5.2.3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Kota Depok
Kota Depok memiliki dua jenis perusahaan daerah, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Bogor dan Badan Usaha Milik Daerah
BUMD PT Bank Jabar. Adapun PDAM di Kota Depok bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Bogor dengan pola bagi hasil. Perkembangan realisasi
penerimaan hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah di Kota Depok disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Realisasi Penerimaan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Kota Depok Tahun 2002- 2007 milyar rupiah
Jenis Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007
PDAM Kabupaten Bogor 0,20
80,00 0,52
64,20 0,42
40,38 0,41
32,03 0,38
22,89 1,00
38,02 BUMD PT Bank Jabar
0,05 20,00
0,29 35,80
0,62 59,62
0,87 67,97
1,28 77,11
1,63 61,98
Total 0,25
100 0,81
100 1,04
100 1,28
100 1,66
100 2,63
100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Depok 2002-2007, diolah Keterangan : Angka di dalam kurung … menunjukkan persentase
Berdasarkan Tabel 5.5. terlihat bahwa selama tahun 2002-2003, jenis hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah di Kota Depok
yang memiliki kontribusi terbesar adalah PDAM Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 80 persen pada tahun 2002 menjadi 64,20 persen pada tahun 2003. Selanjutnya,
mulai tahun 2004-2007 BUMD PT Bank Jabar menjadi komponen yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah di Kota Depok. Secara nominal, kontribusi BUMD PT Bank Jabar selama tahun 2002-2007 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari Rp 0,05 milyar pada tahun 2002 menjadi
Rp 1,63 milyar pada tahun 2007. Hal ini mengindikasikan meningkatnya kinerja BUMD di Kota Depok. Adapun kontribusi PDAM Kabupaten Bogor di Kota
Depok cenderung fluktuatif, baik dilihat dari nilai nominalnya maupun persentasenya. Hal ini mengindikasikan kinerja PDAM yang belum maksimal.
5.2.4. Lain-lain PAD yang Sah Kota Depok
Lain-lain PAD yang sah merupakan komponen penyumbang ketiga terbesar bagi penerimaan PAD di Kota Depok. Lain-lain PAD yang sah adalah
pendapatan asli daerah yang tidak termasuk ke dalam pajak daerah, retribusi daerah, dan laba perusahaan daerah, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Adapun yang menjadi komponen lain-lain PAD yang sah di Kota Depok adalah hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
penerimaan jasa giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, kontribusi, dan lain-lain pendapatan.
Tabel 5.6. Realisasi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Kota Depok
Tahun 2002-2007 milyar rupiah
Jenis Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak
Dipisahkan 0,00
0,00 0,04
1,82 0,01
0,41 0,09
1,11 0,03
0,38 0,03
0,20 Penerimaan Jasa Giro
1,34 65,37
1,57 71,69
1,82 75,21
3,64 45,00
5,87 74,21
8,68 56,92
Penerimaan Ganti Rugi Atas Kekayaan Daerah
0,01 0,49
0,01 0,46
0,01 0,41
0,01 0,12
0,01 0,13
2,07 13,57
Kontribusi 0,00
0,00 0,06
2,74 0,07
2,90 0,08
0,99 0,07
0,88 0,07
0,46 Lain-lain Pendapatan
0,70 34,14
0,51 23,29
0,51 21,07
4,27 52,78
1,93 24,40
4,40 28,85
Total 2,05
100 2,19
100 2,42
100 8,09
100 7,91
100 15,25
100
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Depok 2002-2007, diolah Keterangan : Angka di dalam kurung … menunjukkan persentase
Berdasarkan Tabel 5.6. jenis lain-lain PAD yang sah yang memberikan kontribusi terbesar di Kota Depok adalah penerimaan jasa giro. Secara nominal,
nilai penerimaan jasa giro selama tahun 2002-2007 terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, yaitu dari Rp 1,34 milyar pada tahun 2002
menjadi Rp 8,68 milyar pada tahun 2007. Selanjutnya, lain-lain pendapatan merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar kedua di Kota
Depok. Namun, kontribusi lain-lain pendapatan di Kota Depok cenderung fluktuatif, baik dilihat dari nilai nominalnya maupun persentasenya.
Ketiga komponen lainnya, yaitu hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, serta kontribusi dapat
dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini dikarenakan kontribusi ketiga komponen tersebut cenderung konstan.
5.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak