Pola-Pola Interaksi Pondok Pesantren Dan Masyarakat Desa Sikuik-Huik

128 pesantren. Interaksi social juga diidentikkan dengan kekuasaan norma-norma, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam pasti sudah tentu membawa misi keislamannya hal ini juga memberikan pengaruh pada system bermasyarakat saat sekarang ini di desa sikuik-huik apa lagi pada saat angggota masyarakat yang datang kepesantren, anak lajang tidak dibolehkan memasuki kawasan santri putri kecuali saudara kandung atau urusan yang sangat penting dan ada ijin dari pihak pengasuhan pesantren. Pondok pesantren dan masyarakat desa sikuik-huik secara umum dan dusun siondop julu secara khusus memiliki hubungan yang harmonis dan berjalan dengan baik. Persoalan deviasipenyimpangan oleh oknum maupun lembaga belum pernah terjadi. Hal ini semua terjadi disebabkan oleh factor hubungan antara kedua belah pihak saling menjaga dan mempertahankannya agar tetap terciftanya suasana yang kondusif dan harmonis didesa dan dipesantren modern Al-Abraar.

4.4.4 Pola-Pola Interaksi Pondok Pesantren Dan Masyarakat Desa Sikuik-Huik

Pola Bentuk Interaksi sosial terjadi didasari pada kesamaan visi dan misi oleh individu-individu maupun antar kelompok dengan kelompok untuk tujuan bersama. Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto Interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok 2001:76-107. Proses hubungan social yang sedang berlangsung akan memberi out put terhadapa suatu tujuan dari kejadian yang sedang berlangsung. Proses interkasi yang 129 dibangun antara warga pondok pesantren dengan warga masyarakat akan membentuk hubungan-hubungan sosial diantara pihak pondok pesantren dan warga masyarakat desa sekitar pondok pesantren. Pondok pesantren modern Al-Abraar dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan Islam tentu akan menjalankan langkah-langkah strategis agar terciftanya tujuan yang epektif dan efesien. “Pesantren dengan masyarakat sekitar sini menjalin hubungan yang harmonis. Harmonisnya adalah para ustaz-ustaz yang sudah berkeluarga itu menjadi bagian dari masyarakat apapun kegiatan masyarakat para ustaz yang sudah berkeluarga selalu mengikuti apapun kegiatan kemasyarakatan yang ada di desa sikuik-huik pada umumnya dan di dusun siondop julu pada khususnya seperti kegiatan siluluton dan siriaon alias acara musibah dan acara pesta” wawancara dengan Pimpinan pondok pesantren Ust Sulaiman Harahap, Januari 2011. Masyarakat desa Sikuik-Huik adalah bagian dari lingkungan pondok pesantren modern Al-Abraar, oleh karena itu hubungan-hubungan sosial yang dibangun perlu suatu tata cara yang baik agar terciftanya harmonisasi keduanya. Pembentukan interaksi ini akan terjadi jika terjadi kesepakatan dalam bentuk kerja sama, Akomodasi, maupun Asimilasi. A. Kerja Sama Pondok Pesantren Dengan Masyarakat Desa Sikuik-Huik Dalam kajian sosiologis Kerja Sama Cooperation adalah Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau 130 beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Usaha bersama pondok pesantren dengan masyarakat Sikuik-Huik untuk mencapai hubungan sosial yang harmonis pada hakekatnya berjalan lancar. Hubungan kerja sama amtara pondok dengan masyarakat desa sikuik-huik dilakukan selain dari pada faktor kebutuhan, juga merupakan bagian dari system sosial guna untuk kelangsungan proses ajar mengajar dipondok pesantren, dan transformasi nilai- nilai pendidikan kepada anggota masyarakat desa sikuik-huik. Hal ini dilakukan dengan upaya seperti, berinteraksi langsung dengan anggota masyarakat, komunikasi aktif dengan aparat-aparat desa, orang tua murid dan pelibatan anggota masyarakat dalam beberapa kegiatan pondok pesantren. “Ustaz-ustaz yang sudah berkeluarga dipondok pesantren diberi sedikit kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat desa sikuik-huik khusus di dusun siondop julu. Dalam kegiatan pondok, kita sering mengundang anggota masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam kegiatan pondok seperti acara tahunan pondok, pembukaan acara perkemahan, dan kegiatan lainnya” wawancara dengan pimpinan pondok Ustaz Sulaiman Harahap, Januari 2011 131 Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya yaitu in-group-nya dan kelompok lainnya yang merupakan out-groupnya. Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggotaperorangan lainnya. Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”. Pondok pesantren dalam hal membangun hubungan kerja sama yang baik dengan masyarakat merupakan tuntutan profesinya sebagai lembaga pendidikan Islam, selain itu kebutuhan akan santri-santri yang akan nyantri dipondok pesantren juga menyebabkan hal tersebut terus terjaga dengan baik. Semakin banyaknya anggota masyarakat yang nyantri di pondok pesantren merupakan suatu apeliasi daripada sikap dan tindakan yang dibangun oleh pihak pesantren selama ini. Masyarakat dalam hal ini merespon dengan baik, yang pada akhirnya menciftakan suatu kerja sama langsung. “Saya sering mengikuti kegiatan pesantren, saya selain diundang oleh pesantren juga kadang datang sendiri karena saya mengaggap pesantren sebagai bagian dari keluarga saya sendiri meskipun belakangan ini saya melihatnya ada perubahan pesantren dalam hal bersosialisasi terhadap masyarakat disini. Contoh kegiatan shalat jumat biasanya khotibnya dari 132 pesantren sekarang tidak lagi” wawancara dengan kepala desa sikuik-huik, Januari 011 Kerja sama langsung dalam sosiologi merupakan kerja sama hasil dari pada kemauan bersama baik melalui atasan maupun orang yang mempunyai hak kuasa untuk melakukan tindakan tersebut. Intensitas pertemuan yang relative intens antara anggota masyarakat dan pihak pesantren telah menciftakan kerja sama langsung diantara keduanya. “kerja sama yang dilakukan seperti pengajian ibu-ibu, anak muda, memfasilitasi anggota masyarakat untuk datang berkonsultasi baik mengenai agama, ekonomi, dan lain-lain”. Wawancara dengan pimpinan pondok Ustaz Sulaiman Harahap, Januari 2011 Hubungan kerja sama yang dilakukan pondok pesantren dengan masyarakat pada hakekatnya untuk tujuan kerukunan bermasyarakat dan untuk proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kultur yang dibawa oleh pondok pesantren atau pelaksanaan system pendidikan islam yang ditawarkan oleh pondok pesantren modern Al-Abraar dalam suatu misinya sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas antara masyarakat dan pondok pesantren yang bersangkutan. Kerja sama masyarakat desa dengan pesantren yang terbangun adalah kerja sama Siluluton Siriaon, selain daripada itu anggota masyarakat banyak yang terdaftar dipesantren, bagi yang tidak mampu diberi kemudahan dalam hal administrasi baik 133 itu keuangan dan lain-lain, selain daripada itu kerja sama sering terjadi dibidang ekonomi, anggota masyarakat sering mengkonsultasikan kepada pihak pesantren dalam hal motivasi mencari nafkah. Kersama lainnya adalah yang berkaitan dengan spiritual keagamaan yang mana terkadang banyak anggota masyarakat tidak memahami rukun shalat dan tidak memahami bagaimana persoalan pernikahan anak- anak mereka. Bentuk interaksi dalam hal kerja sama antara pondok pesantren yang terjadi antara lain : 1 Acara keagamaan yang meliputi pengajian Ibu-ibu, Anak muda, dan lainnya 2 Kegiatan sosial meliputi acara siluluton siriaon, pembukaan lubuk larangan, menjaga ketertiban hidup bersama 3 Pendidikan meliputi keringanan biaya sekolah bagi warga tidak mampu 4 Ekonomi meliputi pondok memfasilitasi warga yang ingin berkonsultasi peningkatan ekonomi keluarganya B. Proses Assosiatif Kategori Akomodasi Pondok Pesantren dan Masyarakat Desa Sikuik-Huik Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan- hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. 134 Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Kehadiran pondok pesantren didalam lingkungan masyarakat desa Sikuik- huik tentu saja membawa kultur baru dikarenakan pondok pesantren secara histroris merupakan suatu nuansa lain daripada dalam bermasyarakat di Indonesia umumnya dan disetiap daerah pada khususnya. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam melakukan Proses tindakan seperti ini tentu saja merupakan suatu tantangan baru bagi pondok pesantren, dan bagi masyarakat ini merupakan suatu dinamika baru dalam masyarakat desa Sikuik-Huik. Seiring dengan berjalannya waktu, KebiasaanCultur yang dibawa pondok Pesantren sedikti demi sedikit menyatu dan membaur dalam masyarakat desa Sikuik- Huik. Proses pembauran ini terlihat dengan beberapa hal seperti misalnya cara berpakaian masyarakat yang sedikit banyaknya mengikuti gaya berpakaiannya warga pondok pesantren dengan cara berpakaian yang cendrung menutup auratnya dan lain sebagainya. “Pondok pesantren mempunyai disiplin dipesantren seperti wajib berbusana muslim bagi setiap elemen anggota pondok pesantren modern Al-Abraar”. Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Abraar dan pengamatan peniliti pada bulan Januari 2011. Pondok pesantren dan masyarakat desa sikuik-huik dalam membangun kebersamaannya dengan tidak mengesampingkan perbedaan-perbedaan dalam bermasyarakat di desa Sikuik-huik yang ada di dusun Siondop Julu, keduanya 135 melakukan berbagai kegiatan bersama yang dilakukan atas kerja sama langsung seperti acara pesantren dan acara kegiatan bermasyarakat seperti siluluton dan siriaon. Selain daripada itu adanya pembentukan komite sekolah yang dibentuk oleh setiap sekolah dan pesantren yang ada di Indonesia dengan tujuan sebagai forum bersama dan di pondok pesantren modern Al-Abraar ini masih berjalan epektif. “Disinikan adat istiadat masih kental banyak kegiatan msyarakat yang masih dilakukan secara bersama-sama seperti acara siluluton dan siriaon. Seperti itulah yang saya tahu. Oooh ada lagi seperti adanya rapat-rapat pemerintahan desa kadang-kadang melibatkan orang pesantren” wawancara ini dilakukan pada tanggal 4 Januari 2011 Jam,09.00 WIB – Selesai di rumah Kepala desa Sikuik-huik Tindakan sosial dan proses sosial merupakan aspek dinamis yang terjadi antara pondok pesantren dan masyarakat desa sikuik-huik. Dimana didalamnya terdapat suatu proses hubungan antara pondok pesantren dengan masyarakat di desa sikuik-huik. Proses hubungan tersebut berupa antara aksi social yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antara aksi dan reaksi merupakan pengaruh timbale balik untuk tujuan penyatuan system social masyarakat. keseimbangan dalam interaksi yang dilakukan antara pondok pesantren atau kelompok-kelompok masyarakat desa sikuik-huik tentu dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam pondok pesantren dan masyarakat desa sikuik-huik. 136 Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu : Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah. C. Proses Assosiatif Kategori Asimilasi Pondok Pesantren dan Masyarakat Desa Sikuik-Huik Proses asimilasi akan timbul apa bila Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan- kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Pondok pesantren modern Al-Abraar merupakan entitas baru, karena pondok pesantren pada umumnya mempunyai system nilai sendiri yang ada dalam tubuh pondok pesantren itu sendiri. Kebiasan-kebiasan pondok pesantren dalam beraktifitas memiliki budaya sendiri, tentu saja akan berbeda dengan masyarakat desa yang ada disekelilingnya. Pondok pesantren yang berbeda kebudayaan dengan masyarakat desa sikuik-huik tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari masyarakat desa tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. 137 “ Yang saya lihat sekarang ini dengan kedatangan pondok pesantren di desa kami ini, kebiasan berpakaian sedikit terbantukan lebih sopan karena adanya perasaan malu oleh warga sekitar ketika bertemu dengan ustaz-ustaz pondok, kegiatan adat istiadat di desa kami juga sedikit lebih teratur disbanding sebelum pesantren ada di desa sikuik-huik”. wawancara dengan Ustaz Nasrun Jambak Bulan Januari 2011 Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu pola interaksi social asosiatif dalam bentuk Asimilasi adalah; Toleransi kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan perkawinan campuran amaigamation. Pondok pesantren dalam hal ini yang juga merupakan lembaga pendidikan islam yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dan menyiapkan para da’i-da’I islam dalam peran dan fungsinya serta masyrakat desa sikuik-huik yang menjadi objek utamanya memberikan toleransi dalam bentuk dispensasi uang sekolah bagi anggota masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi ini ustaz-ustaz senior yang sudah menikah dan menjadi anggota masyarakat desa sikuik-huik. Pondok pesantren al-Abraar tentu memberikan warna baru dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial tidak terlalu menonjol akan tetapi kehadiran pondok pasti membawa 138 warna baru dalam masyarakat. Tetapi jika dilihat dari hambatan dan tantangan dari masyarakat sangat sedikit justru mereka menerimanya dengan baik. “Kalau kejadian-kejadian usil ataupun aneh yang dialami pondok selama ini yang berasal dari masyarakat selama ini belum pernah terjadi” wawancara ini dilakukan peneliti pada tanggal 2 Januari 2011 di rumah pimpinan pesantren Al-Abraar, Jam, 20.00 WIB – Selesai

4.4.5 Implikasi Hubungan Pondok Pesantren Dengan Masyarakat Disekitarnya Pada Pendidikan Santri