Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufakturdi Bursa Efek Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 REGULER MEDAN
PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR MODAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
OLEH:
RUDY SITEPU 060502136 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Rudy Sitepu (2010). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufakturdi Bursa Efek Indonesia. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA. Selaku Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. selaku Ketua Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Yulinda, M.Si dan Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si. selaku Dosen Penguji.
Pengelolaan fungsi keuangan terutama menyangkut perubahan sturktur modal dalam kegiatan perusahaan memegang peranan yang penting. Keputusan mengenai sumber dan pengguanan dana perusahaan akan mempengaruhi hara saham
perusahaan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan variable struktur modal, Debt to Asset Ratio (DAR),
Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR)
terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio
(LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap perubahan harga saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Hipotesi penelitian ini adalah : “Perubahan struktur Modal dengan variable
Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan kriteria-kriteria
(pertimbangan) tertenu, yaitu perusahaan manufaktur yang terus menerus listing di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang di publikasikan secara lengkap selama periode 2006 sampai dengan 2009. Data yang dipakai adalah data sekunder berupa harga saham dan neraca dari perusahaan yang menjadi sampel selama 2006 sampai dengan 2009.
Penelitian dilakukan dengan analisis Regresi Linear Berganda yang dibantu alat uji SPSS 16.0. pengujian hipotesis menggunakan uji-F dan uji-t pada tingkat kepercayaan 5%. Melalui uji-F terlihat nilai F hitung sebesar 3,126 lebih besar dari F table sebesar 2,88 menunjukkan bahwa variable struktur modal Debt to Asset Ratio
(DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham perusahaan manufaktur. Secara parsial, variable DER adalah variable yang paling dominan.
Kata Kunci : Strutkru Modal, Harga Saham (Price), Debt to Asset Ratio (DAR),
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR).
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perubahan Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah banyak mendapat dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil, untuk itu melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Yulinda, M.Si. dan Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, SE., M.Si., selaku
(4)
6. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Ekonomi USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama perkuliahan.
7. Seluruh Staf Karyawan di Fakultas Ekonomi USU.
8. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak T. Sitepu dan Ibu L. Tarigan, serta Abang dan kakak penulis, Anthony Sitepu, Ernawaty Sitepu, Ina Krisnawaty Sitepu, dan Jony Sitepu atas kasih sayang dan dukungannya.
9. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Fredytio, Gabe, Parade, Romy, Salman, Tulus atas perhatian dan kebersamaan selama kuliah, serta seluruh teman-teman Manajemen Stambuk ’06, atas bantuan dan dukungannya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.
Medan, Agustus 2010
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Kerangka Konseptual ... 5
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelititan ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional ... 9
2. Definisi Operasional Variabel ... 10
3. Populasi dan Sampel ... 11
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
5. Jenis dan Sumber Data ... 14
6. Teknik Pengumpulan Data ... 14
7. Metode Analisis Data ... 15
BAB II URAIAN TEORI ... 21
A. Penelitian Terdahulu ... 21
B. Saham ... 22
(6)
D. Struktur Modal ... 25
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERBANKAN ... 35
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 35
B. Profil Perusahaan... 38
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 40
A. Deskripsi Rasio Struktur Modal dan Harga Saham Perusahaan . 40
B. Analisis Kelayakan Model ... 46
C. Pengujian Hipotesis ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman 1.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham
Perusahaan Manufaktur……… 4
1.2 Jumlah Sampel Perusahaan Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel ... 14
1.3 Sampel Penelitian ... 15
1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 20
3.1 Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 ... 36
3.2 Profil Perusahaan ... 37
4.1 Rata-rata Asset, Debt, Longterm Debt, Equity, dan Perubahan Harga Saham Perusahaan Tahun 2006-2009………. 39
4.2 Rasio Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Tahun 2006 - 2009 ... 43
4.3 Analisi Kelayakan Model ... 48
4.4 Uji Normalitas ... 50
4.5 Uji Heterokedastisitas ... 51
4.6 Uji Multikolinearitas ... 53
4.7 Uji Autokorelasi ... 54
4.8 Uji F ... 55
(8)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1.1 Kerangka Konseptual ... 9 4.1 Scatterplot ... 52
(9)
ABSTRAK
Rudy Sitepu (2010). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufakturdi Bursa Efek Indonesia. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA. Selaku Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. selaku Ketua Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Yulinda, M.Si dan Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si. selaku Dosen Penguji.
Pengelolaan fungsi keuangan terutama menyangkut perubahan sturktur modal dalam kegiatan perusahaan memegang peranan yang penting. Keputusan mengenai sumber dan pengguanan dana perusahaan akan mempengaruhi hara saham
perusahaan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan variable struktur modal, Debt to Asset Ratio (DAR),
Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR)
terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio
(LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap perubahan harga saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Hipotesi penelitian ini adalah : “Perubahan struktur Modal dengan variable
Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan kriteria-kriteria
(pertimbangan) tertenu, yaitu perusahaan manufaktur yang terus menerus listing di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang di publikasikan secara lengkap selama periode 2006 sampai dengan 2009. Data yang dipakai adalah data sekunder berupa harga saham dan neraca dari perusahaan yang menjadi sampel selama 2006 sampai dengan 2009.
Penelitian dilakukan dengan analisis Regresi Linear Berganda yang dibantu alat uji SPSS 16.0. pengujian hipotesis menggunakan uji-F dan uji-t pada tingkat kepercayaan 5%. Melalui uji-F terlihat nilai F hitung sebesar 3,126 lebih besar dari F table sebesar 2,88 menunjukkan bahwa variable struktur modal Debt to Asset Ratio
(DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham perusahaan manufaktur. Secara parsial, variable DER adalah variable yang paling dominan.
Kata Kunci : Strutkru Modal, Harga Saham (Price), Debt to Asset Ratio (DAR),
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR).
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal pada dasarnya menjembatani hubungan antara pemilik dana (investor) dengan pengguna dana (emiten atau perusahaan terbuka). Pasar modal menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dana dan memperbanyak alat-alat produksi yang pada akhirnya akan menciptakan pasar dan meningkatkan kegiatan perekonomian yang sehat.
Transaksi pasar modal berlangsung di bursa efek. Bursa efek bertujuan memperdagangkan sekuritas (efek). Semua yang termasuk surat berharga biasa di sebut efek, seperti: surat berharga komersial, surat pengakuan hutang, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda hutang, right issue, waran, dan produk-produk turunan lainnya yang ditetapkan sebagai efek oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Saham adalah efek yang paling banyak diperjual belikan di Bursa Efek.
Sebagai efek yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia, harga saham selalu mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi ini tergantung pada penawaran dan permintaan akan saham. Harga saham akan cenderung naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga suatu saham akan cenderung turun. Saham merupakan komoditi investasi yang tergolong beresiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat komoditinya sangat sensitif terhadap
(11)
perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun perubahan di dalam negeri, perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang, atau peraturan pemerintah. Perubahan-perubahan ini berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif.
Harga saham sangat erat hubungannya dengan nilai perusahaan, dimana baik buruknya nilai suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap harga saham perusahaan itu sendiri (Brigham dan Houston 2006: 448). Kita ketahui bahwa struktur modal selalu dihubungkan dengan nilai perusahaan, pada penelitian ini nilai suatu perusahaan digambarkan melalui perubahaan harga saham.
Struktur modal meruapakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham preferen dan saham biasa (Sjahrial 2009: 179). Kebijakan struktur modal akan berpengaruh positif terhadap nilai saham melalui penciptaan bauran atau kombinasi sumber dana (hutang jangka panjang dan modal sendiri) sehingga mampu memaksimalkan nilai saham.
Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan mengutamakan sumber-sumber dari dalam perusahaan, akan tetapi adakalanya juga kebutuhan dana sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana internal telah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan yang berupa hutang (debt). Penggunaan hutang dalam suatu perusahaan akan menaikkan nilai saham, karena adanya kenaikan pajak yang merupakan pos deduksi terhadap biaya hutang, namun pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan nilai saham karena
(12)
adanya pengaruh biaya kepailitan dan biaya bunga yang ditimbulkan dari adanya penggunaan utang. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Struktur modal merupakan salah satu keputusan penting manajer keuangan dalam menjaga dan meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga keuangan harus lebih berhati-hati dalam nementapkan struktur modal perusahaan. Dengan adanya perencanaan yang matang ketika menentukan sturuktur modal, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini struktur modal diwakili oleh,
Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset Ratio, dan Equity to Asset Ratio.
Sektor kegiatan industri manufaktur merupakan sektor yang cukup berprospek untuk kegiatan investasi. Hal tersebut terlihat dari industi manufaktur nasional yang memiliki peluang tumbuh di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pasca tahun 2020, tingkat pertumbuhannya akan mencapai 35% terhadap produk domestik bruto
(PDB
Industri manufaktur memiliki ruang gerak yang luas hingga tahun 2020. Industri tekstil dan produk tekstil yang sering disebut industri tidak berospektif. (sunset industry) merupakan salah satu sektor yang justru berpeluang mendorong pertumbuhan industry manufaktur.
Produktivitas industri manufaktur pada saat ini memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menentukan tingkat produktivitas nasional di Indonesia. Perbaikan
(13)
produktivitas dan kinerja perusahaan sangat erat kaitannya dengan kemampuan dalam menentukan kebijakan pendanaan (financial policy).
Tabel 1.1
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur
Keterangan Astra Internasional Unilever
2007 2008 2007 2008
DAR 49,61% 49,74% 49,48% 52,23%
LDAR 16,01% 16,45% 3,95% 4,71%
EAR 42,44% 40,97% 50,47% 47,66%
Harga Saham (Per lembar)
Rp 27.300 Rp 10.550 Rp 6.750 Rp 7.800
Sumber
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa PT Astra Internasional melakukan kebijakan struktur modal dengan menaikkan Debt to Asset Ratio dari 49,61% pada tahun 2007 menjadi 49,74% pada tahun 2008. Begitu juga dengan Long Term Debt to
Asset Ratio yang mengalami kenaikan dari 16,01% pada tahun 2007 menjadi 16,45%
di tahun 2008. Sedangkan Equity to Asset Ratio mengalami penurunan dari 42,44% pada tahun 2007 menjadi 40,97% di tahun 2008. Ternyata mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan dari Rp 27.300 di tahun 2007 menjadi Rp 10.550 di tahun 2008.
Pada PT Unilever kebijakan struktur modal juga dilakukan dengan menaikkan
Debt to Asset Ratio dari 49,48% pada tahun 2007 menjadi 52,23% pada tahun 2008.
Begitu juga dengan Long Term Debt to Asset Ratio yang mengalami kenaikan dari 3,95% pada tahun 2007 menjadi 4,71% di tahun 2008. Sedangkan Equity to Asset
Ratio mengalami penurunan dari 50,47% pada tahun 2007 menjadi 47,66% di tahun
2008. Ternyata mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan dari Rp 27.300 di tahun 2007 menjadi Rp 10.550 di tahun 2008.
(14)
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Perubahan Variabel Struktur Modal yang terdiri dari Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset Ratio, dan Equity to Asset Ratio berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia?”
C. Kerangka Konseptual
Perusahaan manufaktur mempunyai penataan struktur modal yang kompleks. Hal ini yang menuntut manajer keuangan perlu berperan lebih aktif lagi dalam menentukan struktur modal yang optimal terutama bagi perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini struktur modal diwakili oleh Debt to Asset Ratio, Long Term
Debt to Asset Ratio, dan Equity to Asset Ratio.
Struktur modal perusahaan merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang. Pemilihan struktur modal merupakan masalah yang menyangkut pendanaan yang digunakan perusahaan, yang pada akhirnya penentuan berapa banyak utang (financial laverage) yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai aktivanya.
(15)
Laverage keuangan merupakan tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba
tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham dan Houston, 2006: 17). Apabila hasil pengembalian atas aktiva lebih besar daripada biaya utang, laverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal dengan menggunakan laverage ini juga akan meningkat. Bila hasil pengembalian atas aktiva lebih kecil dari pada biaya hutang, maka laverage akan mengurangi hasil pengembalian atas modal.
Pendapat di atas dapat dipahami bahwa laverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham. Nilai saham biasa suatu perusahaan tergantung kepada tingkat kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan yang selanjutnya dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Hal ini menggambarkan berapa besar kemampuan perusahaan membagikan laba yang diperolehnya kepada pemegang saham. Tingkat keuntungan tersebut dapat menggambarkan nilai dividen yang akan dibagikan dan hal ini dapat meminimumkan biaya modal, karena tingkat dividen yang dibagikan selalu lebih rendah dari bunga Bank.
Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi DAR maka semakin rendah kemampuan perusahaan untuk membayarkan semua kewajibannya dan semakin rendah pula pembayaran dividen akibat pembayaran bunga yang tinggi. Perusahaan yang memiliki DAR yang tinggi cenderung menaikkan risiko keuangan yang tinggi bagi para pemegang saham biasa.
(16)
Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) menunjukkan persentase aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka panjang. Equity to Asset Ratio (EAR) menunjukkan persentase aktiva yang pendanaannya berasal dari pemegang saham. Harga saham menunjukkan gambaran dari kekayaan pemegang saham yang mencerminkan nilai perusahaan. (Brealy dan Myres, 2006: 166).
Gambar 1.1 merupakan kerangka konseptual yang menegaskan bahwa semakin tinggi proporsi penggunaan hutang dalam struktur modal, yang ditunjukkan oleh besarnya Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR), maka semakin meningkat pula harga saham perusahaan. Semakin tinggi penggunaan modal sendiri (equity) dalam struktur modal, maka semakin menurun pula harga saham perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada gambar 1.1.
Sumber: Brigham dan Houston (2006), Sartono (2003)
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang diberikan, maka penulis merumuskan hipotesis bahawa perubahan struktur modal dengan Debt to Asset Ratio, Long Term
Harga Saham (Y) Deb to Asset Ratio (X1)
Long Term Debt to Asset Ratio (X2)
(17)
Debt to asset Ratio dan Equity to Asset ratio berpengaruh terhadap perubahan harga
saham pada industry manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelititan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan variable-variabel struktur modal yang terdiri dari
Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to asset Ratio dan Equity to Asset ratio terhadap
perubahan harga saham pada industry manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan melalui analisis dan pengujian pengaruh perubahan struktur modal terhadap perubahaan harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi dalam memprediksi kondisi perusahaan manufaktur pada masa mendatang dan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
(18)
c. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi bagi para manajer perusahaan khususnya untuk menilai pengaruh perubahan struktur modal yang di dalam penelitian ini diwakili oleh Debt to Asset Ratio, Long Term
Debt to asset Ratio dan Equity to Asset ratio terhadap perubahan harga saham
perusahaan manufaktur yang dikelolanya. d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi penelitian, khususnya penelitian mengenai pengaruh perubahan Debt to Asset Ratio, Long Term
Debt to asset Ratio dan Equity to Asset ratio terhadap perubahan harga saham
perusahaan dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna dan dapat diterapkan secara operasional di lapangan.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
• Variabel Independen (bebas) yaitu variable struktur modal dengan variable
Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to asset Ratio dan Equity to Asset ratio.
• Variabel dependen (terikat) yaitu harga saham
b. Perumusan masalah menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai 2009.
(19)
c. Laporan keuangan perusahaan yang dipakai adalah neraca serta laporan lain yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian selama periode penelitian.
d. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) perusahaan di akhir tahun.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perubahan Harga saham
Perubahan harga saham per tahun diukur melalui harga saham penutupan (closing price). Rumus: 1 1 − − − = t tahun akhir t tahun akhir t tahun akhir p p P SAHAM HARGA PERUBAHAN
Dimana P= Closing Price b. Debt to Asset ratio (DAR)
DAR merupakan perbandingan antara hutang total dengan aktiva total (Sjahrial, 2009: 3). Debt to Asset Ratio mendefinisikan berapa besar proporsi aktiva yang pendanaannya bersumber dari hutang.
Rumus: Asset Total Debt Total Ratio Asset to Debt =
(20)
Merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total asset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.
Rumus: Asset Total Debt Term Long Ratio Asset to Debt Term Long =
d. Equity to Asset Ratio (EAR)
Merupakan variable yang dikembangkan berdasarkan pernyataan (Sjahrial, 2006: 5), bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variable EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva. Rumus: Asset Total Equity Total Ratio Asset to Equity =
3. Polulasi dan Sampel a. Populasi
populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan (emiten) yang bergerak di sektor industry manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2009 yaitu sebanyak 139 perusahaan.
(21)
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang dilakukan digunakan oleh peneliti adalah:
• Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
• Perusahaan yang terus-menerus listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai dengan periode 2009.
• Perusahaan yang memiliki laporan keuangan lengkap dan dipublikasikan secara lengkap selama periode 2006 sampai dengan 2009.
Tabel 1.2
Jumlah Sampel Perusahaan Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel
No Karakteristik Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009
139 2 Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar
(listing) secara terus-menerus di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai dengan 2009.
(31)
3 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara lengakap selama periode 2006 samapai dengan 2009.
(70)
4 Jumlah sampel 38
Sumber
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 38 perusahaan. Adapun sampel-sampel tersebut antara lain:
Tabel 1.3 Sampel Penelitian No Kode Emiten Nama Emiten
1 AQUA Aqua Golden Misispi 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food 3 ASSI Astra Internasional 4 AUTO Astra Otoparts
5 BATA Sepatu Bata
(22)
Tabel 1.3
Sampel Penelitian (sambungan) 7 BRPT Barito Pacific
8 BUDI Budi Acid Jaya
9 CEKA Cahaya Kalbar
10 DLTA Delta Jakarta
11 DYNA Dynaplast
12 GDYR Goodyear Indonesia
13 GJTL Gajah Tunggal
14 GGRM Gudang Garam
15 HMSP HM Sempurna
16 INDF Indofood Sukses Makmur 17 INTP Indocement Tunggal Putra
18 INDS Indospring
19 IKBI Sumi Indo Kabel
20 JPFA Japfa Comfeed Indonesia 21 KBLM Kabelindo Murni
22 KLBF Kalbe Farma
23 MLIA Mulia Industrindo 24 MRAT Mustika Ratu
25 NIPS Nipress
26 RMBA Bentoel Internasional
27 SIMA Siwani Makmur
28 SMCB Holcim Indonesia
29 SPMA Suparma
30 SULI Sumalindo Lestari Jaya 31 UNIC Unggul Indah Jaya 32 TCID Mandom Indonesia
33 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 34 TOTO Surya Toto Indonesia 35 TRST Trias Sentosa
36 ULTJ Ultra Jaya Milk 37 UNVR Unilever Indonesia 38 VOKS Voksel Electric
Sumber :
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta
(23)
b. Waktu Peneltian
Penelitian dilakukan sejak bulan Mei 2010 Sampai dengan bulan juli 2010.
5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai dengan 2009.
6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung berupa literature, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti serta pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indoensia.
(24)
7. Metode Analisi Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian, penulis menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Deskripsi Variabel
Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variable terikat yaitu variable terikat (dependen) dan variable bebas (independen) berdasarkan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya.
b. Penerapan Model Analisis
Pada tahap ini akan dijelaskan hubungan variable antara variable terikat dan variable bebas dengan rumus:
Y = a + b1x1 +b2X2 + b3X3 + e
Dimana: Y = Perubahan harga saham
A = Konstanta
X1 = Debt to Asset Ratio
X2 = Long Term Debt to Asset Ratio
X3 = Equity to Asset Ratio
b1,2,3 = Koefisien regresi variable independen e = Term of error
Sebelum data dianalisis, maka model regresi berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi:
(25)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikut i distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005: 110). Menurut Ghozali (2005: 110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005: 115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.
(26)
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2005: 91). Hubungan linear antarvariabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas (Nachrowi, 2006: 95). Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 5.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut
(27)
Tabel 1.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak autokorelasi positif Tolak 0 < DW < dl Tidak autokorelasi positif No Decision dl < DW > du Tidak autokorelasi negative Tolak 4 - dl < DW <4 Tidak autokorelasi negative No Decision 4 - du < DW < 4 – dl Tidak autokorelasi positif atau negative Tidak Ditolak du < DW < 4 – dl
Keterangan : du = batas atas dl = batas bawah Sumber: Gujarati (1995:217)
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain, jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedasitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan uji glejser. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%, maka disimpulkan tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel dependen (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh variasi variabel independen (variabel bebas). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui koefisien determinasi multiple (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut
(28)
dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bias menjelaskan variabel dependen. Adjusted ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh factor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Uji – F (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk menghetahui apakah semua variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : bi = 0, artinya perubahan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset
Ratio,dan Equity to Asset Ratio secara simultan tidak berpengaruh terhadap
perubahan harga saham pada sektor industry manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Ha : bi ≠ 0, Artinya perubahan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset
Ratio,dan Equity to Asset Ratio secara simultan berpengaruh dan signifikan terhadap
perubahan harga saham pada sektor industry manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penelitian hipotesis pada uji-F ini adalah:
(29)
2. Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen secara parsial terhadap variasi variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah:
H0 : bi = 0, artinya, perubahan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset
Ratio,dan Equity to Asset Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan
harga saham pada sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Ha : bi ≠0, artinya perubahan Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Asset Ratio,dan
Equity to Asset Ratio secara parsial berpengaruh dan signifikan terhadap perubahan
harga saham pada sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α)
= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah : Ha ditolak (H0 diterima) jika : - ttabel ≤thitung ≤ttabel
(30)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Daniel (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Struktur Modal dan Dividen Pay Out Ratio terhadap Perubahan Harga Saham pada Lembaga Keuangan di Bursa Efek Indonesia”. Periode penelitian yang dilakukan ialah tahun 2003 samapai dengan 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh perubahan struktur modal perusahaan yang diwakili oleh perubahan debt to equity ratio (DER), perubahan debt to assets
ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan long term
debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta pengaruh dividen
pay out ratio (DPR) terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di
Bursa Efek Indonesia. Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh debt to equity ratio (DER), perubahan debt to
assets ratio (DAR), perubahan long term debt to equity ratio (LDER), perubahan
long term debt to assets ratio (LDAR) dan equity to assets ratio (EAR) serta variabel
dividen pay out ratio (DPR) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
perubahan harga saham.
Sumiati (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Periode penelitian yang dilakukan ialah tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui Apakah terdapat pengaruh
(31)
yang signifikan antara variabel struktur modal Debt to Equity Ratio (DER), Debt to
Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset
Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) terhadap perubahan harga saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Hipotesis penelitian ini adalah : " Struktur modal dengan variabel Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta.
B. Saham
Saham merupakan sumber keuangan korporasi yang berasal dari pemilik korporasi (Stockholders) dan merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa (Manahan, 2005: 138). Dengan memiliki saham menyatakan keikutsertaan seseorang dalam kepemilikan perusahaan, dan berhak mendapatkan pendapatan atau kekayaan perusahaan tetapi setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban perusahaan. Pendapatan yang diperoleh pemegang saham ini disebut dengan dividen. Pemegang saham selain mendapatkan beruap dividen, pemegang saham juga bisa mendapatkan sejumlah keuntungan dari fluktuasi harga saham.
Pada umumnya fluktusi harga saham dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan di pasar. Harga saham akan cenderung mengalami penurunan jika terjadi penawaran yang berlebihan dan harga saham akan cenderung mengalami kenaikan
(32)
jika permintaan terhadap saham itu meningkat. Keuntungan hasil penjualan akibat adanya fluktuasi harga saham ini dapat berupa Capital gain atau capital loss.
Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli harga saham, diperoleh
pada saat nilai jual lebih tinggi daripada nilai beli. Dan capital loss adalah kerugian dari hasil jual beli saham dimana nilai jual saham lebih kecil daripada nilai beli saham. Biasanya pemegang saham akan tetap mempertahankan saham dengan tidak diniagakan untuk menghindari capital loss dan berharap harga saham akan meningkat kembali.
Pemegang saham akan memperoleh dividen dari perusahaan yang mengeluarkan saham selama saham tidak diniagakan. Pembagian dividen tergantung pada kondisi perusahaan, bila perusahaan memerlukan dana atau mengalami kerugian, maka dividen tidak akan dibagikan pada tahun berjalan pada saat ini, kemungkinan dividen akan dibagikan saat tahun berjalan yang berikutnya tergantung pada kondisi perusahaan.
Dividen yang dibagikan pada pemegang saham dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai yaitu setiap pemegang saham akan memperoleh dividen berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap lembar saham. Sedangkan dividen saham yaitu dividen yang dibagikan berupa sejumlah saham sehingga jumlah saham investor menjadi semakin banyak.
Secara umum saham ada dua jenis yaitu, saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya biasanya Perseroan Terbatas (PT). Apabila saham biasa diperjualbelikan kepada masyarakat luas (public) melalui bursa efek, berarti
(33)
perusahaan yang mengeluarkannya sudah go public dan saham tersebut sudah terdaftar (listing) di bursah efek.
Penentuan besarnya tingkat pengembalian dan nilai saham biasa lebih sulit dibandingkan dengan saham preferen. Hal ini disebabkan:
1. Harapan pendapatan yang diperoleh tidak tentu dan sulit diprediksi.
2. Return saham biasanya merupakan gabungan dari dividen dan capital gain yang
diperoleh atau capital loss yang di derita investor. 3. Dividen saham tidak selalu sama setiap periode.
Saham preferen (preferred stock) merupakan surat penyertaaan kepemilikan saham yang mempunyai preferensi (keistimewaan) tertentu dibandingkan dengan saham biasa. Keistimewaan antara lain mengenai pemayaran dividen dan pembagian kekayaan perusahaan apabila perusahaan yang bersangkutan dilikuidasi. Pembayaran dividen saham preferen bersifat tetap setiap tahun dan biasanya dividen saham preferen dibayarkan terlebih dahulu sebelum dividen saham biasa. Dividen saham preferen harus dibayarkan walaupun proyek mengalami kerugian. Selain itu saham preferen tidak mempunyai waktu jatuh tempo (perepetuity). Oleh sebab itu saha preferen sering dikatakan sebagai saham yang bersifat mendua (campuran) atara obligasi dan saham biasa.
(34)
Pasar saham di negara maju sudah efisien dan persentase saham publik yang sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolak ukur menilai kinerja direksi suatu perusahaan publik. Perkembangan harga saham di bursa efek merupakan objek yang menarik untuk diprediksi dan dianalisis oleh para analisis. Keberhasilan dalam memprediksi perkembangan harga saham suatu perusahaan adalah tujuan yang diharapkan oleh investor yang bermain di pasar modal terutama investor yang berperan sebagai spekulan (Sitompul, 2004 : 195).
Harga saham di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung naik apabila mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung turun apabila mengalami kelebihan penawaran. Hal-hal ini yang diprediksikan dan dianalisis oleh para ahli meliputi: 1. Saham yang akan mengalami kenaikan dan kemerosotan harga
2. Berapa besar kemerosotan harga tersebut
3. Berapa lama kemerosotan dan kenaikan tersebut akan bertahan
D. Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan berubah. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang
(35)
dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan dan Pujiastuti, 1996: 293). Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas. Dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan struktur modal mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan di dalam menentukan perimbangan antara hutang dan ekuitas adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar di bursa. Terdapat berbagai teori tentang kebijakan struktur modal. Tetapi tidak ada yang terbaik. Kebijakan struktur modal erat kaitannya dengan sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dibagi ke dalam 2 (dua) bagian yaitu sumber pendanaan intern dan sumber pendanaan ekstern. Sumber pendanaan intern diperoleh dari laba ditahan dan cadangan sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh dari hutang, penerbitan saham maupun penerbitan obligasi.
Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut juga akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti adanya bauran utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham menjadi maksimal. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya. Apabila suatu perusahaan bermaksud untuk melakukan kombinasi atas struktur modal yang ada, maka tingkat biaya modal dari struktur modal tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of
(36)
capital). Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang merupakan kombinasi dari tingkat
biaya hutang dan tingkat biaya ekuitas yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Houston dan Brigham, 2001: 418):
WACC = wd kd (1 -T) + wps kps + wce ks
Di mana,
wd = persentase hutang
kd = biaya hutang sebelum pajak T = tarif pajak marjinal perusahaan wps = persentase saham preferen kps = biaya saham preferen wce = persentase saham biasa ks = biaya saham biasa.
(Young dan Byrne, 2001: 147) menyatakan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) sebagai berikut:
Di dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average
Cost of Capital), kita perlu memperoleh data-data tentang jumlah utang dan ekuitas
dalam struktur modal, biaya utang, tingkat pajak dan biaya ekuitas (Young dan Byrne, 2001: 149).
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian, di mana menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham, namun di sisi lain menggunakan lebih banyak
(37)
utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham (Weston dan Brigham, 2001: 5-6).
Martono dan Harjito (2001: 239) menyatakan bahwa struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Martin et.al (1999: 385) menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham perusahaan. Pendanaan perusahaan yang bersumber dari modal sendiri dapat berupa modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika pendanaan dari dalam perusahaan masih mengalami kekurangan (defisit), maka perusahaan dapat mempertimbangkan pendanaan dari luar perusahaan, yaitu dari hutang. Kombinasi hutang dan modal sendiri harus dikelola sedemikian rupa, agar tercipta struktur modal yang optimal.
Hutang (debt) adalah sumber pembelanjaan yang mengandung risiko, yaitu risiko keuangan berupa bunga (interest) serta pembayaran kembali hutang (repayment). Karena mengandung risiko, maka hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan harus dilakukan dengan berhati-hati. Hutang hanya dapat digunakan untuk membelanjai proyek, bila hasil yang diperoleh dari kegiatan
(38)
tersebut lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi. Berikut akan dijelaskan beberapa teori struktur modal yang dikemukakan oleh para ahli, meliputi pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, teori trade off, pendekatan laba operasi bersih dan pecking order theory.
1. Pendekatan Tradisional
Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950 an (Husnan dan Pujiastuti, 1996: 296). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat laverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Namun demikian setelah laverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih besar. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun, dan setelah leverage tertentu meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Menurut pendekatan tradisional ini, struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
(39)
Profesor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller (MM) mempublikasikan teori ini pada tahun 1958. Di dalam artikel yang ditulisnya, mereka menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan perkataan lain, mereka menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan (Houston dan Brigham, 2001: 31). Tetapi studi mereka didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain: tidak ada broker (pialang), tidak ada pajak dan tidak ada biaya kebangkrutan.
3. Teori Trade Off
Teori trade off menyatakan di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang, karena utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible). Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.
4. Pendekatan Laba Operasi Bersih
Pendekatan laba operasi bersih ini mengasumsikan investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapa pun tingkat hutang yang digunakan perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti
(40)
halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya, biaya modal ratarata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
5. Pecking Order Theory
Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Permasalahan mengenai struktur modal merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan, karena kebijakan akan penetapan struktur modal akan mempunyai efek yang langsung bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, di mana perusahaan mempunyai hutang yang sangat besar
(41)
akan memberikan beban bagi perusahaan. Struktur modal merupakan cermin mengenai kebijaksaan perusahaan di dalam menentukan pembiayaan kegiatan operasionalnya. Menurut Bambang Riyanto (1977: 236) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kebijaksanaan perusahaan di dalam mengelola struktur modalnya yaitu:
1. Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal, biasanya perusahaan akan mempertimbangkan tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apabila tingkat bunga tinggi dan cenderung akan meningkat, biasanya perusahaan enggan untuk mendanai kegiatan perusahaan dengan hutang.
2. Susunan dari pada Aktiva
Apabila suatu perusahaan memiliki asset yang tertanam dalam aktiva tetap cukup banyak, biasanya mereka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal sendiri. Hal yang sebaliknya terjadi ialah, apabila perusahaan yang sebagian besar assetnya terdiri dari aktiva lancar, mereka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.
3. Kadar Resiko dari pada Aktiva
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajad risikonya. Apabila ada aktiva yang memiliki derajad risiko yang
(42)
tinggi, maka perusahaan harus lebih banyak menggunakan modal sendiri, dan sedapat mungkin mengurangi pembelanjaan dengan menggunakan hutang.
4. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Jika hal seperti ini terjadi sebaiknya digunakan modal sendiri di dalam kegiatan pembelanjaan perusahaan. 5. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada saat sedang booming, biasanya para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
6. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Seorang manajer yang bersifat optimis akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dengan dana yang berasal dari hutang. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat pesimis, akan lebih hati-hati di dalam menanggung risiko dan lebih suka membelanjai pertumbuhan perusahaan dengan dana yang berasal dari sumber intern perusahaan yang tidak mempunyai beban finansial yang tetap.
7. Besarnya Suatu Perusahaan
Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap pertambahan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Biasanya perusahaan yang besar seperti ini akan lebih berani
(43)
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan perusahaan. Hal ini tidak berlaku bagi perusahaan yang relatif kecil.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gamabaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara resmi, pasar modal di Indonesia telah berdiri sejak 14 Desember 1912 dikenal dengan Vereniging Voor de Effectenhandel, bertempat di Jakarta. Dikarenakan perkembangan yang memuaskan, pemerintah colonial Belanda
(44)
kemudian mendirikan bursa efek di kota Surabaya (11 januari 1925) dan semarang (1 Agustus 1925).
Pergolakan politik dunia menyebabkan penutupan ketiga bursa efek tersebut. Sempat dibuka kembali setelah Hindia Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1951 namun kembali ditutup pada 1958, dikarenakan perekonomian nasional yang lebih diarahkan pada perekonomian sosialisasis. Hingga pada 10 agustus 1977, bursa efek kembali dibuka oleh Presiden RI dan ditandai dengan listingnya PT. Semen Cibinong. Setelah ditetapkan UU No. 8 tahun1955 tentang pasar modal, bursa efek di Indonesia semakin stabil. Terutama dikarenakan adanya kepastian hokum bagi lembaga pasar modal dan lembaga-lembaga penunjang pasar modal dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Pada tahun 2007, bursa efek di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, yaitu mergernya kedua pasar modal di Indonesia. Di bawah pengawasan dan koordinasi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya berhasil melaksanakan merger secara legal pada 1 Oktober 2007. Bursa hasil merger tersebut memulai operasional pertama pada tanggal 3 Desember 2007. Agar pelaksanaan merger ini tidak mengganggu kegiatan operasional maka implementasi merger dilakukan secara bertahap. Tahap pertama setelah merger efektif adalah penyatuan perdagangan saham di Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan untuk perdagangan produk-produk eks-BES lainnya tetap dilaksanakan dengan menggunakan system dan aturan eks-BES. Tahap kedua, yaitu pada tanggal 26 Desember 2007, mesin-mesin eks-BES telah dipindahkan ke lokasi yang sama dengan JATS sehingga teknis operasional telah
(45)
menjadi satu. Tahap selanjutnya adalah pemindahan karyawan eks-BES dari gedung Bapindo ke Gedung Bursa Efek Jakarta pada awal Febuari 2008. Dari sisi SDM, saat ini tengah dilakukan harmonisasi antara karyawan, perencangan system SDM masa transisi dan pasca transisi, mencakup struktur organisasi, system kompensasi, penempatan, dan sebagainya. Harmonisasi SDM ini selesai pada Mei 2008.
Adapun perkembangan perdagangan di Bursa Efek Jakarta dicerminkan dalam suatu indeks yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk seluruh perusahaan terbuka dan tercatat. Perkembangan indeks BEI dan volume perdagangan sahamnya digambarkan dalam table berikut ini:
Tabel 3.1
Perdagangan Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009
Tahun
Total Trading
IHSG Jumlah
Emiten Volume (Lembar) Nilai (Rp M)
2006 411.768.340.217 247.006,9 1.000,23 424 2007 401.868.034.588 406.006,3 1.162,63 432 2008 436.935.587.228 445.708,1 1.805,52 444 2009 1.039.361.453.055 1.050.154,22 2.745,83 468
(46)
Walaupun terdapat sebuah indeks yang mencerminkan keseluruhan market trend, BEI juga memiliki enam indeks lainnya. Indeks-indeks tersebut adalah indeks individual, indeks sekorial, indeks papan utama dan papan pengembangan, indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII) dan yang terbaru adalah Kompas 100.
Seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia juga dikelompokkan berdasarkan industry/usaha yang dimilikinya. Sektor-sektor tersebut adalah:
1. Pertanian 2. Pertambangan
3. Industry Dasar dan Kimia 4. Aneka Industri
5. Property dan Real Estate 6. Transformasi dan Manufaktur 7. Industry Barang konsumsi 8. Keuangan
9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
Dalam penelitian kali ini, sampel yang dipilih adalah yang bergerak di bidang manufaktur. Sektor-sektor yang tergolong dalam bidang manufaktur adalah industry dasar kimia, aneka industry,dan industry barang konsumsi. Jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat pada 2007 berdasarkan pernyataan efektif oleh Bapepam LK adalah sejumlah 108 emiten.
(47)
Tabel 3.2 Menunjukkan Profil Perusahaan secara ringkas. Tabel ini memperlihatkan tanggal berdiri, tanggal listing, dan harga perdana dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.
Tabel 3.2 Profil Perusahaan No Kode
Emiten Nama Emiten Berdiri Listing Perdana 1 AQUA Aqua Golden Misispi 23-02-1973 01-03-1990 Rp 7.500 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food 31-05-1991 11-06-1997 Rp 950 3 ASSI Astra Internasional 20-02-1957 04-04-1990 Rp 14.850 4 AUTO Astra Otoparts 20-09-91 20-06-1998 Rp 575 5 BATA Sepatu Bata 15-10-1931 24-03-1982 Rp 1.275 6 BRAM Indo Kordsa 08-07-1981 05-09-1990 Rp 9.250 7 BRPT Barito Pacific 04-04-1979 01-10-1993 Rp 7.200 8 BUDI Budi Acid Jaya 27-02-1995 18-07-2001 Rp 120 9 CEKA Cahaya Kalbar 15-01-1979 08-05-1995 Rp 3.000 10 DLTA Delta Jakarta 13-02-1968 09-07-1996 Rp 1.100 11 DYNA Dynaplast 15-06-1970 30-01-1989 Rp 2.950 12 GDYR Goodyear Indonesia 16-11-1959 05-08-1991 Rp 5.600 13 GJTL Gajah Tunggal 11-01-1901 22-12-1980 Rp 1.250 14 GGRM Gudang Garam 24-08-1951 08-05-1990 Rp 5.500 15 HMSP HM Sempurna 19-10-1963 15-08-1990 Rp 12.600 16 INDF Indofood Sukses Makmur 14-08-1990 14-07-1994 Rp 6.200 17 INTP Indocement TunggalPutra 16-01-1985 05-12-1989 Rp 10.000 18 INDS Indospring 05-05-1978 10-08-1990 Rp 9.000 19 IKBI Sumi Indo Kabel 27-07-1981 21-01-1991 Rp 4.950 20 JPFA Japfa Comfeed Indonesia 18-07-1973 04-08-1989 Rp 7.800 21 KBLM Kabelindo Murni 16-08-1971 04-07-2001 Rp 200
Tabel 3.2
Profil Perusahaan (Sambungan)
22 KLBF Kalbe Farma 10-09-1966 30-07-1991 Rp 7.800 23 MLIA Mulia Industrindo 10-06-1997 10-02-2006 Rp 880 24 MRAT Mustika Ratu 14-10-1970 23-07-1981 Rp 1.900 25 NIPS Nipress 07-06-1929 15-12-1981 Rp 1.570 26 RMBA Bentoel Internasional 14-03-1978 27-06-1995 Rp 2.600 27 SIMA Siwani Makmur 17-02-1977 14-07-1990 Rp 9.300 28 SMCB Holcim Indonesia 24-04-1975 24-07-1991 Rp 5.000 29 SPMA Suparma 07-06-1985 03-06-1994 Rp 2.075 30 SULI Sumalindo Lestari Jaya 15-06-1971 10-08-1977 Rp 10.000 31 UNIC Unggul Indah Jaya 06-09-1985 27-12-1996 Rp 900
(48)
32 TCID Mandom Indonesia 11-01-1901 15-11-1994 Rp 3.500 33 TKIM Pabrik Kertas TjiwiKimia 08-07-1970 29-03-1983 Rp 1.050 34 TOTO Surya Toto Indonesia 14-04-1980 21-03-1994 Rp 9.000 35 TRST Trias Sentosa 07-12-1982 11-01-1993 Rp 3.500 36 ULTJ Ultra Jaya Milk 11-01-1901 06-11-1989 Rp 17.250 37 UNVR Unilever Indonesia 15-11-1969 30-09-1993 Rp 7.350 38 VOKS Voksel Electric 11-07-1977 30-10-1990 Rp 14.300
Sumber: www.idx.co.id
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
(49)
Variable-variabel dari struktur modal adalah total asset, total hutang, hutang jangka panjang, modal, dan harga saham. Variable-variabel tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 4.1
Rata-rata Asset, , Longterm Debt, Equity, dan Perubahan Harga Saham Perusahaan Tahun 2005 – 2009
No Kode Asset
(Rp Juta) Longterm Debt (Rp Juta) Equity (Rp Juta) Harga Saham (Rupiah)
1 AQUA 913,611 302,214 519,663 110,683.10
2 ASSI 67,622,550 11,259,818 28,547,341 15,196.67 3 AUTO 3,627,427 324,689 2,324,802 3,262.50
4 BATA 345,580 16,392 229,709 17,910.83
5 BRAM 1,563,358 203,590 905,948 1,532.25
6 BRPT 10,912,111 2,850,398 4,945,751 1,120.58
7 CEKA 480,260 128,722 228,175 729.67
8 DLTA 633,256 28,819 482,513 26,229.17
9 GDYR 727,315 162,592 312,426 9,168.33
10 GGRM 23,818,955 770,747 14,841,857 10,332.08
11 IKBI 585,244 8,206 430,197 753.33
12 INDF 28,080,652 7,934,979 7,004,075 1,635.50
13 INDS 617,790 166,921 97,692 1,002.17
14 INTP 10,942,733 2,147,116 7,553,814 5,670.00 15 JPFA 4,491,949 1,988,868 981,559 499.50 16 KLBF 5,335,496 386,406 3,340,704 1,012.00
17 MRAT 323,766 6,598 283,906 301.37
18 NIPS 267,618 29,803 104,084 1,462.42
19 RMBA 3,361,522 935,914 1,466,437 361.00 20 SMCB 7,307,730 3,911,709 2,410,254 842.08
21 TCID 769,700 28,641 687,529 5,860.00
22 TKIM 21,450,042 12,748,742 5,887,855 1,867.50
23 ULTJ 1,467,940 172,667 957,466 483.33
24 UNIC 2,685,516 588,369 1,216,500 2,502.07 25 UNVR 5,558,297 237,669 2,807,465 6,350.00
Tabel 4.1
Rata-rata Asset, , Longterm Debt, Equity, dan Perubahan Harga Saham Perusahaan Tahun 2005 – 2009 (Sambungan)
26 DYNA 1,169,328 217,171 400,120 889.83
27 AISA 720,264 222,242 224,057 323.75
(50)
29 GJTL 8,160,159 4,525,470 2,174,213 491.62 30 HMSP 14,825,042 1,120,620 7,368,510 10,349.17
31 KBLM 357,160 19,929 191,302 96.78
32 MLIA 3,738,135 440,202 3,710,955 255.27
33 SIMA 65,761 3,607 35,172 178.83
34 SPMA 1,440,217 692,730 576,207 220.92
35 SULI 1,765,247 801,814 349,210 1,400.40 36 TRST 2,068,892 444,558 1,019,347 177.50
37 VOKS 818,879 15,811 298,329 407.33
38 TOTO 942,465 248,362 341,123 6,881.17
Rata-rata 6,350,017 1,486,101 2,587,302 6,542.89
Sumber: www.idx.co.id
Tabel 4.1 memperlihatakan bahwa terdapat 29 perusahaan yang mempunyai harga saham di bawah rata-rata total harga saham perusahaan manufaktur (Rp 6.542,89)). Perusahaan tersebut antara lain PT Voksel Electric (VOKS), PT Unilever (UNVR), PT Ultra Jaya Milk (ULTJ), PT Mandom Indonesia (TCID), PT Unggul Indah Jaya (UNIC), PT Sumalindo Lestari Jaya (SULI), PT Holcim Indonesia (SMBC), PT Kalbe Farma (KLBF), PT Sumi Indo Kabel (IKBI), PT Indospring (INDS), PT Indocement Tunggal Putra (INTP), PT Indofood (INDF), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Delta Jakarta (DLTA), PT Cahaya Kalbar (CEKA), PT Barito Pacific (BRPT), PT Indo Kordsa (BRAM), PT Astra Otoparts (AUTO), PT Astra Internasional (ASSI). Sisanya adalah perusahaan yang mempunyai rata-rata harga saham di atas rata-rata total harga saham.
Kolom asset pada table 4.1 memperlihatka bahwa terdapat 29 perusahaan yang mempunyai rata-rata asset di bawah rata-rata total asset perusahaan manufaktur (6,350,017). perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PT Voksel Electric (VOKS), , PT Unilever (UNVR), PT Ultra Jaya Milk (ULTJ), PT Mandom Indonesia (TCID), PT Holcim Indonesia (SMBC), PT Kalbe Farma (KLBF), PT Indospring (INDS), PT
(51)
Indocement Tunggal Putra (INTP), PT Indofood (INDF), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Cahaya Kalbar (CEKA), PT Indo Kordsa (BRAM), PT Astra Otoparts (AUTO), PT Astra Internasional (ASSI), PT Aqua Golden Misisipi (AQUA), PT Surya Toto (TOTO), PT Sumalindo Jaya (SULI), PT HM Sempoerna (HMSP), PT Goodyear Indonesia (GDYR), PT Sepatu Bata (BATA). Sisianya merupakan perusahaan yang menpunyai rata-rata asset di atas rata-rata total asset perusahaan.
Kolom hutang jangka panjang perusahaan pada table 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 30 perusahaan yang mempunyai rata-rata hutang jangka panjang di bawah rata-rata hutang jangka panjang perusahaan (1,486,101). perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Sumi Indo Kabel (IKBI), PT Unilever (UNVR), PT Ultra Jaya Milk (ULTJ), PT Surya Toto (TOTO), PT Mandom Indonesia (TCID), PT Multi Bintang Indonesia (MLBI), PT Merk (MERK), PT Kalbe Farma (KLBF), PT Indofood (INDF), PT HM Sampoerna (HMSP), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Godyear Indonesia (GDYR), PT Delta Jakarta (DLTA), PT Sepatu Bata (BATA), PT Astra Otopart (AUTO), Astra Internasional (ASSI), PT Aqua Goldel Misisipi (AQUA), PT Voksel Electric (VOKS), PT Holcim Indonesia (SMBC). Sisanya merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai rata-rata utang jangka panjang di atas rata-rata total utang perusahaan.
Kolom ekuitas perusahaan pada Tabel 4.1 mununjukkan bahwa terdapat 28 perusahaan yang mempunyai rata-rata ekuitas di bawah rata-rata total ekutitas perusahaan (2,587,302). perusahaan-perusahaan tersebut antara lain adalah PT Unilever (UNVR), PT Ultra Jaya Milk (ULTJ), PT Surya Toto (TOTO), PT Mandom Indonesia (TCID), PT Merk (MERK), PT Kalbe Farma (KLBF),, PT Indofood
(52)
(INDF), PT HM Sampoerna (HMSP), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Godyear Indonesia (GDYR), PT Delta Jakarta (DLTA), PT Sepatu Bata (BATA), PT Astra Otopart (AUTO), Astra Internasional (ASSI), PT Aqua Goldel Misisipi (AQUA), PT Voksel Electric (VOKS), PT Holcim Indonesia (SMBC). Sisanya merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai rata-rata ekuitas di atas rata-rata total utang perusahaan.
Tabel 4.2
Rasio Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Tahun 2006-2009
No Kode DAR LDAR EAR
1 AQUA 0.42 0.33 0.57
2 ASSI 0.49 0.17 0.42
3 AUTO 0.32 0.09 0.63
4 BATA 0.34 0.05 0.66
5 BRAM 0.30 0.13 0.58
6 BRPT 0.44 0.22 0.48
7 CEKA 0.49 0.24 0.50
8 DLTA 0.23 0.05 0.76
9 GDYR 0.52 0.18 0.48
10 GGRM 0.38 0.03 0.62
11 IKBI 0.26 0.01 0.73
12 INDF 0.65 0.29 0.26
13 INDS 0.84 0.29 0.16
14 INTP 0.32 0.21 0.68
15 JPFA 0.76 0.46 0.20
16 KLBF 0.27 0.08 0.62
17 MRAT 0.12 0.02 0.88
18 NIPS 0.61 0.12 0.39
19 RMBA 0.54 0.23 0.46
20 SMCB 0.67 0.54 0.33
Tabel 4.2
Rasio Rata-rata Struktur Modal Perusahaan Tahun 2006-2009
(Sambungan)
21 TCID 0.11 0.04 0.89
22 TKIM 0.73 0.60 0.27
23 ULTJ 0.35 0.12 0.65
24 UNIC 0.53 0.22 0.46
25 UNVR 0.49 0.04 0.51
(53)
27 AISA 0.71 0.28 0.29
28 BUDI 0.63 0.31 0.34
29 GJTL 0.73 0.55 0.27
30 HMSP 0.51 0.08 0.49
31 KBLM 0.45 0.05 0.54
32 MLIA 2.00 0.11 -1.00
33 SIMA 0.47 0.05 0.53
34 SPMA 0.60 0.48 0.40
35 SULI 0.78 0.47 0.20
36 TRST 0.50 0.21 0.49
37 VOKS 0.59 0.02 0.41
38 TOTO 0.64 0.27 0.36
Rata-rata 0.54 0.21 0.44
Sumber: www.idx.co.id
Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva. Table 4.2 menunjukkan bahwa ada 16 perusahaan yang mempunyai rata-rata DAR diatas rata-rata total DAR perusahaan (0,54) antara lain PT Voksel electrical (VOKS), PT Surya Toto (TOTO), PT Mandom Indonesia (TCID), PT Holcim Indonesia (SMCB), PT Nipress (NIPS), PT Mayora Indah (MYOR), PT Mustika Ratu (MRAT), PT HM Sampoerna (HMSP), PT Goodyear Indonesia (GDYR). Sedangkan sisanya mempunyai rata-rata DAR di bawah rata-rata total DAR perusahaan. Perusahaan yang memiliki DAR tertinggi adalah PT Mulia Industrindo (MLIA) sebesar 2,00 dan perusahaan yang memiliki DAR terendah adalah PT Mandom Indonesia (TCID) sebesar 0,11.
Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) merupakan perbandingan antara
hutang jangka panjang dengan total asset. Table 4.2 menunjukkan terdapat 17 perusahaan yang memiliki rata-rata LDAR diatas rata-rata total LDAR perusahaan (0,21) diantaranya adalah PT Surya Toto (TOTO), PT Mandom Indonesia (TCID),
(54)
PT Sumalindo (SULI), PT Nipress (NIPS), PT Mustika Ratu (MRAT), PT HM Sampoerna (HMSP), PT Aqua Golden Missisipi (AQUA), PT Indocement Tunggal Putra (INTP). Sisanya memiliki rata-rata LDAR dibawah rata-rata total LDAR perusahaan. LDAR tertinggi dimiliki oleh PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) sebesar 0,60 dan LDAR terendah dimiliki oleh PT Voksel Indonesia (MERK) sebesar 0,02.
Equity to Asset Ratio (EAR) merupakan variable indicator yang didefinisikan
sebagai proporsi dana dari aktiva yang sumber pendanaanya berasal dari ekuitas. Ukuran dari EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva. Table 4.2 menunjukkan ada 16 perusahaan yang mempunyai rata-rata EAR di atas rata-rata total EAR perusahaan (0,44) antara lain PT Unilever (UNVR), PT Ultra Jaya Milk (ULTJ), PT Kalbe Farma (KLBF), PT Indofood (INDF), PT Gajah Tunggal (GJTL), PT Delta Jakarta (DLTA), PT Sepatu Bata (BATA), PT Astra Otoparts (AUTO), PT Astra Internasional (ASSI), PT Aqua Golden Misisipi (AQUA). Sisanya merupakan perusahaan yang memiliki rata-rata EAR dibawah rata-rata total EAR perusahaan. Perusahaan dengan rata-rata EAR tertinggi adalah PT Mandom Indonesia (TCID) sebesar 0,89 dan perusahaan yang memiliki rata-rata EAR terendah adalah PT Mulia Industrindo (MLIA) sebesar 0,158.
B. Analisis Kelayakan Model
Model analisisi yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah model regresi berganda. Peneliti menggunakan variable harga saham sebagai variable terikat dan DAR, LDAR, EAR sebagai variable bebas. Penulis selanjutnya akan melakukan
(55)
evaluasi medel sehingga layak dipakai untuk pengujian hipotesis. Data yang diperoleh dianalisis kembali secara statistic dengan menggunakan Software SPSS
16.0 for Windows (Statistic Product and Service Solution). Data ini merupakan nilai
dari masing-masing variable yang telah ditentukan.
Ada beberapa syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi agar model persamaan regersi berganda dapat digunakan dalam menganalisis pengaruh struktur modal terhadap harga saham. Syarat-syarat tersebut antara lain :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak, yang dapat dilakukan melalui uji statistic non-parametik Kolmogrov-Smirnov.
Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : data residual berdistribusi normal
H1 : data residual berdistribusi tidak normal
Tabel 4.4 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
(56)
N 152
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .43929502
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .106
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.308
Asymp. Sig. (2-tailed) .065
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai signifikan kolomogrov smirnov adalah 0,065. Karena 0,065 > 0.05 maka H0 diterima dan data berdistribusi normal
2. Uji Heterokedastisitas
Uji ini menggunakan uji Glesjer yang dipakai untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : data bebas dari indikasi adanya gejala heterokedastisitas
H1 : data terdapat adanya indikasi gejala heterokedastisitas
Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas
(57)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .319 .026 12.410 .000
DAR -.152 .174 -.092 -.873 .384
LDAR -.020 .027 -.062 -.741 .460
EAR -.082 .141 -.060 -.577 .565
a. Dependent Variable: ABS
Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa DAR, LDAR, dan EAR memiliki nilai
yang signifikan yaitu lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima artinya tidak
terdapat indikasi adanya gejala heterokedastisitas.
Selain menganalisis table, uji heterokedastisitas dapat juga dilihat melalui gambar scatterplot. Gambar 4.1 adalah gambar scatterplot yang dapat mengindikasikan ada tidaknya gejala heterokedastisitas.
Sumber : lampiran 2 Gambar 4.1 Scatterplot
(58)
Gambar 4.1 memperlihatkan titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti membuktikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
3. Uji Multikolinearitas
Uji ini dipakai untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variable independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variable-variabel independen.
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .146 .037 3.913 .000
DAR -.307 .253 -.124 -1.213 .227 .604 1.657
LDAR .108 .040 .222 2.708 .008 .943 1.060
EAR .117 .206 .058 .568 .571 .610 1.640
a. Dependent Variable: PRICE
Dari table 4.7 menunjukkan nilai VIF DAR sebesar 1,657; LDAR sebesar 1,060; dan EAR sebesar 1,640. Nilai VIF lebih kecil dari 5 maka dinyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas pada model.
(59)
4. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah pada model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (periode t-1).
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .244a .060 .041 .44372 1.608
a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DAR b. Dependent Variable: PRICE
Hipotesisnya antara lain:
Ho : tidak ada autokorelasi positif atau negative H1 : terdapat autokorelasi positif atau negative
Criteria pengambilan keputusan yaitu du<dw<4-dl
Table 4.7 memperlihatkan bahwa hasil rasio Durbin Watson bernilai 1,608. Table Durbin Watson pada tingkat kepercayaan 5% menunjukkan dl = 1,863 dan du = 1,578. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif atau negative karena du<dw<4-dl
Nilai adjusted R square pada table 4.7 menunjukkan proporsi variable dependen yang dijelaskan oleh variable independen. Semakin tinggi nilai adjusted R square maka akan smakin baik lagi model regresi karena menandakan bahwa kemapuan variable bebas menjelaskan variable terikat juga semakin besar. Adjusted
(60)
R square pada model adalah bernilai 0,041 berarti bahwa pengaruh perubahan DAR, LDAR, dan EAR terhadap harga saham adalah sebesar 4,1 % saja sedangkan 95,9% lainnya dipengaruhi oleh variable-variabel lain yang tidak teramasuk dalam model.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikansi variable independent (DAR, DAR, dan EAR) secara bersama-sama terhadap variable dependen (harga saham).
Tabel 4.8 Uji-F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.847 3 .616 3.126 .028a
Residual 29.140 148 .197
Total 30.987 151
a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DAR b. Dependent Variable: PRICE
Dari table 4.8 diperoleh Fhitung = 3,126. Dari Ftabel dengan df1 = 3 dan df2 = 147 dan dengan α = 0,05 diperoleh Ftabel = 2,67. Karena Fhitung (3,126) > Ftabel (2,67) maka
tolak H0 dan terima H1. Hal ini berarti bahwa variable-variabel perubahan DAR, LDAR, EAR pada α = 0,05 secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan
(61)
Dengan demikian H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
signifikan faktor perubahan DAR, LDAR, dan EAR terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ditolak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Martin et.al (1999: 385) menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham perusahaan. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik
Pendapat ini sesuai dengan penelitian Daniel (2009) tentang pengaruh perubahan struktur modal dan deviden pay out ratio terhadap perubahan harga saham pada lembaga keuangan di Bursa Efek Indonesia pada periode 2003– 2008, yang mengungkapkan bahwa faktor variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh
Debt to equity ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to Equity
Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio
(EAR) serta variabel Dividen Pay Out Ratio (DPR) secara simultan berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
Hasil ini juga dikuatkan dengan pendapat Sumiati (2007) tentang pengaruh perubahan struktur modal terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2001 – 2005, yang menyimpulkan bahwa faktor variabel perubahan struktur modal yang diwakili oleh
(62)
Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio
(EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.
2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui singifikansi variable independen (DAR, LDAR, dan EAR) secara parsial terhadap variable dependen (haraga saham).
Table 4.9 Uji-t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .146 .037 3.913 .000
DAR -.307 .253 -.124 -1.213 .227
LDAR .108 .040 .222 2.708 .008
EAR .117 .206 .058 .568 .571
a. Dependent Variable: PRICE
Hasil pengujian statistic :
1. Pengaruh DAR terhadap perubahan harga saham
Dari tabel 4.9 di atas diperoleh thitung = -1,213. Dari ttabel dengan df1 = 147 dan α = 0,05. Maka diperoleh ttabel = 1,976. Karena –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka terima H0.
Artinya terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara perubahan DAR dengan
perubahan harga saham pada α = 0,05
Dari regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi X1 (DAR) mempunyai tanda negatif, yaitu sebesar -0,307. Hal ini berarti bahwa apabila
(1)
Pabrik kertas tjiwi kimia -0.10688 -0.0058 0.044585 0.005534
Ultra jaya milk 0.004705 -0.06507 0.069468 0.054365
Unggul indah cahaya -0.08653 0.135395 -0.06 0.26818
Unilever indonesia -0.09488 -0.01413 -0.05576 0.037924
Dynaplast -0.05529 0.014834 -0.06144 0.047924
tiga pilar sejahtera food -0.01555 -0.1773 0.785271 -0.17202
budi acid jaya 0.213527 0.715701 -0.13538 0.277438
gajah tunggal 0.081279 -0.03842 -0.32919 0.589309
HM sampoerna 0.17314 0.143349 -0.02998 0.183796
kabelindo -0.00144 -0.07781 -0.04029 0.30397
mulia industrindo 0.296016 0.303034 0.208944 -0.18231
siwani makmur -0.02574 -0.1839 -0.12196 -0.17015
suparma 0.057417 0.385903 -0.06057 0.136774
sumalindo lestari jaya 0.624206 0.123929 -0.51046 -0.26516
trias sentosa 0.060614 -0.04991 0.047572 0.239684
voksel electric -0.01861 -0.30333 -0.29503 0.121529
(2)
TABEL PERUBAHAN HARGA SAHAM
PERUSAHAAN 2006 2007 2008 2009
Aqua golden missisippi 0.720026 0.439104 -0.04291 0.423626
Astra internasional 0.104297 0.581535 -0.43368 1.308847
Astra otoparts -0.02849 0.092481 0.209222 0.093341
Sepatu bata -0.09243 0.190223 0.229068 0.353899
Indo kordsa 0.33913 0.392532 0.035206 -0.03649
Barito pacifik -0.28795 2.909475 -0.27938 -0.203
Cahaya kalbar 0.015437 0.256757 0.666667 -0.01694
Delta djakarta 0.368972 -0.31253 -0.12771 1.134335
Goodyear indonesia -0.08506 0.248866 0.574671 -0.52782
Gudang garam -0.22517 -0.00453 -0.3617 0.871554
Sumi indo kabel 0.581169 0.535934 -0.12344 0.242501
Indofood sukses makmur 0.144725 0.771135 0.076113 0.008991
Indospring -0.20089 0.992863 0.39992 -0.1029
Indocement tunggal prakarsa 0.455497 0.381295 -0.0931 0.435032 JAPFA comfeed indonesia 0.351563 1.206647 -0.07597 0.312544
Kalbe farma 0.895833 0.010989 -0.40889 0.320173
Mustika ratu -0.11405 0.020325 -0.30863 0.48252
Nipress 0.19794 0.209459 -0.01295 -0.03525
Bentoel internasional 0.501672 0.939866 0.3938 0.234761
(3)
Pabrik kertas tjiwi kimia -0.09414 -0.40947 0.115916 -0.05813
Ultra jaya milk 0.012162 0.666222 0.231571 -0.00716
Unggul indah cahaya -0.01609 -0.01558 -0.10414 -0.09958
Unilever indonesia 0.150307 0.368889 0.11039 0.325731
Dynaplast -0.40799 0.002045 -0.1949 0.191381
tiga pilar sejahtera food -0.14477 1.0625 0.656566 -0.27744
budi acid jaya 0.061776 1.468364 -0.10253 -0.25345
gajah tunggal -0.12268 -0.08121 -0.36387 -0.10488
HM sampoerna -0.05754 0.632694 -0.17367 -0.09349
kabelindo 0.098361 0.220896 0.03912 0.086275
mulia industrindo -0.30606 0.387264 0.227474 -0.00554
siwani makmur -0.17296 0.355288 -0.25328 -0.4247
suparma -0.12362 0.431579 -0.21912 -0.20339
sumalindo lestari jaya 0.858896 1.272727 -0.59884 -0.64953
trias sentosa -0.18382 0.404805 0.002993 -0.03666
voksel electric 0.281646 0.591358 0 -0.32661
(4)
LAMPIRAN II
A.
Pengujian Hipotesis
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .244a .060 .041 .44372
a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DAR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.847 3 .616 3.126 .028a
Residual 29.140 148 .197
Total 30.987 151
a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DAR
b. Dependent Variable: PRICE
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .146 .037 3.913 .000
DAR -.307 .253 -.124 -1.213 .227
LDAR .108 .040 .222 2.708 .008
(5)
B.
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 152
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .43929502
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .106
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 1.308
Asymp. Sig. (2-tailed) .065
a. Test distribution is Normal.
2.
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .146 .037 3.913 .000
DAR -.307 .253 -.124 -1.213 .227 .604 1.657
LDAR .108 .040 .222 2.708 .008 .943 1.060
EAR .117 .206 .058 .568 .571 .610 1.640
(6)
3.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .244a .060 .041 .44372 1.608
a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DAR
b. Dependent Variable: PRICE
4.
Uji Heterokedastisitas
•
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .319 .026 12.410 .000
DAR -.152 .174 -.092 -.873 .384
LDAR -.020 .027 -.062 -.741 .460
EAR -.082 .141 -.060 -.577 .565