sehingga harus dipertimbangkan fungsi pengunyahan pada saat pembuatan GTSL fleksibel menyebabkan desain tersebut jarang digunakan.
Gambar 17. GTSL fleksibel dengan; a. Desain Wrap Around Modifikasi pada RA pada kasus Klas III Kennedy modifikasi posterior;
b. Desain Wrap Around Modifikasi + Anchor pada RA pada kasus Klas III Kennedy modifikasi anterior
5.3.3.3 Persentase Desain GTSL Fleksibel Pada Rahang Bawah
Berdasarkan Klasifikasi Kennedy
Dari 220 desain Wrap Around pada RB yang dibuat berdasarkan Klasifikasi Kennedy yang terlihat pada tabel 6, Klas III posterior sejumlah 67 30,45 memiliki
persentase terbesar. Hal ini kemungkinan disebabkan gigi posterior RB khususnya molar pertama permanen pertama kali tumbuh dibanding gigi permanen yang lain
sehingga kemungkinan berkontak dengan makanan lebih lama yang meningkatkan resiko karies sehingga kemungkinan kehilangan dini gigi tersebut sangat besar.
25
Selain itu, desain Wrap Around banyak digunakan pada kasus ini karena desain tersebut memanfaatkan daerah gerong pada jaringan lunak dan gigi sebagai retensi
dan dibuat melingkar cukup rapat di sekeliling servikal gigi asli yang masih ada dan gingiva, dikenal dengan prinsip retento grip, sehingga membuat gigitiruan ini tidak
mudah terlepas saat digunakan dan lebih retentif serta dapat dibuat dalam bentuk
a b
Universitas Sumatera Utara
sadel untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang sebagai indikasi awal pembuatan GTSL fleksibel Gambar 18.
Desain Spur dan Anchor tetap tidak dijumpai pada desain GTSL fleksibel pada RB mungkin disebabkan karena hal yang sama seperti pada persentase desain GTSL
fleksibel pada RA berdasarkan Klasifikasi Kennedy.
4,6,7,9,10,18
Gambar 18. GTSL fleksibel berbentuk sadel dengan desain Wrap
Around pada RA pada kasus Klas III Kennedy
posterior
5.3.3.4 Persentase Modifikasi Desain GTSL Fleksibel Pada Rahang
Bawah Berdasarkan Klasifikasi Kennedy
Dari 131 modifikasi desain GTSL fleksibel diperoleh bahwa desain Wrap Around Modifikasi sejumlah 114 87,02 dan desain Wrap Around Modifikasi +
Anchor sejumlah 17 12,98. Dari 114 desain Wrap Around Modifikasi pada RB yang dibuat berdasarkan Klasifikasi Kennedy yang terlihat pada tabel 7, Klas III
modifikasi posterior sejumlah 55 41,98 dan dari 17 desain Wrap Around Modifikasi + Anchor pada RB yang dibuat berdasarkan Klasifikasi Kennedy, Klas I
Universitas Sumatera Utara
modifikasi sejumlah 8 6,11 memiliki persentase terbesar. Hal ini kemungkinan disebabkan terdapat daerah tidak bergigi modifikasi disamping daerah tidak bergigi
yang utama yang telah ada seperti pada kasus Klas III Kennedy modifikasi maupun Klas I Kennedy modifikasi sehingga desain yang ada harus dimodifikasi agar dapat
mencakup daerah tersebut. Adapun modifikasi desain yang dapat digunakan pada Klasifikasi Kennedy modifikasi meliputi desain Wrap Around Modifikasi dan desain
Wrap Around Modifikasi + Anchor. Dari 114 desain Wrap Around Modifikasi pada RB yang dibuat berdasarkan
Klasifikasi Kennedy yang terlihat pada tabel 7, persentase terkecil dijumpai pada Klas I modifikasi sejumlah 1 0,76 dan dari 17 desain Wrap Around Modifikasi +
Anchor pada RB yang dibuat berdasarkan Klasifikasi Kennedy, persentase terkecil dijumpai pada Klas III modifikasi posterior sejumlah 1 0,76. Hal ini disebabkan
pada RB kehilangan gigi posterior lebih sering terjadi dan untuk menggantikannya harus mempertimbangkan fungsi pengunyahan pasien sehingga desain Wrap Around
Modifikasi pada Klas I Kennedy modifikasi dan desain Wrap Around Modifikasi + Anchor pada Klas III Kennedy modifikasi posterior jarang digunakan.
5.3.4 Persentase GTSL Fleksibel Berdasarkan Lokasi Rahang dan