Irma Suryani Penduduk Dusun Aek Nadenggan Ibu Purnama Penduduk Dusun Simp. Bulu Soma

111 biasanya acara hiburannya diundang dari pihak pesantren seperti Rebana Alat music yang ada dipesantren. Terus kalaupun ada sekali-kali pada waktu pembukaan lubuk larangan milik desa sikuik-huik sepanjang sungai batang salai yang menjadi milik masyarakat desa sikuik-huik”. Wawancara tentang anak-anak masyarakat yang bersekolah dipesantren Al- abraar, “Hampir semua anak sekolah dasar itu sekolah di ibtidaiyah, sebagiannya lagi masuk sekolah dasar milik pemerintah, untuk tingkat selanjutnya bagi yang melanjutkan sekolahnya hampir 70 itu nyantri di Al-Abraar. Pegawai dan staf pengajar yang berasal dari desa kami ada. Seperti ustaz nasrun jambak, satpamnya juga dari sini, tukang masak dapur umum pesantren juga dari sini”. Begitulah komentar beliau saat dijumpai dan diwawancarai oleh peneliti. Wawancara dilakukan tanggal 8 Januari 2011 di dusun siondop julu

4.3.7 Irma Suryani Penduduk Dusun Aek Nadenggan

Irma Suryani adalah salah satu penduduk Desa sikuik-huik tepatnya di dusun aek nadenggan dusun yang menjadi pusat pemerintahan desa sikuik-huik. Irma suryani berprofesi sebagai tenaga honorer salah satu Sekolah Dasar yang ada di desa sikuik-huik, selain itu profesinya adalah anggota dari PNPM Mandiri yaitu program pemerintah unuk desa mandiri. Umurnya sekarang 27 tahun status belum menikah. Peneliti diperkenalkan oleh bapak kepala desa pada waktu penelitian waktu itu untuk keperluan pengambilan data administrasi desa. Kebetulan waktu itu yang 112 memegang data-data desa sikuik-huik adalah saudari Irma suryani, sembari mengaudit data peneliti mewawancaranya untuk keperluan skripsi. Wawancara peneliti dengannya seputar pengetahuannya tentang pesantren, interaksinya dengan pihak pesantren, Guru-guru, dan santri pondok pesantren, sembari menyusun dan mencari data yang dibutuhkan peneliti beliau menjawab; “saya sebetulnya belum pernah masuk kelokasi pesantren akan tetapi kalau lewat-lewat sering apa lagi bentuk lingkungan pesantren ga tertutup, jalan lintas desanya memakan lokasi pesantren, tapi saya tahu ada pesantren disini dan saya sering liat-liat untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang pesantren belum pernah. Berkomunikasi dengan usatz-ustaz ataupun santrinya tidak pernah adapun salah satu dari guru Al-Abraar kebetulan satu kawan kuliah di universitas muhammmadiah tapanuli selatan dan itupun ga pernah cerita-cerita soal pesantren”. Wawancara dilakukan Tanggal 8 Januari 2011 di dusun Aek Nadenggan oleh peneliti

4.3.8 Ibu Purnama Penduduk Dusun Simp. Bulu Soma

Ibu Purnama adalah penduduk asli Desa sikuik-huik yang tinggal di dusun simpang Bulu soma. Beliau memiliki 1 orang anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Suaminya memiliki pekerjaan sebagai tukang kilang padi, beliau selain profesinya sebagai ibu rumah juga menjaga kedai rumah sambil berjualan kecil-kecilan. Umurnya sekarang mancapai 55 Tahun sudah. Anak ibu purnama yang pernah nyantri di pondok pesantren ada tiga orang yang sampai menamatkan dirinya hanya 113 satu orang. Dua lagi tidak sampai tamat dipesantren akan tetapi sudah menamakan diri duluan dengan alasan tidak betah dipesantren. Sewaktu anak-anaknya masih sekolah dipesantren ibu purnama hampir tiap minggu berkunjung kepesantren dengan tujuan mengantarkan belanja para anak- anaknya yang nyantri di pondok pesantren modern Al-Abraar. Akan tetapi belakangan ini sudah tidak pernah lagi, kalaupun ada itu sifatnya kegiatan-kegiatan penting yang diadakan dipesantren dan dirinya diundang untuk menghadiri acara tersebut. Tanggapan ibu purnama tentang keberadaan pesantren di desa sikuik-huik dan manfaatnya bagai masyarakat; “Menurut ibu keberadaan pesantren sangat bagus bagi anak-anak kami karena tempat belajar agama islam jadinya dekat dengan perkampungan ga mengeluarkan biaya yang banyak lagi, tapi yang ibu kesalkan adalah disiplin pondok ituloh yang buat santrinya kejam kali tuturnya. Manfaatnya banyaklah nak, seperti untuk anak-anak kami bisa mendaatkan ilmu agama, dan lin-lain. Bagi masyarakat gitu juga kalau ada kegiatan keagamaan kita ga susah-susah lagi ngundang ustaz-ustaz dari jauh-jauh sana”.

4.3.9 Abridoan Pasaribu Pemuda Asal Desa Sikuik-Huik Dusun Aek Kapur