Pengaruh Perubahan Struktur Modal Dan Dividen Pay Out Ratio Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Lembaga Keuangan Di Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN

PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM

PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA

EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

DANIEL SEHATE SEMBIRING

087017007/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN

PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM

PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA

EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DANIEL SEHATE SEMBIRING

087017007/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA LEMBAGA KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Daniel S. Sembiring Nomor Pokok : 087017007

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 Desember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

2. Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul: “Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan di Bursa Efek Indonesia”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas

Medan, 01 Desember 2009 Yang membuat pernyataan :


(6)

ABSTRAK

DANIEL S. SEMBIRING, 2009, Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan

Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan

di Bursa Efek Indonesia, di bawah bimbingan: Ade Fatma Lubis (Ketua), Syamsul Bahri TRB (Anggota).

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh perubahan struktur modal perusahaan yang diwakili oleh perubahan debt to equity

ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay out ratio (DPR) terhadap perubahan

harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets

ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio

(DPR) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan melakukan pembayaran dividen selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 18 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt

to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan

perubahan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel dividen pay out ratio (DPR) yang berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Perubahan Struktur Modal, Perubahan Debt To Assets Ratio, Perubahan

Long Term Debt To Equity Ratio, Perubahan Long Term Debt To Assets Ratio, Perubahan Equity To Assets Ratio, Dividen Pay Out Ratio dan


(7)

ABSTRACT

DANIEL S. SEMBIRING, The Influence of the Changing of Capital Structure and Dividend Pay Out Ratio on the Changing of Stock Price in Financial Institution in Bursa Efek Indonesia (BEI), under supervised: Ade Fatma Lubis (Head), Syamsul Bahri TRB (Member).

The purpose of this research is to find out the empirical evidence about the influence of the changing of capital structure represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR), equity to assets ratio (EAR) and also the influence of dividend pay out ratio (DPR) on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia (BEI).

The hypothesis in this research is the changing of capital structure variables which represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR) and also dividend pay out ratio variable have an effect on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia either simultaneously or partially. The object of this research are the companies of financial institution which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and do payment of dividend during perception year that is counted 18 companies. Data collected by taking documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and visit Bursa Efek Indonesia web site in www.idx.co.id. Data processed by using SPSS tool and employed multiple regression.

The result shows that the changing of capital structure variables represented by the debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR), and also dividend pay out ratio (DPR) variables simultaneously significant influence on the changing of stock price in financial institution, however, the variable of dividend pay out ratio positively influence on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia.

Keywords: The Changing of Capital Structure, The Changing of Debt To Assets Ratio, The Changing of Long Term Debt To Equity Ratio, The Changing of Long Term Debt to Assets Ratio, The Changing of Equity to Assets Ratio, Devidend Pay Out Ratio and The Changing of Stock Price.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan di Bursa Efek Indonesia”, untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRb, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak, Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak, selaku Dosen Pembanding yang


(9)

telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

6. Yang tercinta, istriku, Sarjani Pasaribu dan anak kami Adella yang selalu dan tiada henti-hentinya memberikan doa, dorongan dan motivasi bagi penulis di dalam menyelesaikan studi.

7. Yang tercinta, D. Sembiring (Bapak), I. br. Depari (Mamak), yang telah merawat penulis sejak kecil hingga saat ini. Terima kasih atas kasih sayang yang telah kalian berikan kepadaku hingga saat ini.

8. Kakak-kakak penulis, Kak Pinta dan Kak Rimna beserta suami, terima kasih atas doa dan perhatian yang telah kalian berikan kepadaku.

9. St. R. Pasaribu (Ayah Mertua), R. br. Lumbantoruan (Ibu Mertua), Kak Hetty dan keluarga (Kakak Ipar), Roma, Eska, Eto dan Daniel (Adik Ipar), terima kasih buat kasih sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Rekan-rekan penulis di Bank SUMUT Kantor Cabang Pembantu USU, yang selalu memberikan dukungan bagi penulis.

11.Teman-teman mahasiswa, khususnya yang seangkatan, kebersamaan dalam suka dan duka melewati perkuliahan tidak akan pernah dilupakan.

12.The last, especially, the one, who always loves me and give me spirit when i


(10)

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik pada saat kuliah maupun pada saat penyusunan tesis ini. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki yang menjadikan tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Desember 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Daniel Sehate Sembiring 2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 01 September 1979 3. Agama : Kristen Protestan

4. Pekerjaan : Pegawai PT. Bank SUMUT 5. Orang Tua

a. Ayah : Dep Sembiring

b. Ibu : Imat Sembiring Depari

6. Alamat : Jl. Darussalam Gg. Turi No. 16 Medan 7. No. HP : 081396742758

8. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SD ST Antonius Medan, lulus tahun 1992 b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Medan, lulus tahun 1995 c. Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 4 Medan, lulus tahun 1998 d. Universitas : Universitas Sumatera Utara


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan Penelitian ………... 8

1.4. Manfaat Penelitian ………... 9

1.5. Originalitas ………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 11

2.1. Landasan Teori ………... 11

2.1.1. Teori Struktur Modal ………... 12

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.. 18

2.1.3. Kebijakan Dividen ....………... 21

2.1.4. Pendekatan dalam Kebijakan Dividen …....…... 24

2.1.5. Kebijaksanaan Pembayaran Dividen …....…... 24

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dividen suatu Perusahaan ... 25

2.1.7. Metode Penilaian Harga Saham..…………... 27

2.2. Review Peneliti Terdahulu ………... 30

BAB III KERANGKA KONSEP & HIPOTESIS ………... 33

3.1. Kerangka Konsep………... 33

3.2. Hipotesis ………... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ………... 36

4.1. Jenis Penelitian ………... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 36


(13)

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 37

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 38

4.6. Metode Analisis Data ………... 40

4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 41

4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46

5.1. Hasil Penelitian ……….. 46

5.1.1. Deskripsi Data ... 46

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

5.1.3. Analisa Persamaan Regresi ... 59

5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 60

5.2. Pembahasan …..………... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68

6.1. Kesimpulan …..………... 68

6.2. Keterbatasan ...………... 69

6.3. Saran ...………... 69


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Fenomena Perubahan Harga Saham Sampel Perusahaan

Lembaga Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia... 6

2. Hasil Penelitian Terdahulu ... 31

3. Daftar Jumlah Sampel Perusahaan ... 37

4. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 39

5. Deskripsi Data Penelitian ... 46

6. Uji Statistik Kolmogorov–Smirnov (Sebelum Transformasi) ... 48

7. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah transformasi) ... 49

8. Uji Autokorelasi (Sebelum Transformasi) ... 55

9. Uji Autokorelasi (Setelah Transformasi) ... 55

10. Uji Multikolinearitas (Sebelum Dilakukan Transformasi)... 56

11. Uji Multikolinearitas (Setelah Dilakukan Transformasi)... 56

12. Uji Multikolinearitas (Setelah Transformasi dan Menghilangkan Variabel Perubahan DER) ... 57

13. Analisa Persamaan Regresi ... 59

14. Tabel nilai Adjusted R Square ... 60

15. Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ... 61


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio

terhadap Perubahan Harga Saham ………... 33

2. Histogram Perubahan DER (Sebelum Transformasi) ... 49

3. Histogram Perubahan DAR (Sebelum Transformasi) ... 50

4. Histogram Perubahan LDER (Sebelum Transformasi) ... 50

5. Histogram Perubahan LDAR (Sebelum Transformasi) ... 51

6. Histogram Perubahan EAR (Sebelum Transformasi) ... 51

7. Histogram Perubahan DPR (Sebelum Transformasi) ... 52

8. Histogram Perubahan Harga Saham (Sebelum Transformasi) ... 52

9. Histogram Variabel Dependen (Setelah Transformasi) ... 53

10. Grafik Normal Plot (Setelah Transformasi) ... 54

11. Uji Heterokedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 58


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Nama-nama Perusahaan Lembaga Keuangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia ………... 73 2. Hasil SPSS Sebelum Transformasi... ... 75 3. Hasil SPSS Setelah Transformasi... ... 83


(17)

ABSTRAK

DANIEL S. SEMBIRING, 2009, Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan

Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan

di Bursa Efek Indonesia, di bawah bimbingan: Ade Fatma Lubis (Ketua), Syamsul Bahri TRB (Anggota).

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh perubahan struktur modal perusahaan yang diwakili oleh perubahan debt to equity

ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay out ratio (DPR) terhadap perubahan

harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets

ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio

(DPR) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 – 2008, aktif menerbitkan laporan keuangan dan melakukan pembayaran dividen selama tahun pengamatan yaitu sebanyak 18 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt

to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan

perubahan equity to assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio (DPR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, namun secara parsial, hanya variabel dividen pay out ratio (DPR) yang berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Perubahan Struktur Modal, Perubahan Debt To Assets Ratio, Perubahan

Long Term Debt To Equity Ratio, Perubahan Long Term Debt To Assets Ratio, Perubahan Equity To Assets Ratio, Dividen Pay Out Ratio dan


(18)

ABSTRACT

DANIEL S. SEMBIRING, The Influence of the Changing of Capital Structure and Dividend Pay Out Ratio on the Changing of Stock Price in Financial Institution in Bursa Efek Indonesia (BEI), under supervised: Ade Fatma Lubis (Head), Syamsul Bahri TRB (Member).

The purpose of this research is to find out the empirical evidence about the influence of the changing of capital structure represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR), equity to assets ratio (EAR) and also the influence of dividend pay out ratio (DPR) on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia (BEI).

The hypothesis in this research is the changing of capital structure variables which represented by the changing of debt to equity ratio (DER), debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR) and also dividend pay out ratio variable have an effect on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia either simultaneously or partially. The object of this research are the companies of financial institution which are listing in Bursa Efek Indonesia since the year 2003 until 2008, actively publish the financial statement and do payment of dividend during perception year that is counted 18 companies. Data collected by taking documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and visit Bursa Efek Indonesia web site in www.idx.co.id. Data processed by using SPSS tool and employed multiple regression.

The result shows that the changing of capital structure variables represented by the debt to assets ratio (DAR), long term debt to equity ratio (LDER), long term debt to assets ratio (LDAR) and equity to assets ratio (EAR), and also dividend pay out ratio (DPR) variables simultaneously significant influence on the changing of stock price in financial institution, however, the variable of dividend pay out ratio positively influence on the changing of stock price in financial institution in Bursa Efek Indonesia.

Keywords: The Changing of Capital Structure, The Changing of Debt To Assets Ratio, The Changing of Long Term Debt To Equity Ratio, The Changing of Long Term Debt to Assets Ratio, The Changing of Equity to Assets Ratio, Devidend Pay Out Ratio and The Changing of Stock Price.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham perusahaan apabila perusahaan tersebut sudah listing di bursa. Investor membeli saham di pasar modal karena mereka mengharapkan keuntungan atas investasi yang mereka lakukan. Keuntungan itu dapat berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga beli terhadap harga jual saham yang ia perdagangkan. Sedangkan dividen adalah sejumlah keuntungan yang diterima perusahaan dari hasil operasi perusahaan yang disisihkan kepada pemegang saham.

Investor yang berinvestasi dalam saham perlu mempertimbangkan risiko dan return yang akan diterimanya kelak. Diperlukan analisa untuk mengidentifikasi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisa atas penilaian harga bertujuan untuk memberikan informasi relevan kepada investor. Dalam melakukan penilaian atas suatu saham, investor dapat menggunakan pendekatan teknikal maupun fundamental. Di dalam pendekatan teknikal dilakukan dengan cara menilai saham secara individual dengan menggunakan grafik. Informasi tentang harga saham dan volume perdagangan merupakan alat utama dalam analisa ini. Sedangkan analisa penilaian harga saham dengan pendekatan fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi


(20)

faktor-faktor fundamental yang dianggap berpengaruh terhadap perusahaan. Pendekatan yang populer digunakan dalam penilaian harga saham adalah metode price earning

ratio. Pendekatan price earning ratio sering digunakan oleh investor dalam

melakukan penilaian suatu saham. Pendekatan atas metode price earning ratio diperoleh dari pembagian harga saham saat ini dengan earning per share perusahaan.

Earning per share diperoleh dari Jumlah laba bersih yang diperoleh dibagi dengan

saham yang beredar. Price earning ratio merupakan indikator di dalam menentukan kewajaran atas nilai suatu saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula price earning ratio. Semakin tinggi price earning ratio, semakin besar keyakinan investor bahwa nilai suatu saham tersebut sudah over valued, yang berarti terdapat kecenderungan bahwa harga suatu saham akan menurun, disebabkan harganya saat ini sudah sangat tinggi. Menurut Mashurdin (2003) dalam penelitiannya terhadap harga saham perusahaan yang go public di Indonesia tahun 2001, menyatakan rata-rata price earning ratio perusahaan adalah 8,80%. Ia menyatakan bahwa saham yang price earning ratio nya masih di bawah 8,80% (rata-rata) ada kemungkinan meningkat harganya, karena masih under price, sedangkan saham yang price earning ratio nya sudah di atas 8,80% akan cenderung menurun, karena sudah over price.

Terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mempengaruhi harga saham. Diantaranya adalah faktor struktur modal yang dimiliki perusahaan, dan seberapa besar perusahaan mengeluarkan dividen yang tercermin dari dividen pay out


(21)

dividen yang tercermin dari dividen pay out ratio berpengaruh positif terhadap

perubahan harga saham pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Surabaya. Menurut Mashurdin (2003) dalam penelitiannya, ia menyatakan bahwa

dividen per lembar saham berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham

di Bursa Efek Jakarta. Ia melakukan penelitian dari periode tahun 1999 sampai tahun 2001. Dari penelitian di atas peneliti melihat bahwa dividen pay out ratio berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham. Semakin besar dividen yang diberikan oleh perusahaan yang tercermin dari dividen pay out ratio, semakin besar pula minat investor untuk memiliki saham tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi harga saham.

Kebijaksanaan struktur modal perusahaan yaitu bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan operasi perusahaan, apakah didanai dari modal sendiri atau dari hutang. Sumber dana dari internal perusahaan berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari hutang, penerbitan saham dan penerbitan obligasi. Komponen struktur modal terdiri dari debt to equity ratio, debt to

assets ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to assets ratio dan equity to

assets ratio. Kebijaksanaan struktur modal berhubungan dengan aliran kas

perusahaan di dalam operasi. Perusahaan harus memutuskan dari mana sumber dana harus diperoleh untuk menjalankan usaha, yang pada akhirnya perusahaan memperoleh laba bersih dari hasil operasi. Dari laba bersih tersebut, perusahaan kemudian membuat kebijakan berapa persen laba yang harus ditahan yang akan digunakan untuk kegiatan operasi di periode yang akan datang, dan berapa persen


(22)

yang akan dibagikan sebagai dividen. Pemberian dividen tercermin dari dividen pay

out ratio saham perusahaan yang diperoleh dari dividen yang diberikan perusahaan

dibagikan dengan laba bersih perusahaan Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara struktur modal dan kebijakan dividen perusahaan.

Penelitian tentang struktur modal menyatakan terdapat hubungan negatif antara struktur modal terhadap harga saham, yang berarti jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang di dalam kegiatan operasi, maka akan terjadi penurunan terhadap harga saham (Sriwardany, 2006: 43). Ia menggunakan debt to assets ratio (DAR) sebagai parameter pengukuran struktur modal. Penelitian ini dikhususkan kepada kelompok perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa periode tahun 2000 sampai tahun 2004. Eli Safrida (2008) menyatakan struktur modal berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti jika penggunaan hutang lebih banyak dalam kegiatan operasi akan menurunkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga ditujukan kepada jenis perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa. Di dalam pengukuran struktur modal, ia menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai parameter.

Terdapat 2 (dua) jenis perusahaan yang berbeda secara karakteristik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur memiliki karakteristik di mana kegiatan utama perusahaan adalah merubah suatu bahan mentah menjadi barang jadi. Misalnya, PT. Aqua Golden Missisipi Tbk, PT. Unilever Tbk dan PT. Mustika Ratu Tbk. Sedangkan


(23)

perusahaan yang bergerak di bidang jasa dalam hal ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan pada Bursa Efek Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, termasuk di dalamnya yaitu perusahaan perbankan, perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi dan perusahaan pembiayaan, misal: PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Trimegah Securities Tbk, PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk dan PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk.

Perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan yang dijual oleh mereka adalah jasa, dan bukan barang jadi. Dalam hubungannya dengan harga saham, penulis ingin melihat apakah juga terdapat pengaruh struktur modal dan

dividen pay out ratio khusus terhadap perusahaan yang bergerak di bidang lembaga

keuangan baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini penulis mengambil variabel perubahan struktur modal dan bukan struktur modal, dikarenakan terdapat kebijakan berbeda pada masing-masing perusahaan. Perusahaan perbankan biasanya memiliki struktur modal yang relatif stabil, namun perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan perusahaan sekuritas memiliki struktur modal yang sangat kecil. Jika struktur modal seluruh lembaga keuangan ini disatukan terdapat kemungkinan data tidak normal. Untuk menormalkan data tersebut, sekaligus untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur modal terhadap perubahan harga saham, maka penulis menggunakan perubahan struktur modal sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian ini.


(24)

Seperti penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat pengaruh struktur modal secara negatif terhadap harga saham dengan sampel perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan terdapat pengaruh positif dividen

pay out ratio terhadap harga saham, penelitian dilakukan kepada seluruh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dugaan adanya perbedaan karakteristik harga saham antara perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan dan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur terlihat dari fenomena perubahan harga saham perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di bursa tahun 2006-2008 seperti yang penulis tunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Fenomena Perubahan Harga Saham Sampel Perusahaan Lembaga Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Keterangan

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008

Perub DER (0.08) 0.25 0.30 (0.42) 2.08 0.46 Perub DAR (0.01) 0.02 0.07 (0.14) 0.99 0.18 Perub LDER (0.60) (0.28) 1.19 (0.38) 3.70 2.88 Perub LDAR (0.57) (0.41) 0.79 (0.07) 2.04 2.13 Perub EAR 0.08 (0.19) (0.18) 0.48 (0.35) (0.19)

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2006 2007 2006 2007 2006 2007

DPR 0.50 0.50 0.17 0.21 0.30 0.39

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 2006-2007 2007-2008 Perubahan

Harga Saham 0.05 (0.65) 1.88 (0.71) (0.01) (0.23)

PT. Bank Negara PT. BFI Finance

Indonesia Tbk (BFIN) Indonesia Tbk (BBNI)

PT. Panin Securities Tbk (PANS)


(25)

Secara sekilas penulis melihat bahwa dividen pay out ratio pada sampel 3 (tiga) perusahaan di atas menghasilkan perubahan harga saham yang berbeda-beda. Pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dividen pay out ratio yang konstan justru menurunkan harga saham. Sementara pada PT. Panin Securitas Tbk (PANS),

dividen pay out ratio yang semakin tinggi justru menurunkan harga saham. Hal yang

sama terjadi pada PT. BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), kenaikan dividen pay out

ratio tetap menurunkan harga saham. Namun pada komponen struktur modal,

kenaikan struktur modal menurunkan harga saham perusahaan seperti yang dialami PT. Bank Negara Indonesia (BBNI). Namun ini adalah sampel kecil dari seluruh populasi perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan. Diperlukan seluruh populasi yang dianggap mewakili dari lembaga keuangan yang terdaftar di bursa untuk melihat apakah ada pengaruh dari struktur modal dan dividen pay out ratio terhadap perubahan harga saham dikhususkan pada lembaga keuangan yang terdaftar di bursa.

Penelitian ini dilakukan penulis untuk melihat apakah terdapat respon pasar terhadap perubahan struktur modal perusahaan dan kebijakan dividen terhadap harga saham yang khusus ditujukan kepada lembaga keuangan yang terdaftar di bursa. Hal ini dilakukan karena berdasarkan penelitian terdahulu terhadap jenis perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan jenis manufaktur, terdapat respon pasar akan struktur modal terhadap harga saham. Demikian pula hasil penelitian terhadap perusahaan yang

listing di Bursa Efek Jakarta, terdapat pengaruh positif dividen pay out ratio terhadap


(26)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh perubahan struktur modal dan dividen pay out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka perumusan masalah dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal yang terdiri dari perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets

ratio (LDAR) dan perubahan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay

out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek

Indonesia baik secara parsial maupun simultan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal yang terdiri dari perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt

to assets ratio (LDAR) dan perubahan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh

dividen pay out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan


(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat. Manfaat yang diharapkan tersebut, yaitu:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan akuntansi dalam hal melakukan analisa terhadap struktur modal dan pemberian dividen perusahaan, sehingga perlu dicantumkan pada catatan atas laporan keuangan perusahaan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi investor di pasar modal, dalam hal ini dengan mengetahui struktur modal dan besarnya dividen

pay out ratio perusahaan, investor dapat merasa yakin dengan prospek

perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti sejenis untuk menyempurnakan penelitian ini, yaitu dengan meneliti variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi harga perbankan khususnya dan harga saham seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi penulis di dalam pemahaman penulis tentang dunia pasar modal.

1.5. Originalitas

Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2006), tesis Pasca Sarjana Universitas Terbuka dengan judul analisis struktur modal terhadap harga saham perusahaan obat-obatan terbuka di Bursa Efek Jakarta. Periode


(28)

penelitian dilakukan dari tahun 2001 sampai tahun 2004. Variabel dependen dalam penelitiannya adalah harga saham yang diukur dari perubahan harga saham periode saat ini dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya, sedangkan variabel independen adalah struktur modal yang terdiri dari Debt to Equity Ratio, Debt to

Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Assets Ratio dan

Equity to Assets Ratio.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2006), pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian akan perubahan struktur modal dari suatu periode tertentu terhadap periode yang lain yaitu perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity

ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR) dan perubahan

equity to assets ratio (EAR) serta menambahkan 1 (satu) buah variabel independen

yaitu dividen pay out ratio dalam pengaruhnya terhadap perubahan harga saham. Di samping itu waktu penelitian juga mengalami perubahan di mana, periode penelitian mengambil sampel lembaga keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2003 – 2008. Perbedaan lainnya, ialah peneliti mengambil sampel perusahaan jasa yaitu lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Sebelum berinvestasi di pasar modal, biasanya para pemodal akan menganalisa saham-saham yang mereka rasa memiliki potensi untuk berkembang. Saham yang ingin dibeli tersebut biasanya akan dinilai apakah nilainya terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Ketika menganalisa, tujuan para pemodal dalam jangka pendek adalah mengharapkan kenaikan harga saham tersebut, sehingga mereka mendapatkan capital gain atau selisih dari nilai saham sewaktu menjual dan membeli saham. Sedangkan tujuan jangka panjang pemodal adalah mengharapkan adanya dividen yaitu keuntungan bersih yang dibagikan perusahaan pada akhir periode kepada para pemegang saham.

Ada 2 (dua) pendekatan di dalam menilai harga saham, yaitu pendekatan teknikal dan pendekatan fundamental. Dalam analisis teknikal, investor menggunakan data berupa volume perdagangan, harga saham, sentimen pasar dan indikator lainnya. Dalam pendekatan ini, investor cenderung melihat data saham perusahaan dari pasar dengan segala perubahan yang terjadi di dalam pasar atas suatu saham. Sedangkan di dalam analisis fundamental, investor murni menggunakan data historis yang menggunakan data-data dari internal perusahaan, seperti laba bersih, struktur modal,

dividen, total asset, cash flow dan lain-lain. Komponen-komponen di atas merupakan


(30)

di dalam pengaruh struktur modal dan dividen terhadap perubahan harga saham, telah banyak diteliti sebelumnya. Sriwardany (2006), menyatakan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur, yang berarti jika kebijaksanaan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang, maka akan terjadi penurunan harga saham. Mashurdin (2003) menyatakan bahwa dividen per lembar saham mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan yang go public di Indonesia. Dalam hal ini penulis mencoba mengangkat pengaruh kedua faktor tersebut secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham dikhususkan pada lembaga-lembaga keuangan bank dan non bank yang listing di Bursa Efek Jakarta.

2.1.1. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan berubah. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan dan Pujiastuti, 1996: 293). Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas. Dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan struktur modal mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri.


(31)

Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan di dalam menentukan perimbangan antara hutang dan ekuitas adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar di bursa. Terdapat berbagai teori tentang kebijakan struktur modal. Tetapi tidak ada yang terbaik. Kebijakan struktur modal erat kaitannya dengan sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dibagi ke dalam 2 (dua) bagian yaitu sumber pendanaan intern dan sumber pendanaan ekstern. Sumber pendanaan intern diperoleh dari laba ditahan dan cadangan sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh dari hutang, penerbitan saham maupun penerbitan obligasi.

Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut juga akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti adanya bauran utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham menjadi maksimal. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya. Apabila suatu perusahaan bermaksud untuk melakukan kombinasi atas struktur modal yang ada, maka tingkat biaya modal dari struktur modal tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of

capital). Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang merupakan kombinasi dari tingkat

biaya hutang dan tingkat biaya ekuitas yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Houston & Brigham, 2001: 418):


(32)

WACC = wd kd (1 – T) + wps kps + wce ks

Di mana, wd = persentase hutang

kd = biaya hutang sebelum pajak T = tarif pajak marjinal perusahaan wps = persentase saham preferen kps = biaya saham preferen wce = persentase saham biasa ks = biaya saham biasa.

(Young dan Byrne, 2001: 147) menyatakan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) sebagai berikut:

 

X (BIAYATOTAL)(1 T)

TOTAL PEMBIAYAAN

UTANG WACC

X BIAYAEKUITAS TOTAL

PEMBIAYAAN EKUITAS

Di dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average

Cost of Capital), kita perlu memperoleh data-data tentang jumlah utang dan ekuitas

dalam struktur modal, biaya utang, tingkat pajak dan biaya ekuitas (Young dan Byrne, 2001: 149).

Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian, di mana menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham, namun di sisi lain menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin


(33)

tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham (Weston & Brigham, 2001: 5-6).

Martono dan Harjito (2001: 239) menyatakan bahwa struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Martin et.al (1999: 385) menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham perusahaan. Pendanaan perusahaan yang bersumber dari modal sendiri dapat berupa modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika pendanaan dari dalam perusahaan masih mengalami kekurangan (defisit), maka perusahaan dapat mempertimbangkan pendanaan dari luar perusahaan, yaitu dari hutang. Kombinasi hutang dan modal sendiri harus dikelola sedemikian rupa, agar tercipta struktur modal yang optimal.

Hutang (debt) adalah sumber pembelanjaan yang mengandung risiko, yaitu risiko keuangan berupa bunga (interest) serta pembayaran kembali hutang (repayment). Karena mengandung risiko, maka hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan harus dilakukan dengan berhati-hati. Hutang hanya


(34)

dapat digunakan untuk membelanjai proyek, bila hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi.

Berikut akan dijelaskan beberapa teori struktur modal yang dikemukakan oleh para ahli, meliputi pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, teori

trade off, pendekatan laba operasi bersih dan pecking order theory.

1. Pendekatan Tradisional

Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950 an (Husnan & Pujiastuti, 1996: 296). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih besar. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun, dan setelah leverage tertentu meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Menurut pendekatan tradisional ini, struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.


(35)

2. Pendekatan Modigliani dan Miller

Profesor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller (MM) mempublikasikan teori ini pada tahun 1958. Di dalam artikel yang ditulisnya, mereka menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan perkataan lain, mereka menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan (Houston & Brigham, 2001: 31). Tetapi studi mereka didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain: tidak ada broker (pialang), tidak ada pajak dan tidak ada biaya kebangkrutan.

3. Teori Trade Off

Teori trade off menyatakan di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang, karena utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible). Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.

4. Pendekatan Laba Operasi Bersih

Pendekatan laba operasi bersih ini mengasumsikan investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapa pun tingkat hutang yang digunakan perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti


(36)

halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya, biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

5. Pecking Order Theory

Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Permasalahan mengenai struktur modal merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan, karena kebijakan akan penetapan struktur modal akan mempunyai efek yang langsung bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, di mana perusahaan mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban bagi perusahaan. Struktur modal merupakan cermin


(37)

mengenai kebijaksaan perusahaan di dalam menentukan pembiayaan kegiatan operasionalnya. Menurut Bambang Riyanto (1977: 236) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan perusahaan di dalam mengelola struktur modalnya yaitu:

1. Tingkat Bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal, biasanya perusahaan akan mempertimbangkan tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apabila tingkat bunga tinggi dan cenderung akan meningkat, biasanya perusahaan enggan untuk mendanai kegiatan perusahaan dengan hutang. 2. Susunan dari pada Aktiva

Apabila suatu perusahaan memiliki asset yang tertanam dalam aktiva tetap cukup banyak, biasanya mereka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal sendiri. Hal yang sebaliknya terjadi ialah, apabila perusahaan yang sebagian besar assetnya terdiri dari aktiva lancar, mereka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.

3. Kadar Resiko dari pada Aktiva

Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajad risikonya. Apabila ada aktiva yang memiliki derajad risiko yang tinggi, maka perusahaan harus lebih banyak menggunakan


(38)

modal sendiri, dan sedapat mungkin mengurangi pembelanjaan dengan menggunakan hutang.

4. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Jika hal seperti ini terjadi sebaiknya digunakan modal sendiri di dalam kegiatan pembelanjaan perusahaan.

5. Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada saat sedang booming, biasanya para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.

6. Sifat Manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Seorang manajer yang bersifat optimis akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dengan dana yang berasal dari hutang. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat pesimis, akan lebih hati-hati di dalam menanggung risiko dan lebih suka membelanjai pertumbuhan perusahaan dengan dana yang berasal dari sumber intern perusahaan yang tidak mempunyai beban finansial yang tetap.


(39)

7. Besarnya Suatu Perusahaan

Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap pertambahan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Biasanya perusahaan yang besar seperti ini akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan perusahaan. Hal ini tidak berlaku bagi perusahaan yang relatif kecil.

2.1.3. Kebijakan Dividen

Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang

saham. Selain dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian dari laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan pada periode berikutnya yang biasa disebut laba ditahan (retained earning). Rasio antara pemberian dividen dengan laba bersih disebut dividen payout ratio. Semakin kecil dividen payout ratio, maka akan semakin kecil dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun semakin besar dividen payout ratio semakin besar pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, dan semakin kecil laba yang ditahan untuk kegiatan operasional perusahaan berikutnya. Sepintas para pemegang saham merasa senang apabila dividen yang diberikan kepadanya itu besar, padahal apabila pendanaan perusahaan menggunakan laba ditahan, hal itu memiliki cost of

capital yang paling kecil, jika dibandingkan pendanaan perusahaan menggunakan

hutang. Sehingga perlu ditentukan suatu kebijakan dividen yang optimal dengan konsep memaksimumkan nilai perusahaan.


(40)

Selain dividen payout ratio ada juga yang disebut dengan dividen per share atau dividen per lembar saham. Yang membedakan antara dividen payout ratio dan

dividen per share adalah, bahwa angka dividen per lembar saham diperoleh dari

pembagian antara jumlah dividen yang dibayarkan dengan jumlah saham biasa yang beredar. Seperti halnya dividen payout ratio, semakin besar dividen per share, berarti semakin besar pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam hal ini diperlukan kebijakan di dalam pemberian dividen.

Di dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan perlu memperhatikan tingkat bunga yang berlaku. Apabila tingkat bunga cenderung naik, maka perusahaan lebih menyukai pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Akan tetapi apabila tingkat bunga cenderung turun, maka pendanaan yang bersumber dari hutang lebih disukai perusahaan. Akibatnya kebijakan pemberian dividen perusahaan dapat berubah.

Terdapat berbagai pendapat atau teori mengenai kebijakan dividen antara lain (1) Teori dividen tidak relevan, (2) Teori the bird in the hand dan (3) Teori perbedaan pajak.

1. Teori Dividen Tidak Relevan

Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM), di mana kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham maupun terhadap biaya modalnya. Miller dan Modigliani (MM) berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu tidak akan mempengaruhi harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna, para pemegang saham tidak membedakan antara


(41)

dividen dan laba ditahan, apakah pemberian dividen lebih besar kepada pemegang

saham, atau mengalokasikan sebagian besar keuntungan perusahaan kepada laba ditahan. Miller dan Modigliani (MM) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan dari besar kecilnya dividen pay out ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) (Atmaja, 1994: 351).

2. Teori Bird in The Hand

Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) berpendapat bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan (Weston & Brigham, 2001: 67). Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai penerimaan dividen dari pada capital gain. Sebaliknya Myron Gordon dan John Lintner berpendapat sebaliknya, di mana nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya mereka menerima dividen.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori ini beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari

capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan dividen. Untuk

investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan menaikkan harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih rendah dari pendapatan dividen.


(42)

2.1.4. Pendekatan dalam Kebijakan Dividen

(Gitosudarmo, 2002: 227 ) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di dalam membahas masalah dividen yaitu:

1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang

Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pembagian dividen berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha. Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya kapital yang rendah didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian besar dana diperoleh dari modal sendiri

2. Sebagai Kebijaksanaan untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan

Pendekatan ini berpendapat bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari harapan investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut.

2.1.5. Kebijaksanaan Pembayaran Dividen

Dalam kebijaksanaan pembayaran dividen pada garis besarnya adalah (Gitosudarmo, 2002: 227):


(43)

1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Dividen yang Stabil)

Pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, walaupun terjadi fluktuasi dalam laba bersih.

2. Fluctuating Dividen Policy (Kebijakan Dividen yang Fluktuasi)

Pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan didasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.

3. Kombinasi Stable dan Fluctuating Dividen

Pada kebijakan kombinasi ini, besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil, tetapi sebagian lagi bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba, para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap. Tetapi apabila perusahaan mendapatkan keuntungan tinggi, maka pembayaran dividen juga diberikan tinggi.

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dividen Suatu Perusahaan

Menurut Riyanto (1979: 209), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian


(44)

1. Posisi Likuiditas Perusahaan

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan seberapa besar dividen yang akan dibagi. Semakin likuid perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Bagi perusahaan yang sedang tumbuh, mungkin likuiditasnya tidak terlalu besar, sehingga mempengaruhi perusahaan tersebut di dalam membayar cash dividen.

2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang

Setiap perusahaan pasti memiliki hutang yang berbeda-beda tingkat jatuh temponya. Pada saat jatuh tempo, perusahaan diharuskan untuk membayar hutangnya tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti bahwa akan semakin kecil dividen yang akan dibayarkan perusahaan.

3. Tingkat Perluasan Perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka akan makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, maka perusahaan akan lebih senang untuk menahan laba yang diperoleh, daripada membagikannya kepada pemegang saham.


(45)

4. Pengawasan terhadap Perusahaan

Terdapat perusahaan yang lebih senang menggunakan sumber dana intern di dalam membiayai kegiatan operasinya. Alasannya adalah apabila ekspansi perusahaan dibiayai dari penjualan saham baru, maka akan mengurangi kontrol dari kelompok yang dominan di dalam perusahaan. Jika ekspansi perusahaan dibiayai oleh hutang, akan memperbesar risiko finansial. Sehingga apabila perusahaan lebih mempercayakan sumber dana intern dalam membiayai kegiatan perusahaan, biasanya akan mengurangi dividen pay out

ratio yang akan dibagi.

2.1.7. Metode Penilaian Harga Saham

Pergerakan harga saham terjadi dalam setiap detik. Sulit untuk memperkirakan apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis dan penilaian harga saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini. Nilai intrinsik (NI) suatu saham menunjukkan present value (nilai sekarang) dari arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Lubis (2008: 211) menyatakan bahwa penilaian harga saham biasa sedikit lebih sulit daripada surat berharga yang lain karena:

1. Return dari saham biasa merupakan gabungan atas dividen dan capital gain

atau capital loss.

2. Dividen tidak selalu sama setiap periode, bahkan diharapkan dapat mengalami


(46)

3. Return atas saham biasa relatif lebih tidak pasti daripada return atas saham

preferen atau obligasi.

Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal, harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu. Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisa grafik untuk mengestimasi harga saham. Analisa grafik ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Sedangkan dalam analisis fundamental, harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, misal tingkat laba, pemberian dividen, struktur modal dan lain-lain. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan. Terdapat beberapa pendekatan yang lazim digunakan untuk menilai harga saham misalnya dengan pendekatan model pertumbuhan nol, model pertumbuhan konstan, dan model price earning ratio.

1. Model Pertumbuhan Nol

Model ini berasumsi bahwa pembayaran dividen perusahaan tiap tahunnya adalah konstan/sama. Jadi jumlah dari dividen yang dibayarkan tahun lalu (D0) juga

akan dibayarkan untuk tahun depan (D1), demikian seterusnya (D2) (Sharpe et.al,

1997: 165).


(47)

) 1 ( .... ) 1 ( ) 1 ( 1 1 1 0 s s s k D k D k D P        s t s t T k D k D P    

1 (1 ) 0

Contoh: Sebuah saham diperkirakan membayarkan dividen tiap tahunnya sebesar Rp. 500. Asumsi tingkat suku bunga 20%. Maka nilai intrinsik adalah:

500 . 2 2 . 0 500 0 Rp Rp k D P s   

2. Model Pertumbuhan Konstan

Model ini adalah model yang mengasumsikan dividen akan berkembang dari periode ke periode berikutnya dengan tingkat pertumbuhan yang sama selamanya (Sharpe et.al, 1997: 165).

            ) 1 ( ) 1 ( .... ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 0 2 2 0 1 1 0 0 s s s k g D k g D k g D P g k g D P s    ( ) 1 ( 0 0

Contoh: Sebuah saham tahun lalu membayarkan dividen Rp. 500 dan diperkirakan akan tumbuh 5% per tahun sampai tak terhingga. Asumsi tingkat suku bunga 20%. Maka nilai intrinsik adalah:

500 . 3 05 . 0 2 . 0 ) 05 . 1 ( 500 ( ) 1 ( 0 0 Rp Rp g k g D P s      


(48)

3. Model Pendekatan Price Earning Ratio

Pendekatan Price Earning Ratio sangat terkenal dan dipakai di banyak negara untuk mengestimasi harga saham. Karena kepopulerannya pendekatan ini telah dimasukkan dalam laporan tahunan “Emerging Capital Market Facebook” yang

diterbitkan oleh International Finance Corporation. Keunggulan dari pendekatan ini terletak pada kesederhanaannya (Samsul, 2006: 166). Price Earning Ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas rasio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Price Earning Ratio dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Price

Earning Ratio menunjukkan tingkat kewajaran atas harga suatu saham. Price Earning

Ratio yang tinggi menunjukkan harga saham tersebut sudah over valued, sehingga

memungkinkan untuk terjadi penurunan harga. Demikian sebaliknya, price earning

ratio yang rendah menunjukkan adanya potensi harga saham tersebut untuk menaik.

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Peneliti dalam hal ini mereplikasi dari judul-judul tesis sebelumnya, yang mengupas faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan yang nyata, yang penulis lakukan dalam tesis ini, adalah penulis mengambil variabel independen berupa variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to equity ratio,


(49)

perubahan debt to assets ratio, perubahan long term debt to equity ratio, perubahan

long term debt to assets ratio dan perubahan equity to assets ratio serta variabel

dividen pay out ratio untuk melihat pengaruhnya terhadap perubahan harga saham

khusus harga saham lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008. Berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk matriks.

Tabel 2. Hasil Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Iman Muhammad (2006)

Analisis struktur modal terhadap harga saham perusahaan obat-obatan terbuka di Bursa Efek Jakarta.

Struktur modal diwakili oleh DER, DAR, LDER, LDAR dan EAR, serta harga saham.

- DER, DAR, LDER, LDAR dan EAR secara bersama-sama

berpengaruh negatif terhadap harga saham. - DER merupakan

variabel yang dominan. Sriwardany (2006) Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijaksanaan struktur modal dan dampaknya

terhadap

perubahan harga saham pada perusahaan

manufaktur Tbk.

Pertumbuhan perusahaan,

struktur modal dan perubahan harga saham.

- Pertumbuhan

perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan harga saham.

- Struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham.


(50)

Lanjutan Tabel 2 Eli Safrida (2008)

Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

struktur modal, pertumbuhan

perusahaan dan nilai perusahaan.

- Struktur modal berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan.

- Pertumbuhan

perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan.

Mashurdin (2003)

Pengaruh Dividen Per Lembar Saham dan Tingkat Kesehatan Perusahaan

terhadap Harga Saham pada Perusahaan go

public di

indonesia.

Dividen per lembar saham, tingkat kesehatan

perusahaan, dan harga saham.

Dividen per lembar saham dan tingkat kesehatan perusahaan berpengaruh positif secara parsial dan simultan terhadap harga saham.

Andri Chasian Siregar (2004)

Analisis Struktur Modal dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas Perusahaan

Consumer Goods

yang Go Public di Indonesia.

Struktur modal diwakili oleh DER, DAR, LDER, LDAR dan EAR, serta harga saham serta profitabilitas perusahaan.

DER, DAR, LDER, LDAR dan EAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.


(51)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham

Perubahan Harga Saham (Y) 2. Perubahan Debt to

Assets Ratio (DAR) (X2)

1. Perubahan Debt to

Equity Ratio (DER) (X1)

4. Perubahan Long Term

Debt to Assets Ratio

(LDAR) (X4)

5. Perubahan Equity to

Assets Ratio (EAR) (X5)

Dividen Pay Out Ratio

(DPR) (X6) Perubahan Struktur Modal terdiri dari :

3. Perubahan Long

Term Debt to Equity Ratio (LDER) (X3)


(52)

Debt to equty ratio (DER) menunjukkan sejauhmana modal perusahaan

dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi DER maka akan semakin rendah pendanaan yang dibiayai dari intern perusahaan. Semakin tinggi DER maka akan semakin tinggi risiko finansial perusahaan, disebabkan perusahaan harus membayar hutang yang akan jatuh tempo. Dalam kaitannya dengan harga saham, penelitian terdahulu menyatakan bahwa semakin tinggi DER akan menurunkan harga saham, disebabkan para investor khawatir menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki risiko hutang tinggi.

Debt to assets ratio (DAR) menunjukkan sejauhmana aktiva yang dimiliki

perusahaan dalam membayar hutang perusahaan. Semakin tinggi DAR, maka semakin rendah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya yang dijamin dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Dalam hubungannya dengan harga saham, seperti halnya DER, maka semakin tinggi DAR akan menurunkan harga saham.

Long term debt to equity ratio (LDER) menunjukkan sejauhmana modal

perusahaan dapat membayar hutang jangka panjang perusahaan. Semakin rendah rasio ini, semakin baik pula kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Jika dihubungkan dengan harga saham, maka investor cenderung menyukai perusahaan yang memiliki LDER rendah.

Long term to assets ratio (LDAR) menunjukkan kemampuan perusahaan


(53)

dimiliki perusahaan. Seperti halnya LDER, maka investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki LDAR rendah.

Equity to Asset Ratio (EAR) adalah variabel yang didefinisikan sebagai

proporsi dari aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari modal sendiri. Semakin tinggi EAR, maka akan semakin besar pula persentase modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Dalam kaitannya dengan harga saham, investor lebih menyukai EAR yang semakin besar, disebabkan persentase modal sendiri yang semakin besar. Walaupun dalam penelitian terdahulu, tidak ditemukan pengaruh EAR terhadap perubahan harga saham.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konsep di atas, maka dapat dibangun hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Terdapat pengaruh perubahan struktur modal yang terdiri dari perubahan

debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long

term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR)

dan perubahan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen pay out ratio (DPR) terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan”.


(54)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2000: 63).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta dengan mengakses situs www.idx.co.id, di mana waktu penelitian dilakukan sekitar akhir bulan Juni 2009.

4.3. Populasi dan Sampel

Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 44 emiten, di mana penulis memilih 19 emiten yang dianggap mewakili dengan metode purposive sampling atau

emiten yang dianggap memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria dari perusahaan


(55)

1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki modal yang positif.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara periodik selama periode penelitian.

3. Perusahaan yang membayarkan dividen selama periode penelitian, minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

4. Perusahaan yang menghasilkan laba tiap tahunnya.

Tabel 3. Daftar Jumlah Sampel Perusahaan

No Keterangan Jumlah

1 Jumlah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2003 – 2008 44 2 Perusahaan jenis lembaga keuangan yang memiliki modal negatif (1) 3 Perusahaan jenis lembaga keuangan yang laporan keuangan

perusahaan tidak lengkap

(1)

4 Perusahaan jenis lembaga keuangan yang 3 (tiga) kali berturut-turut tidak membayarkan dividen tunai

(16)

5 Perusahaan jenis lembaga keuangan yang tidak berlaba (8) Jumlah sampel penelitian (perusahaan lembaga keuangan) 18

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dari penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data tersebut diperoleh dengan cara studi dokumentasi yang berasal dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Data yang diperoleh merupakan data pooling yaitu penggabungan data time series dan


(56)

cross section, di mana jumlah sampel penelitian sebanyak 18 sampel perusahaan

dengan pengamatan selama 5 (lima) tahun periode, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 (sembilan puluh) sampel.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 6 jenis variabel independen yaitu variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term debt to assets ratio (LDAR), dan perubahan equity to

assets ratio (EAR) serta variabel dividen pay out ratio (DPR). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah perubahan harga saham. Definisi operasional dan metode pengukuran variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:


(57)

Tabel 4. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Jenis Variabel Nama Variabel Definisi Variabel

Parameter Skala

Pengukuran Variabel Independen Variabel Perubahan Struktur Modal, terdiri dari : 1. Perubahan Debt to Equity Ratio (DER) (X1) 2. Perubahan Debt to Assets Ratio (DAR) (X2) 3. Perubahan LongTerm Debt to Equity Ratio (LDER) (X3) 4. Perubahan LongTerm Debt to Assets Ratio (LDAR) (X4) Perbandingan antara hutang perusahaan terhadap modal yang dimiliki perusahaan Perbandingan antara hutang perusahaan terhadap asset /aktiva yang dimiliki perusahaan Perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan terhadap modal yang dimiliki perusahaan Perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan terhadap aktiva / assets yang dimiliki perusahaan.

Perubahan DER = (DERt – DERt-1)

DERt-1

Perubahan DAR = (DARt – DARt-1)

DARt-1

Perubahan LDER = (LDERt – LDERt-1)

LDERt-1

Perubahan LDAR = (LDARt – LDARt-1)

LDARt-1

Rasio

Rasio

Rasio


(58)

Variabel Dependen 5. Perubahan Equity to Assets Ratio (EAR) (X5) Variabel Dividen Pay Out Ratio (DPR) (X6) Perubahan Harga Saham (Y) Perbandingan antara modal perusahaan terhadap aktiva /assets yang dimiliki perusahaan. Tingkat pembayaran dividen atas perolehan laba perusahaan Perbandingan harga saham periode tertentu dikurangi harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham periode sebelumnya

Perubahan EAR = (EARt – EARt-1)

EARt-1

DPR = Dividen Laba Bersih

Perubahan Harga Saham = (Hrg Saham t – Hrg Saham t-1) / Hrg

Saham t-1

Rasio

Rasio

Rasio

4.6. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisa regresi berganda (multiple regression analysis). Adapun bentuk persamaan regresinya adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5 + b6X6 + e

Keterangan :


(59)

a = konstanta b1,b2,b3,b4,b5,b6 = koefisien regresi X1 = Perubahan DER X2 = Perubahan DAR X3 = Perubahan LDAR X4 = Perubahan LDER X5 = Perubahan EAR

X6 = Dividen Pay Out Ratio

e = error-terms (variabel pengganggu) 4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas data, multikolinieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Dilakukannya uji asumsi klasik ini bertujuan

agar suatu data berdistribusi normal dan layak untuk diuji. 4.6.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian, di mana variabel dependen dan variabel independen, keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis, data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan), maka data disebut tidak berdistribusi normal. Normalitas variabel juga dapat dideteksi dengan menggunakan


(1)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -3.4211 3.1708 .3834 .70089 90 Std. Predicted Value -5.428 3.977 .000 1.000 90 Standard Error of Predicted

Value

.213 1.918 .452 .295 90

Adjusted Predicted Value -7.2692 1.9129 .3049 .98975 90

Residual -1.98135 11.21007 .00000 1.86522 90

Std. Residual -1.026 5.804 .000 .966 90

Stud. Residual -1.059 6.263 .015 1.040 90

Deleted Residual -2.11002 13.51217 .07857 2.20644 90 Stud. Deleted Residual -1.059 8.572 .062 1.318 90

Mahal. Distance .091 86.794 5.933 12.404 90

Cook's Distance .000 1.388 .032 .184 90

Centered Leverage Value .001 .975 .067 .139 90 a. Dependent Variable: PERUB_HRG_SHM


(2)

(3)

LAMPIRAN 3 :

HASIL SPSS SETELAH TRANSFORMASI

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 LN_DPR,

LN_LDAR, LN_EAR, LN_DAR, LN_LDERa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_HRG_SHM

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .438a .192 .122 .79286 1.352

a. Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_LDAR, LN_EAR, LN_DAR, LN_LDER b. Dependent Variable: LN_HRG_SHM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 8.644 5 1.729 2.750 .027a

Residual 36.460 58 .629

1

Total 45.104 63

a. Predictors: (Constant), LN_DPR, LN_LDAR, LN_EAR, LN_DAR, LN_LDER b. Dependent Variable: LN_HRG_SHM


(4)

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) -.940 .400 -2.353 .022

LN_DAR -.078 .099 -.145 -.791 .432 .414 2.414 LN_LDER .184 .195 .264 .941 .351 .177 5.649 LN_LDAR -.029 .147 -.056 -.199 .843 .176 5.694 LN_EAR .022 .147 .027 .150 .881 .446 2.244 1

LN_DPR .536 .194 .342 2.761 .008 .908 1.101 a. Dependent Variable: LN_HRG_SHM

Coefficient Correlationsa

Model LN_DPR LN_LDAR LN_EAR LN_DAR LN_LDER

LN_DPR 1.000 -.003 -.179 .288 .034

LN_LDAR -.003 1.000 .094 .192 -.904 LN_EAR -.179 .094 1.000 -.702 -.152

LN_DAR .288 .192 -.702 1.000 -.127

Correlations

LN_LDER .034 -.904 -.152 -.127 1.000 LN_DPR .038 -7.939E-5 -.005 .006 .001 LN_LDAR -7.939E-5 .022 .002 .003 -.026

LN_EAR -.005 .002 .022 -.010 -.004

LN_DAR .006 .003 -.010 .010 -.002

1

Covariances

LN_LDER .001 -.026 -.004 -.002 .038 a. Dependent Variable: LN_HRG_SHM


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -2.2426 -.6274 -1.3628 .37042 64 Std. Predicted Value -2.375 1.985 .000 1.000 64 Standard Error of Predicted

Value .135 .384 .234 .064 64

Adjusted Predicted Value -2.3139 -.5155 -1.3610 .38615 64

Residual -1.71976 1.98185 .00000 .76075 64

Std. Residual -2.169 2.500 .000 .959 64

Stud. Residual -2.203 2.654 .000 1.012 64

Deleted Residual -1.83128 2.23392 -.00179 .84813 64 Stud. Deleted Residual -2.281 2.807 -.004 1.033 64

Mahal. Distance .839 13.816 4.922 3.203 64

Cook's Distance .000 .149 .020 .034 64

Centered Leverage Value .013 .219 .078 .051 64 a. Dependent Variable: LN_HRG_SHM


(6)