Tujuan Pemanenan Optimal Berdasarkan Sistem Kompetisi Pada Tiga Spesies Ikan

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kebijakan pemanenan ikan yang memberikan keuntungan maksimum dan berkelanjutan tidak terjadi kepunahan dari populasi ikan yang dipanen adalah hal yang sangat penting bagi industri perikanan. Para ilmuwan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memodelkan permasalahan tersebut secara matematis kemudian menyelesaikannya dengan menggunakan metode yang sesuai untuk model tersebut. Dalam tulisan ini akan dipelajari dinamika populasi dari model pertumbuhan dua spesies ikan yang berkompetisi yang bergantung tidak hanya pada sumberdaya eksternal tetapi juga bergantung pada spesies ketiga, yaitu sumberdaya yang dapat memperbaharui dirinya sendiri. Selain itu, pertumbuhan dari dua spesies ikan yang berkompetisi juga dipengaruhi oleh usaha pemanenan terhadap kedua spesies ikan tersebut. Permasalahan yang ditampilkan dalam tulisan ini diformulasikan dalam bentuk kontrol optimum untuk unit waktu takterbatas infinite horizon. Calon solusi optimal diperoleh dengan menerapkan Prinsip Maksimum Pontryagin. Karya ilmiah ini merupakan rekonstruksi dari tulisan Chattopadhyay dan kawan-kawan yang berjudul A resource based competitive system in three species fishery.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. melakukan analisis kestabilan titik tetap dan mengamati dinamika populasi ikan, 2. menganalisis model kebijakan pemanenan ikan yang dapat memberikan keuntungan maksimum dan berkelanjutan. 1.3 Metode dan Sistematika Penulisan Metode penulisan karya ilmiah ini adalah studi literatur. Karya ilmiah ini terdiri atas delapan bagian. Bagian pertama menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, dan sistematika penulisan. Bagian kedua menyajikan landasan teori yang membahas sistem dinamika, teori modal, dan kontrol optimum. Bagian ketiga menyajikan model- model dasar yang membangun model yang akan dianalisis. Bagian keempat menyajikan pembahasan masalah dengan merekonstruksi model yang akan dianalisis. Bagian kelima menyajikan analisis kestabilan. Bagian keenam membahas masalah pemanenan maksimum. Bagian ketujuh menyajikan formulasi kebijakan pemanenan optimal yang dibuat dalam bentuk formulasi masalah kontrol optimum dan pembahasan penentuan calon solusi optimal dengan menerapkan prinsip maksimum Pontryagin. Bagian terakhir menyajikan kesimpulan tentang hasil yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya. II LANDASAN TEORI Beberapa landasan teori yang dibahas pada bab ini meliputi sistem persamaan diferensial SPD, titik tetap, pelinearan dan konsep kestabilan, serta teori kontrol optimum yang disarikan dari berbagai sumber pustaka. 2.1 Sistem persamaan diferensial SPD, nilai eigen, dan vektor eigen Definisi 1. SPD Mandiri Misalkan suatu sistem persamaan diferensial SPD dinyatakan sebagai , n dx x f x x dt = = ∈ dengan f fungsi kontinu dari x dan mempunyai turunan parsial kontinu. SPD tersebut disebut sistem persamaan diferensial mandiri jika tidak mengandung t secara eksplisit di dalamnya. Kreyszig, 1983 Definisi 2. SPD Linear Orde Satu Jika suatu sistem persamaan diferensial SPD dinyatakan sebagai , 0 , = + = ∈ n x Ax b x x x R 2.1.1 dengan A adalah matriks koefisien berukuran n × n , maka sistem tersebut dinamakan SPD linear orde 1 dengan kondisi awal x x = . Sistem 2.1.1 disebut homogen jika b = dan takhomogen jika b ≠ . Fisher, 1990 Definisi 3. Vektor Eigen dan Nilai Eigen Jika A adalah suatu matriks n × n , maka vektor taknol x pada n disebut suatu vektor eigen dari A jika A x adalah suatu penggandaan skalar dari ; x yaitu, λ A x = x 2.1.2 untuk suatu skalar λ . Skalar λ disebut nilai eigen dari A , dan x disebut suatu vektor eigen dari A yang berpadanan dengan λ . Anton, 2000 Untuk mencari nilai λ dari matriks A , maka persamaan 2.1.2 dapat ditulis kembali sebagai λ − = A I x 2.1.3 dengan I matriks identitas. Persamaan 2.1.3 mempunyai solusi taknol jika dan hanya jika det p λ λ λ = − = − = A I A I 2.1.4 Persamaan 2.1.4 disebut persamaan karakteristik dari matriks A . Anton, 2000 2.2 Titik tetap, pelinearan dan kestabilan Definisi 4. Titik Tetap dan Titik Biasa Misalkan diberikan SPD taklinear berikut : n n x f x U = ⊂ → 2.2.1 Titik x ∗ dengan f x ∗ = disebut titik kritis atau titik tetap atau titik keseimbangan. Titik x pada bidang fase 2.2.1 yang bukan titik tetap, yaitu f x ≠ , disebut titik biasa atau titik regular. Tu, 1994 Definisi 5. Titik Tetap Stabil Misalkan x ∗ adalah titik tetap sebuah SPD mandiri dan x t adalah solusi yang memenuhi kondisi awal x x = dengan x x ∗ ≠ . Titik x ∗ dikatakan titik tetap stabil jika terdapat ε yang memenuhi sifat berikut: untuk setiap 1 ε , dengan 1 ε ε , terdapat ε sedemikian sehingga jika x x ε ∗ − maka 1 x x t ε ∗ − , untuk setiap t t . Szidarovszky Bahill, 1998 Catatan: Norm 2 2 2 1 2 ... n x x x x = + + + Definisi 6. Titik Tetap Stabil Asimtotik Lokal Titik x ∗ dikatakan titik tetap stabil asimtotik lokal jika titik x ∗ stabil dan terdapat ε sedemikian sehingga jika x x ε ∗ − maka lim , t x t x ∗ →∞ = dengan x x = . Szidarovszky Bahill, 1998 Definisi 7. Titik Tetap Stabil Asimtotik Global Titik x ∗ dikatakan titik tetap stabil asimtotik global jika titik x ∗ stabil dan , n x R ∈ Ω ⊆ lim , t x t x ∗ →∞ = dengan x x = . Szidarovszky Bahill, 1998 Gambar 1 Konsep Kestabilan dari Definisi 5, 6, dan 7. Definisi 8. Titik Tetap Takstabil Misalkan x ∗ adalah titik tetap sebuah SPD mandiri dan x t adalah solusi yang memenuhi kondisi awal x x = dengan x x ∗ ≠ . Titik x ∗ dikatakan titik tetap takstabil jika terdapat ε yang memenuhi sifat berikut: untuk sembarang ε , ε ε , terdapat x sedemikian sehingga jika x x ε ∗ − maka x x t ε ∗ − ≥ , untuk setiap t t . Velhurst, 1990 ε 1 ε ε x ∗ Takstabil Stabil Stabil asimtotik lokal Stabil asimtotik global Definisi 9. Titik Tetap Simple Suatu titik tetap SPD taklinear dikatakan simple jika pada sistem linearnya Ax tidak mempunyai nilai eigen nol, yaitu jika det ≠ A . Tu, 1994 Definisi 10. Titik Tetap Simple Hyperbolic Titik tetap simple dikatakan hyperbolic jika A pada Ax tidak memiliki nilai-nilai eigen λ dengan bagian-bagian real nol, berarti Re λ ≠ . Tu, 1994 Teorema 1. Teorema Taylor untuk n variabel Misalkan : n f Ω ⊂ → dan segmen garis yang menghubungkan x dan x berada pada Ω . Jika 1 ,..., n x x = x dan 1 ,..., n x x = x maka 1 n i i i i f f x x = = + − ∑ f x x x 1 1 1 2 n n ij i i j j i j f x x x x = = + − − ∑∑ x 1 2 1 1 1 2 , ,..., , , 1 , ,..., 1 1 1 ... ... 3 m m n n ijk i i j j k k i i i i i i j k i i i f x x x x x x f x x m = = + − − − + + − ∑ ∑ x x 2 2 m m i i i i m x x x x R − − + x 2.2.2 dengan 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 , ,..., , ,..., 1 1 ... 1 m m m m n m i i i i i i i i i i i i R f c x x x x x x m + + + + = = + − − − + ∑ x x h 2.2.3 untuk nilai c pada 0,1 dan = − h x x . Grossman, 1995 Dengan memerhatikan sistem taklinear x f x = pada 2.2.1 dan menggunakan ekspansi Taylor di sekitar titik tetap x ∗ , misalkan di titik asal 0, 0 untuk penyederhanaan, diperoleh x Ax x ϕ = + taklinear 2.2.4 dengan 1 1 1 11 1 1 1 n n n nn n n n A Df x f x f x x x a a a a f x f x x x ∗ ∗ ∗ ∗ ∗ ≡ ≡ ⎡ ⎤ ∂ ∂ ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎡ ⎤ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ≡ ≡ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎣ ⎦ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ∂ ∂ ⎣ ⎦ dan x ϕ sedemikian sehingga lim x x ϕ → = . Ax pada 2.2.4 disebut pelinearan dari 2.2.4 atau sistem yang dilinearkan yaitu . x Ax = linear 2.2.5 Untuk sistem pada bidang, 2 U R ⊂ diperoleh x f x Ax x ϕ = = + sebagai 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 , , x f x ax bx x x x f x cx dx x x ϕ ϕ = = + + = = + + dengan 1 1 11 12 1 2 2 2 21 22 1 2 f f a a b a x x f f c a d a x x ∂ ∂ ≡ ≡ ≡ ≡ ∂ ∂ ∂ ∂ ≡ ≡ ≡ ≡ ∂ ∂ dan 1 1 2 2 1 2 , , lim lim r r x x x x r r ϕ ϕ → → = dengan 2 2 1 2 r x x = + , yaitu 1 ϕ dan 2 ϕ menjadi sangat kecil dan bisa diabaikan. Secara umum, untuk setiap titik tetap , 0, 0 x y ∗ ∗ ≠ , dapat didefinisikan variabel- variabel baru x x ξ ∗ ≡ − dan y y η ∗ ≡ − , sehingga x f x = adalah 1 2 , 2.2.6 , x a b x x y c d y y ϕ ξ η ξ ϕ ξ η η ∗ ∗ ⎡ ⎤ ⎛ ⎞ ⎡ ⎤ − ⎛ ⎞ ⎡ ⎤ ≡ = + ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ − ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ Persamaan 2.2.6 hanya menggambarkan perpindahan titik tetap dari 0, 0 ke titik tetap taknol , x y ∗ ∗ . Tu, 1994 Matriks A pada 2.2.4 disebut sebagai matriks Jacobi atau biasa juga disebut sebagai matriks variasi. Abell Braselton, 2004 Teorema 2 . Teorema Pelinearan dari Hartman Grobman Misalkan sistem dinamik taklinear x f x = pada 2.2.1 mempunyai titik tetap simple hyperbolic x ∗ , dan misalkan titik tetap tersebut berada pada 0, 0 untuk penyederhanaan, maka pada U di sekitar n x ∗ ∈ , bidang fase dari sistem taklinear 2.2.4 dan sistem hasil pelinearannya 2.2.5 adalah ekuivalen. Tu, 1994 Misalkan j j j i λ α β = ± adalah nilai eigen dari matriks Jacobi A dengan Re j j λ α = dan Im j j λ β = . Kestabilan titik tetap simple hyperbolic mempunyai beberapa perilaku sebagai berikut: 1. Stabil Attractor, jika : a. Re j j λ α = dengan Im j λ = untuk setiap 1, 2, 3 j = . 2.2.7 Lihat Gambar 2. b. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ ≠ untuk 1, 2, 3 j = dan j k ≠ . 2.2.8 Lihat Gambar 3. 2. Takstabil Repellor, jika : a. Re j j λ α = dengan Im j λ = untuk setiap 1, 2, 3. j = 2.2.9 Lihat Gambar 4. b. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ ≠ untuk 1, 2, 3 j = dan j k ≠ . 2.2.10 Lihat Gambar 5. 3. Titik Sadel, jika : a. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ ≠ untuk 1, 2, 3 j = dan j k ≠ . 2.2.11 Lihat Gambar 6. b. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ = untuk 1, 2,3 j = dan j k ≠ . 2.2.12 Lihat Gambar 7. c. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ ≠ untuk 1, 2,3 j = dan j k ≠ . 2.2.13 Lihat Gambar 8. d. Terdapat Re j j λ α = dengan Im j λ = dan Re k k λ α = dengan Im k λ = untuk 1, 2, 3 j = dan j k ≠ . 2.2.14 Lihat Gambar 9. Tu, 1994 Gambar 2 Attractor stabil. Gambar 3 Attractor stabil. Gambar 4 Repellor takstabil. Gambar 5 Repellor takstabil. Gambar 6 Titik Sadel. Gambar 7 Titik Sadel. Gambar 8 Titik Sadel. Gambar 9 Titik Sadel. Gambar 2 sampai 9 merupakan aliran-aliran hyperbolic dalam 3 dimensi.

2.3 Kestabilan Liapunov