SISTEM DINAMIK KETERSEDIAAN LAHAN PERTANIAN
Dari gambar .2, rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung
Jabung Timur kecil, yaitu 0. 6 yang berasal dari data series tahun 2008-2014.
Penduduk Tanjung Jabung Timur berkurang dari 212 218 jiwa tahun 2014 menjadi 212 084 jiwa tahun 2013. Kepadatan penduduk daerah ini 39 jiwakm
, merupakan yang terendah diantara kabupatenkota di Provinsi Jambi.
Sub model yang menggambarkan intervensi kebijakan untuk meningkatkan kebutuhan lahan sawah disajikan pada Gambar
.3. Pada sub model ini sawah yang tersedia saat ini atau luas baku sawah hanya sebagian ditanam satu kali
dalam setahun sedangkan sebagian lainnya tidak ditanami. Baik sawah yang tidak ditanamisudah ditanami, perlahan-lahan akan ditingkatkan intensitas tanamnya
melalui Program GERTAK TANPA DUSTA. Persaman yang dipakai untuk menghitung Indeks Pertanaman Potensial sebagai berikut:
IP Potensial = luas tanam Musim Tanam I + II : luas baku sawah Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa IP Potensial sawah di
Tanjung Jabung Timur adalah 64 20 572 ha31 939 ha = 0.64. Itu artinya tidak semua lahan sawah ditanami saat ini belum mencapai IP 100. Selain dengan
meningkatkan luas tanam, peningkatan produktivitas dalam simulasi juga berasal dari peningkatan produksi per tanaman yang berdasarkan data series tahun 2008
sampai 2014 bergerak naik sekitar 0.0255 per tahun. Gambar
. Diagram Alir hubungan antara pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan sawah
Sub model yang menggambarkan intervensi kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan lahan sawah disajikan pada Gambar
. Gambar
. Struktur sub model kebutuhan lahan sawah
Gambar . Struktur sub model ketersediaan lahan sawah
Pada penelitian ini beberapa skenario diujicobakan ke dalam model untuk melihat perubahan penerapan skenario ini terhadap parameter kunci dalam hal ini
pencapaian ketersediaan sawah pada akhir berlakunya RTRW Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2011-2031. Rancangan skenario disajikan pada Tabel
Program cetak sawah pada semua skenario dibatasi maksimal 4 000 dengan pertimbangan luas baku lahan sawah daerah ini masih tinggi sekaligus untuk
mengurangi pembukaan lahan gambut yang makin luas.
Hasil Perilaku Sistem Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Sawit
Berdasarkan identifikasi terhadap para pemangku kepentingan dan masalah yang dihadapi diperoleh informasi seperti pada Tabel
Secara umum permasalahan tersebut berasal dari produktivitas sawah yang rendah, subsidi
pemerintah yang kurang memuaskan yang berujung pada rendahnya pendapatan. Tabel
. Analisis terhadap permasalahan yang dihadapi para pemangku kepentingan terkait alih fungsi lahan sawah menjadi sawit
No Para pemangku
kepentingan Masalah
Petani pangan
Produksi sawah rendah karena lokasi pasang surut, tanah masam dan IP rendah
Subsidi pemerintah tidak mencukupi sedang harga saprotan
terus meningkat
Penghasilan rendah sedangkan biaya hidup meningkat Petani sawit
Lahan sawah yang dikonversi tidak semuanya cocok untuk
ditanam sawit
Kekurangan lahan untuk pengembangan sawit
Harga sawit sangat fluktuatif karena sangat ditentukan oleh pasar internasional
Masyarakat umum
Harga beras terus naik Pemerintah daerah dan
pusat
Alih fungsi lahan sawah menjadi sawit meningkat
Koordinasi antar instansi pemerintah lemah
Target LP2B tinggi sedangkan pendanaan pertanian pangan rendah
Memburuknya fasilitas sarana pengairan dan kondisi lahan
LSMPerguruan tinggi
Alih fungsi lahan sawah yang tinggi menjadi sawit
Tabel . Skenario intervensi kebijakan untuk mencapai target PLP2B
Skenario Jenis Intervensi kebijakan
Cetak sawah
Optimasi lahan sertipikat
sawah Asuransi pertanian
Peningkatan luas tanam
I 200 hath
Tidak ada 100 hatahun 1 dari target
LP2B per tahun 1 dari total
luas tanam sawah
II 500 hath
50 hadua tahun 300 hatahun 5 dari target LP2B per tahun
2 dari luas tanam sawah
III 700 hath
50 hadua tahun 500 hatahun 6 dari target LP2B per tahun
3 dari luas tanam sawah
Permasalahan yang dihadapi petani pangan menyebabkan munculnya keinginan untuk mengalihfungsikan sawah menjadi sawit, yang menurut data
statistik luas kebun sawit rakyat meningkat per tahun. Dengan mengaitkan
beberapa variabel yaitu: jumlah penduduk, kebutuhan beras, kebutuhan lahan untuk menghasilkan beras tersebut serta ketersediaan lahan dalam kondisi tidak
ada pemberian insentif maka pada tahun 2032 kebutuhan pangan penduduk Tanjung Jabung Timur sekitar
ton sudah termasuk cadangannya sebanyak 15 dari total konsumsi penduduk, kebutuhan lahan sawah sekitar
ha, dan ketersediaan sawah tanam ha. Neraca lahan sawah Kebutuhan Lahan Sawah - Ketersediaan Sawah Tanam pada tahun 2024 mulai
mengalami defisit sebanyak ha Lampiran 1 .
Penurunan luas sawah berbanding terbalik dengan luas lahan sawit milik rakyat non perkebunan swastaBUMN yang terus bertambah. Tahun 2014
luasnya 31 043 ha. Pada tahun 2026 lahan sawit milik masyarakat telah menembus 55 000 ha sebagaimana terlihat pada Gambar
. . Dari simulasi diketahui bahwa tanpa intervensi pemerintah, kebun kelapa sawit rakyat akan
berkembang sendiri melewati 50 000 ha pada tahun 2025, atau melebihi alokasi pengembangan kelapa sawit sebanyak 22 044 ha sebagaimana tercantum dalam
PERDA Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 11 Tahun 2012 tentang RTRW Tahun 2011-
Setelah tahun 2026 seharusnya pertumbuhan kebun sawit rakyat menjadi flat karena telah mencapai target pengembangan sesuai RTRW
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan guna mencegah pengembangannya ke lahan lain yang bukan peruntukannya.
Gambar . Luas tanam sawit dan sawah di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Tahun 2013-
Kondisi Ketersediaan Lahan Sawah Setelah Intervensi Kebijakan
Intervensi kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan lahan sawah pada skenario I belum memberikan hasil yang diharapkan karena ketersediaan lahan
sawah baru mencapai ha. Hal tersebut disebabkan antara lain sawah
yang dihasilkan dari kegiatan cetak sawah baru akan berproduksi optimal setelah 10
– 15 tahun dan laju pengurangan sawah yang masih tinggi pada tahun 2032 masih terdapat pengurangan sawah 438.21 ha. Waktu yang lama ini disebabkan
oleh masalah keracunan besi yang biasa dihadapi oleh sawah baru tersebut http:sumbar.litbang.pertanian.go.id
2010. Berdasarkan
skenario ini,
ketersediaan lahan sawah yang awalnya pada tahun 2014 sebanyak ha
menyusut sebanyak 17 328 ha pada tahun 2032.
Intervensi yang dilakukan berhasil menambah jumlah sawah ha
namun kegiatan perlindungan sawah dalam bentuk sertifikasi lahan dan asuransi pertanian dari alih fungsi ataupun sawah yang dibiarkan tidak ditanami masih
sangat minim sehingga laju pengurangan sawah masih tetap tinggi.
Pada skenario II, volume distribusi insentif untuk cetak sawah, sertifikasi lahan, asuransi pertanian, kegiatan optimasi lahan sawit serta peningkatan luas
tanam sawah. Hasilnya, ketersediaan lahan sawah pada tahun 2032 mencapai ha Gambar . .
Gambar . Pencapaian ketersediaan lahan sawah dan distribusi insentif
berdasarkan skenario I
Pada kegiatan optimasi lahan, berdasarkan observasi di lapangan dan FGD dengan petani, cukup banyak petani sawit yang mengusulkan dana optimasi lahan
untuk membongkar lahan sawitnya yang tidakkurang berbuah karena daya dukung lahan tidak sesuai untuk sawit. Alasannya antara lain karena lahan terlalu
basah atau karena menggunakan bibit sawit yang tidak bersertipikat. Dana yang disediakan pemerintah untuk kegiatan pembongkaran sekaligus pengolahan
kembali lahan tersebut agar siap ditanami sawit adalah Rp7.5 jutaha. Di sini digunakan fungsi DELAYMTR pada POWERSIM karena terdapat penundaan
sehubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi lahan itu sekitar 8 tahun.
Kegiatan asuransi pertanian di Tanjung Jabung Timur saat ini pada tahap percontohan. Pada tahun 2015 luas sawah yang memperoleh subsidi premi
asuransi adalah 970.75 ha dari target keseluruhan sebanyak 6 800 ha. Melalui kebijakan ini petani hanya membayar 20 dari total premi asuransi sekitar Rp36
000ha sedangkan pemerintah membayar sisanya Rp144 000ha. Petani yang mengalami gagal panen akan memperoleh ganti rugi atau harga pertanggungan Rp
6 000 000ha. Gambaran program asuransi pertanian disajikan pada Tabel
.3. Salah satu kegiatan insentif yang sulit ditingkatkan volumenya adalah peningkatan
luas tanam sawah yang sangat mempengaruhi pencapaian indeks pertanaman di daerah ini. Selama empat tahun berjalannya program GERTAK TANPA DUSTA
2011-2015, sawah yang ditanam dua kali per tahun IP baru mencapai 1
500 ha dengan lokasi penyebarannya di Kecamatan Muara Sabak Timur 270 ha, Dendang 50 ha, Rantau Rasau 350 ha, Berbak 230 ha, Nipah Panjang 500
ha dan Sadu100 ha. Gambar
. Pencapaian ketersediaan lahan sawah dan distribusi insentif berdasarkan skenario II
Kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan program ini bersifat teknis dan non teknis. Kesulitan bersifat teknis antara lain kondisi infrastruktur belum
memadai seperti tanggul pengendali banjir, saluran, pintu air dan dam parit sedangkan kesulitan bersifat non teknis adalah masyarakat belum terbiasa untuk
menanam padi dua kali setahun dan mereka masih dihantui oleh serangan hama dan kekeringan Komunikasi pribadi, Ir. Maushul. Sejak program pencetakan
sawah pada PELITA I sampai V, masyarakat di daerah ini hanya menanam padi satu kali setahun. Kekuatan skenario II ini adalah tercapainya target cetak sawah
000 ha dan optimasi lahan yang dinilai sesuai dengan kemampuan dan jumlah aparat pelaksana kegiatan yang terbatas sehubungan dengan usia kabupaten yang
masih muda. Kelemahan skenario ini terletak pada sertifikasi sawah yang baru mencapai
dari luas sawah tersedia. Kendala untuk meningkatkan jumlah sertifikasi terkait dengan kewajiban pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan
pra sertifikasi pendataan dan verifikasi lahan yang harus berhadapan dengan keterbatasan sumber daya aparatur.
Pada skenario ke-III dengan mendorong pemberian insentif yang volumenya lebih besar kecuali kegiatan optimasi lahan eks sawit yang volumenya tetap,
karena sangat tergantung pada usulan petani yang menginginkan kebun sawitnya dibongkar, ketersediaan lahan sawah meningkat menjadi
ha. Tabel
. Fitur uji coba Asuransi Usaha Tani Padi AUTP
No. Fitur Fitur Uji Coba AUTP
Tertanggung Kelompok Tani POKTAN, yang terdiri dari anggotanya
sebagai satu kesatuan risiko anyone risk. Objek
Pertanggungan Lahan sawah yang digarap para petani pemilik,
penggarap anggota POKTAN. Penanggung
PT. Asuransi Jasa Indonesia JASINDO, secara Konsorsium dengan perusahaan asuransi RAYA,
BUMIDA, dan TRIPAKARTA Polis Asuransi
Setiap POKTAN mendapatkan satu Polis Asuransi dan Ikhtisar polis yang memuat data penutupan.
Jangka waktu Asuransi
1 musim tanam 4 bulan dimulai 30 hari sejak tanam hingga panen.
Harga pertanggungan
Harga Rp 6 000 000ha luas kurang 1 ha diperhitungkan secara proporsional.
Tanggungan Premi Asuransi
BUMN 80 = Rp144 000 Ha, Petani 20 = Rp36 000ha.
Risiko yang dijamin
Banjir, kekeringan dan Organisasi Pengganggu Tanaman OPT tertentu
OPT yang dijamin Sesuai jenis OPT setempat
Syarat Pengajuan Klaim
1. Terjadi kerugian akibat banjir, kekeringan atau OPT; 2. Premi telah dibayar; 3. Kerugian diperiksa POPT-PHP,
dan melapor kepada perusahaan asuransi; 4. Perusahaan asuransi memutuskan besarnya kerugian, yaitu kerusakan
tanaman
≥ dari luas area lahan sawah per petani Pembayaran Klaim 14 hari sesudah persetujuan jumlah kerugian, klaim
dibayarkan ke rekening petaniPoktan.
Sumber : Insyafiah dan Wardhani
Pada skenario III semua distribusi jenis insentif dilaksanakan dengan ambisius namun akan memerlukan upaya yang sangat besar mengingat
keterbatasan sumber daya aparatur. Meskipun masalah pendanaan bisa dibagi berdasarkan kewenangan setiap level pemerintahan, Pemerintah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur harus memastikan jumlah penyuluh dan petugas lainnya memadai untuk menjalankan skenario ini.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan sawah pada skenario I, II dan III dapat dilihat pada Gambar
. . Pada ketiga skenario tersebut ketersediaan lahan sawah berada di atas kebutuhan lahan sawah, meskipun target
LP2B belum tercapai pada skenario I. Ini berarti terdapat kelebihan padiberas yang dihasilkan daerah ini sehingga bisa menjadi penopang ketahanan pangan
Provinsi Jambi. Pada ketiga skenario ini, dari kebijakan cetak sawah yang ditargetkan
000 ha, pada skenario 1 sawah baru tersebut yang berproduksi optimal pada tahun 2032 hanya sejumlah 1 643.55 ha, pada skenario II sebanyak
4000.96 ha telah berproduksi optimal dan pada skenario III sawah baru tersebut telah berproduksi optimal pada tahun
. Gambar
. Pencapaian ketersediaan lahan sawah dan distribusi insentif berdasarkan skenario III
Ketersediaan lahan sawah yang berhasil dicapai berdampak pada produksi beras dan jumlah beras yang dapat disumbangkan untuk menopang ketahanan
pangan Provinsi Jambi Gambar a
b
c Gambar
. Perbandingan ketersediaan dan kebutuhan lahan sawah pada a skenario I; b skenario II; dan c skenario III
a
b
c Gambar
. Produksi, kebutuhan dalam daerah dan surplus beras kg berdasarkan a skenario I; b skenario II; dan c
skenario III
Sebagai perbandingan, produksi padi Tanjung Jabung Timur pada tahun 2014 sebanyak 105 350 000 kg atau setara 63 210 000 kg beras. Hal lain yang
menonjol adalah kegiatan perlindungan sawah dari alih fungsi melalui sertifikasi lahan dan asuransi pertanian belum berhasil mencegah pengurangan sawah pada
skenario I dan II sedangkan pada skenario III pengurangan sawah bisa dihentikan pada tahun 2031.
Dari Gambar terlihat laju pengurangan sawah pada skenario I masih
mencapai hatahun pada tahun 2032, skenario II 88.74 ha, dan skenario III
laju pengurangan sawah dihentikan pada tahun 2031.
Pembahasan
Ketersediaan dan kebutuhan lahan sawah sangat menentukan kelangsungan Program PLP2B. Salah satu cara untuk mengendalikan alih fungsi lahan sawah
adalah dengan memberikan sertipikat LP2B kepada petani. Kegiatan perlindungan lahan sangat terkait dengan fungsi Badan Pertanahan Nasional BPN karena
posisi strategis instansi ini, yakni : 1 mengamankan tata ruang wilayah; dan 2 memiliki hak perdata dalam urusan pertanahan sertipikat Iqbal 2007, namun
saat ini koordinasi antar Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan BPN belum berjalan baik. Hal ini bisa menjadi kendala untuk mencapai target
sertipikasi lahan.
Cetak sawah berperan dalam sisi suplai lahan. Namun kegiatan ini memiliki resiko kegagalan karena menurut Kementan 2013a permasalahan cetak sawah di
Indonesia cukup kompleks, diantaranya minimnya informasi tentang ketersediaan lahan di luar Pulau Jawa, jarang sekali pemerintah daerah memiliki dan menyusun
informasi sumber daya lahan yang dilengkapi kajian kesesuaian dan arahan Gambar
. Perbandingan laju pengurangan sawah ha pada skenario I, II, dan III
komoditas yang berakibat kegiatan perluasan sawah dilakukan pada kawasan- kawasan yang secara agroekologi kurang sesuai untuk tanaman padi. Sawah baru
ini pun kemudian menjadi lahan terlantar dan tidak digarap.
Masalah lain adalah ketersediaan jaringan pengairan, baik irigasi maupun drainase, yang tidak tersedia pada sawah-sawah baru akibat lemahnya
perencanaan kegiatan serta tidak terjadinya integrasi program. Kegiatan cetak sawah selain bermanfaat untuk mengganti sawah yang hilang atau terlanjur beralih
fungsi m enjadi penggunaan lain, juga merupakan suatu mekanisme ‗tukar guling‘
antar penggunaan lahan yang memberi keuntungan lebih tinggi. Selama mekanisme tersebut diatur dengan baik, hal itu bisa mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik bagi Tanjung Jabung Timur. Hal ini mengacu kepada pengalaman di China yang laju alih fungsi lahan pertanian pangan pada periode
1986-2000 sebanyak 0.16 sedangkan lahan pertanian pangan baru yang dicetak atas investasi pemerintah mencapai 5.7 juta ha atau 2.1 dari total lahan pangan
waktu itu. Lahan pangan yang dialih fungsikan tersebut merupakan lahan yang berada di sekitar pantai dan dekat perkotaan sehingga dapat dijustifikasi sebab
memberikan nilai ekonomi lebih besar dibanding penggunaannya sebagai lahan pertanian Deng et al.
. Namun harus ada batasan yang jelas tentang lahan yang bisa dialihfungsikan tersebut, karena menurut Iqbal 2007 tanpa batasan
spesifik mengenai ‗nilai ekonomi lebih tinggi‘, maka akan muncul kecenderung mengkonversikan lahan bila ada investor yang menginginkan lahan tersebut
dengan harga tinggi. Menurut keterangan dari pejabat Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jambi, semua kegiatan cetak sawah di Provinsi Jambi didanai oleh
APBN. Daerah yang mengusulkan kegiatan cetak sawah, sebelumnya harus melakukan Survei Investigasi dan Desain SID untuk menentukan lokasi yang
cocok untuk sawah serta memiliki sumber air terdekat. Namun seringkali lokasi yang telah dilakukan SID, beberapa tahun kemudian telah berubah fungsi
sehingga kegiatan cetak sawah batal dilakukan.
Pada kegiatan optimasi lahan sawah yang berasal dari pembongkaran kebun sawit, meskipun luasnya relatif kecil, kegiatan ini bisa mengingatkan petani padi
untuk tidak terburu-buru mengalihfungsikan lahan sawah menjadi sawit karena tidak semua lahan cocok untuk dijadikan kebun sawit. Peningkatan produksi padi
di Tanjung Jabung Timur masih bisa dilakukan tanpa mengandalkan perluasan lahan karena luas baku sawah masih tinggi. Menurut laporan United Nations
Environment Programme
UNEP, peningkatan volume produksi tanaman di wilayah sedang berkembang umumnya terjadi karena faktor ekspansi lahan
pertanian, sedangkan jumlah panen terkendalaterbatas karena faktor rendahnya pendidikan petani serta kurangnya pupuk dan input produksi lainnya UNEP
. Penambahan produksi padi melalui peningkatan produktivitas tanaman di Tanjung Jabung Timur belum terlihat. Pertumbuhan produktivitas padi dari tahun
- hanya meningkat per tahun BPS 2014a dan diantara semua kabupatenkota di Provinsi Jambi, produktivitas padi daerah ini adalah yang
terendah BPS 2015a.
Kegiatan ekstensifikasi lahan sawah memiliki keterbatasan karena sumber daya lahan yang terbatas di Tanjung Jabung Timur di mana sebagian wilayahnya
berbatasan dengan pantai timur Provinsi Jambi yang merupakan kawasan Hutan Lindung Gambut dan Taman Nasional Berbak, sehingga kegiatan intensifikasi
menjadi pilihan terbaik. Melalui program GERTAK TANPA DUSTA ditargetkan
terjadi peningkatan Indeks Pertanaman menjadi dua kali setahun. Menurut Busyra et al.
, untuk meningkatkan IP 100 menjadi 200, petani Tanjung Jabung Timur memerlukan alsin seperti hand tractor sehingga pengolahan lahan tidak
terlambat serta mesin perontok padi power thressher agar perontokan padi dapat dilakukan segera setelah panen sehingga petani punya cukup waktu untuk
mengolahan lahan persiapan musim tanam kedua. Terdapat perbedaan produktivitas sawah pada Musim Tanam MT 1musim hujan 3.52 tha sampai
27 tha dan MT IImusim kering I 3.12 sampai 4.14 tonha namun hasilnya masih sangat menguntungkan petani. Menurut Suryana dan Kariyasa 2008, pada
tahun 2005-2006 perbandingan luas lahan pertanian dengan jumlah penduduk Indonesia 0.24 haorang sedangkan rata-rata negara di Asia memiliki
perbandingan 0.13 haorang. Posisi daya dukung lahan pertanian Indonesia berada di bawah Thailand yang mencapai 0.32 haorang dan lebih baik dari Myanmar
0.01 haorang, Jepang 0.03 haorang dan Korea 0.04 haorang. Meskipun demikian, daya dukung lahan pertanian yang baik tersebut tidak akan bisa
dipertahankan lama karena pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar.
Kegiatan GERTAK TANPA DUSTA di daerah ini yang telah berjalan selama empat tahun, pada tahun 2015 baru mencapai target sebanyak 1 500 ha.
Guna mempercepat peningkatan IP, kondisi yang harus dipersiapkan pemerintah daerah adalah kelengkapan infrastruktur seperti: long storage tempat
penampungan air hujan yang mirip kanal yang disesuaikan dengan kondisi lahan pertanian di sekitarnya, dam parit dan alat mesin pertanian seperti power
thresher, Rice Milling Unit
RMU dan traktor tangan Komunikasi pribadi, Ir. MaushulKadis Pertanian Tanjung Jabung Timur.
Kegiatan asuransi pertanian Asuransi Usaha Tani PadiAUTP baru dilaksanakan di daerah ini pada tahun 2016 dengan memberi subsidi premi sawah
seluas 970.75 ha. Target yang dibebankan kepada PT Jasindo adalah 6 800 ha. Kegiatan ini bisa memotivasi petani untuk menanam sawahnya yang dibiarkan
terlantar karena kegagalan panen akan diganti oleh pihak asuransi sebanyak Rp
jutaha, sedangkan premi asuransinya 80 disubsidi oleh pemerintah. Kekuatan dan kelemahan ketiga skenario dirangkum pada Tabel
Dari Tabel .4, pemerintah diharapkan memilih skenario yang moderat,
yang sesuai dengan kemampuan daerah terkait dengan jumlah dan kualitas aparat untuk menjalankan kegiatan insentif tersebut.
Tabel . Kelemahan dan kekuatan skenario I, II dan III
Skenario Kekuatan
Kelemahan I
target asuransi pertanian yang dibebankan pada PT Jasindo tercapai
target LP2B 17 000 ha belum tercapai; laju pengurangan sawah
masih besar II
target LP2B 17 000 ha telah tercapai; sawah baru telah berproduksi optimal; opsi paling moderat
dihubungkan dengan ketersediaan sumber daya aparatur
pengurangan sawah masih ada
III target LP2B 17 000 ha telah tercapai; sawah baru
telah berproduksi optimal; pengurangan sawah bisa dihentikan
kurang realistis dan ambisius dikaitkan dengan keterbatasan
sumber daya aparatur
Simpulan
Tanpa adanya intervensi pemerintah terhadap ketersediaan dan kebutuhan lahan sawah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, neraca lahan sawah mengalami
defisit pada tahun 2024 yang berarti kabupaten ini tidak lagi menjadi penyuplai gabah untuk Provinsi Jambi, bahkan menjadi tergantung pada pasokan dari luar.
Skenario pemberian insentif diproyeksikan secara signifikan dapat menjaga neraca lahan sawah tetap positif dengan surplus produksi beras yang sangat berguna
untuk menopang ketahanan pangan Provinsi Jambi. Ketiga skenario pada penelitian ini memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Skenario I tidak
memuaskan, diantaranya karena luas sawah yang tersedia kurang dari target LP2B serta laju pengurangan sawah yang tinggi. Skenario II dan III sudah
memuaskan, di mana skenario II lebih realistis jika dikaitkan dengan kesiapan jumlah serta kualitas aparatur untuk melaksanakan program ini, berhubung
Tanjung Jabung Timur merupakan kabupaten baru yang masih kekurangan sumber daya manusia berkualitas untuk melaksanakan kegiatan.