83
Dengan kesepakatan para pengurus, Yayasan Al-Abraar telah diubah namanya menjadi Badan Wakaf Al-Abraar dengan Akta Notaris Indra Syarif Halim SH
no.744L1997. Tgl.03 Maret 1997. Hal ini dilandasi dengan pemikiran agar lembaga pendidikan Al-Abraar ini nantinya tidak akan menjadi milik pribadi atau keluarga
tertentu, namun tetap menjadi milik seluruh umat Islam. Dengan demikian seluruh kekayaan Yayasan Al-Abraar telah diserahkan dihibahkan secara resmi kepada
Badan Wakaf Al-Abraar. Dengan adanya perubahan nama ini, maka seluruh asset kekayaan Badan wakaf Al-Abraar tidak akan menjadi harta warisan keluarga tertentu
dimasa depan. Selain itu Ka Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan Surat Izin Operasional No.wb.5.ePP.00.5103400. Tgl.12
April 1999 yang menyatakan bahwa sejak tahun 19981999 Pondok Pesantren Modern Al-Abraar telah memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pendidikan
berstatus Pondok Pesantren. Dengan demikian dibolehkan membuka tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Program Takhasus Jurusan Ulama.
4.1.2 Elemen Pondok Pesantren Al-Abraar
Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki elemen dasar, keberadaannya adalah saling kait terkait antara satu dengan yang lain. Unsur unsur dasarnya sebagai
berikut : 1 Asrama, 2 Masjid atau Mushola, 3 Gedung Sekolah, 4 Santri, 5 Kyai atau Ustaz, 6 Kitab-kitab, Keenam elemen tersebut keberadaannya saling
menunjang dan kerjasama untuk mencapai tujuan. Setiap lembaga pendidikan tidak mungkin hanya terdapat bangunan gedung saja, akan tetapi juga terdapat perangkat-
perangkat lain untuk mendukung kelancaran aktifitas pendidikan. Begitu pula di
84
pondok pesantren Al-Abraar yang masih dipakai sebagai proses belajar mengajar para santri, elemen-elemen tersebut antara lain:
a. Asrama, Asrama merupakan tempat tinggal para santri yang berbentuk
bangunan dan di dalamnya dipisahkan bilik-bilik sebagai tempat tinggal para santri. Ditempat ini para santri tinggal bersama dan dibawah pengawasan
beberapa kakak kelas dua Aliyah yang dikenal dengan sebutan “Mudhabbir”. Asrama untuk para santri tersebut berada dalam lingkungan pesantren,
disamping meyediakan asrama santri, juga meyediakan masjid atau mushhola untuk ber ibadah, ruang belajar dan ruangan untuk kegiatan keagamaan yang
lain. Keadaan kamar dalam pondok sangat sederhana, mereka tidur diatas
lantai tanpa Kasur. Keberadaan kamar tidak membedakan antara satu santri dengan santri yang lainnya tidak dibedakan antara santri kaya dengan santri
yang miskin. Antara santri senior dengan santri yunior. Pondok tempat tinggal santri Putri biasanya dipisahkan dengan pondok untuk santri laki-laki, selain
dipisahkan oleh Rumah-rumah Ustaz juga oleh Masjid dan ruangan-ruangan madrasah. Keadaan kamar-kamar tidak jauh beda dengan pondok laki-laki.
Sistem pondok merupakan elemen penting dari tradisi pesantren, tetapi juga penopang utama bagi pesantren banyak dapat terus berkembang. Eksistensi
pondok pesantren juga erat hubungannya dengan kepentingan seorang santri dalam menimba ilmu secara mendalam pada seorang ustaz wawancara
85
dengan Ustaz Herman Soni Nasution kepala bagian pengasuhan santri Ponpes 06 Januari 2011.
b. Masjid, Masjid bagi lembaga pendidikan pesantren merupakan bangunan
tempat pusat kegiatan. Para ustaz sebelum membangun pesantren lebih dulu membangun Masjid. Masjid dalam pesantren digunakan sebagai unsur yang
tidak dapat dipisahkan dari pesantren dan dianggap sebagai tempat mendidik para santri, terutama untuk praktek shalat yang lima waktu, Khotbah dan
sebagai tempat kegiatan ekstrakulikuler lainnya. Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap tempat paling tepat untuk mendidik para santri, memberi wejangan dan anjuran kepada para santri. Didalam Masjid para
santri dibina mentalnya dan dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Masjid disamping dijadikan pusat pelaksanaan ibadah juga
sebagai tempat latihan kegiatan ekstrakulikuler pesantren yang merupakan salah satu ciri pesantren. Sebagaimana fungsi dari masjid pada umumnya
dipesantren menggunakan masjid sebagai pusat dari kegiatan para santri. Begitu juga dengan pondok pesantren Al Abraar yang menggunakan masjid
sebagai tempat pusat dari kegiatan santri. Adapun fungsi dari masjid tersebut disamping sebagai tempat ibadah juga untuk melaksanakan sholat serta
tempat untuk mengajar berbagai ilmu agama Islam dari para kyai bagi para santrinya. Selain itu masjid juga digunakan sebagai tempat untuk
86
bermusyawarah dengan masyarakat atau para santri wawancara dengan pimpinan pesantren Ustaz Sulaiman Harahap 07 Januari 2011.
c. Pengajaran kitab-kitab Islam, Sebuah pesantren baik yang masih tradisional
maupun yang sudah modern sekalipun, tidak pernah meninggalkan pengajaran-pengajaran kitab-kitab Islam. Kitab-kitab Islam merupakan
literatur yang sangat penting dalam pesantren dan telah dijadikan andalan bagi setiap pesantren. Tujuan utama dari pengajaran tersebut adalah untuk
mencetak atau untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri yang tinggal dipondok pesantren dalam waktu yang pendek tidak bercita cita menjadi
ulama, tetapi mempunyai tujuan untuk mencari pengalaman yang lebih mendala
Pengajaran kitab-kitab Islam diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang
setia kepada faham Islam. Keseluruhan kitab-kitab Islam yang diajarkan pesantren dapat digolongkan kedalam delapan kelompok, yaitu Nahwu dan
Sharof,Fiqh, Akhlak, Hadist, Tafsir, Meskipun seolah-olah pengajaran inidiangap statis, namun dalam kenyataanya pengajaran kitab-kitab tersebut
tak hanya sekedar membicarakan bentuk saja tetapi juga isi ajaran tetang kitab tersebut. Para kyai yang merupakan pembaca dan penerjemah kitab banyak
memberikan pandangan secara pribadi mengenai isi maupun bahasa dari teks tersebut. Dengang demikian para kyai harus menguasai bahasa Arab,
87
literaturdan cabang-cabang pengetahuan agama Islam lainnya agar pendalaman kiyab tersebut tepat.
d. Santri, Santri merupakan murid yang tinggal di pesantren. Para santri ini
bermukim guna mendapatkan pesantren dari para usatz ustaz. Kemauan yang ikhlas ini merupakan persyaratan yang mutlak untuk memungkinkan dirinya
menjadi anak didik seorang ustaz yang sesungguhnya. Para santri yang hidup dalam pengawasan Kyai harus memperoleh kerelaan kyai dengan mengikuti
segenap kehendaknya dan melayani segala kepentingannya. Kerelaan itu mereka sebut dengan Barokah.
Adapun jumlah santri di pondok pesantren Al Abraar untuk tahun ajaran 2009_2010 berjumlah 418 orang. Namun pada awal berdirinya pondok
pesantren jumlah santrinya hanya sekitar 07 orang. Ditinjau dari jumlah santri di atas terlihat bahwa pondok pesantren Al Abraar mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Perkembangan ini disebabkan oleh keberanian, kegigiahan dan kharisma generasi pengurus pesantren sebagai pengasuh pesantren, dan
dalam mengadakan peningkatan sehingga pondok pesantren Al Abraar menjadi terkenal baik diwilayah tapanuli selatan maupun luar tapanuli selatan.
e. Kyai atau ustaz, Kyai merupakan salah satu elemen yang paling sesusai dalam
sebuah pesantren. Dialah yang menjadi penggerak utama sebuah pesantren. Keberadaanya sebagai seorang ahli agama Islam, yang mengajarkan ilmunya
kepada santri dan biasanyan merupakan pemilik dan sekaligus pemimpin pesantren. Sumber pokok dari segala wewenang dan kebijakan pesantren ada
88
ditangannya. Sudah sewajarnya apabila pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren sangat tergantung pada kemampuan kyai atau ustaz yang
memimpin pondok pesantren tersebut. Dalam penelitian skripsi ini yang dimaksud Kyai atau ustaz di sini
adalah semua pengasuh pondok pesantren Al Abraar, dari mulai berdiri sampai berkembang. Dalam masa kepemimpinannya sangat kharismatik
dalam mendidik para santri di pondok pesantren dan juga dalam berdakwah ditengah-tengah.masyarakat.
4.1.3 Lembaga-Lembaga Pendidikan di Pondok