glomus sp 8 - + + + 9 Glomus sp 9 - - + + 10 Glomus sp 10 - - + + 11 Acaulospora sp 1 + + + + Keterangan: + kehadiran FMA; - ketidakhadiran FMA

4.1.4. Sifat Kimia Tanah