Jenis-jenis Dana Pensiun Dana Pensiun Lembaga Keuangan

42 pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. 30 b Dana pensiun Lembaga Keuangan DPLK DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau pun perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarkan program pensiun iuran pasti bagi perseorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri seperti dokter, petani, nelayan dan lain sebagainya dimungkinkan untuk memanfaatkan DPLK. Tidak tertutup kemungkinan pula bagi karyawan disuatu perusahaan untuk dapat meanfaatkan DPLK sesuai dengan kemampuannya. Pendirian DPLK oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan. 31 Mengenai perbedaan antara dana pensiun pemberi kerja DPPK dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 30 Pasal 1 butir 2 UU Nomor 11 Tahun 1992 dan PP Nomor 76 Tahun 1992 31 Andi Soemitra, M.A, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2009, Cet I, hal 292-296 43 Tabel 1.2 Perbedaan antara DPPK dengan DPLK 32 DPPK DPLK Pendiri Perusahaan yang mempekerjakan orang Bank atau perusahaan asuransi jiwa Peserta Bersifat tertutup hanya untuk pekerja dari perusahaan yang bersangkutan Bersifat terbuka dimana,siapa saja dapat ikut menjadi peserta termasuk peserta individual Program Pensiun Bisa menjalankan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti Hanya bisa menjalankan program pensiun iuran pasti Pelaporan Laporan keuangan audit tidak wajib dipublikasikan di media massa Laporan keuangan audit wajib dipublikasikan di media massa Program pensiun dapat dijalankan menurut ketentuan diatas, yaitu: 33 a Program pensiun manfaat pasti Defined Benefit Plan 32 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, h. 486. 33 Ibid, hal 487 44 yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program lain yang bukan merupakan iuran pasti. Formula yang umum ini digunakan untuk menentukan besar manfaat pensiun untuk jenis program ini adalah program pensiun pendapatan terakhir Final Earning Pension Plan yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari gaji terakhir peserta pada saat mencapai usia pensiun. Kelebihan dan kekurangan program ini antara lain: a.Kelebihan: 1 Besar manfaat pensiun mudah dihitung 2 Lebih memberikan kepastian kepada pesera 3 Lebih mudah memberikan penghargaan untuk masa kerja lalu. b.Kekurangan: 1 Beban biaya mudah berfluktuasi 2 Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan. b Program Pensiun Iuran Pasti Defined Contribution Plan Yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Untuk jumlah manfat pensiun 45 pada program pensiun pada program pensiun iuran pasti tergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangannya sehingga tidak bisa dihitung seperti di atas. Kelebihan dan Kekurangan program ini antara lain: a.Kelebihan 1 Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan 2 Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan 3 Resiko investasi dan mortalitas ditanggung peserta b.Kekurangan 1 Besar manfaat pensiun tidak mudah ditentukan 2 Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk masa kerja lampau 34 Mengenai perbedaan antara program Pensiun Manfaat Pasti PPMP dengan Program Pensiun Iuran Pasti PPIP, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 35 34 Huda Nurul, Lembaga Keuangan Islam ditinjau dari Teoritis dan Praktis Jakarta: Kencana Pranada Media Grouf, 2010, h. 338. 35 Juli Irmayanto, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Jakarta: Universitas Trisakti, 2004, h. 261. 46 Tabel 1.3 Perbedaan antara PPMP dengan PPIP 36 no Aspek PPMP PPIP 1 Pelaksana DPPK DPPK dan DPLK 2 Aktuaris a Mutlak diperlukan sejak awal program b Minimal 3 tahun sekali, menghitung besarnya iuran dan dana c Setiap saat apabila terjadi perubahan besarnya iuran dan manfaat pensiun MP Tidak diperlukan,namun sebagai pengelola dan petugas DPLK wajib mengetahui aktuaria sebagai pijakan untuk kerjasama dengan perusahaan Asuransi jiwa 3 Besarnya Iuran Besarnya iuran pemberi kerja tidak pasti, dihitung oleh aktuaris untuk kecukupan dana Besarnya iuran pasti telah ditetapkan dalam peraturan dana pension dan dapat bervariasi 4 Resiko pendanaan Adanya resiko pendanaan menjadi tanggung jawab pemberi kerja Tidak ada 5 Maksimun Iuran Dibatasi Tidak dibatasi 36 Juli Irmayanto, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Jakarta: Universitas Trisakti, 2004, h. 261. 47 6 Besarnya manfaat pensiun Telah ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun, sehingga ada kepastian besarnya manfaat pensiun yang akan diperoleh Tidak ada kepastian besarnya manfaat pensiun yang akan diperoleh. Besarnya MP tergantung dari jumlah akumulasi iuran dan hasil pengembangannya untuk membeli anuitas dari perusahaan 7 Maksimun Manfaat Pensiun Dibatasi Tidak dibatasi 8 Maksimun Kekayaan Dibatasi Tidak dibatasi 9 Dana Awal Pada umumnya diperlukan dana yang besarnya dihitung aktuaris Tidak diperlukan dana awal 10 Kewenangan Kebijaksanaan Investasi Arahan investasi ditetapkan oleh pendiri Arahan investasi ditetapkan oleh peserta 11 Kegagalan Investasi Resiko pemberi kerja Resiko peserta 12 Pembayaran Manfaat pensiun Dapat dilaksanakan oleh DPPK yang bersangkutan atau perusahaan Asuransi Harus dialihkan kepada perusahaan Asuransi jiwa 48 jiwa dengan membeli anuitas atas pilihan peserta dengan membeli anuitas bila mencapai jumlah anuitas 13 Hubungan Pensiun dengan pemberi kerja Tetap terjalin Terputus C. Ketetapan Fatwa DSN-MUI Mengenai Dana Pensiun Syariah Ketetapan Mengenai dana pensiun syariah diatur dalam fatwa DSN-MUI No.88DSN-MUIXI2013 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam fatwa ini menetapkan 5 lima ketentuan, yaitu: 1. Ketentuan Umum Pada bagian ketentuan umum ini menjelaskan tentang pembahasan yang terkait tentang dana pensiun syariah. Ketentuan umum pada fatwa ini sangat penting sebelum membahas pada ketentuan yang lainnya sehingga tidak perlu lagi mengulangi pada pembahasan selanjutnya. Ketentuan umum dalam fatwa ini menyebutkan 24 dua puluh empat definisi. Definisi-definisi tersebut adalah definisi dana pensiun, dana pensiun syariah, dana pensiun pemberi kerja DPPK, dana pensiun lembaga 49 keuangan DPLK, program pensiun, program pensiun iuran pasti PPIP, PPIN-Contributory, PPIP-Non Contributory, program pensiun manfaat pasti PPMP, program pensiun syariah, iuran, manfaat pensiun, peraturan dana pensiun, vesting right, locking-in, peserta penerima manfaat pensiun, akad hibah, akad hibah bi syarth, akad hibah muqayyadah, aqad wakalah, akad wakalah bil ujrah dan akad mudharabah. 2. Ketentuan terkait PPIP Program Pensiun Iuran Pasti pada DPLK dana pensiun lembaga keuangan Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPIP pada DPLK, yaitu : ketentuan para pihak dan akad PPIP pada DPLK, ketentuan iuran PPIP pada DPLK, ketentuan pengelolaan kekayaan peserta PPIP pada DPLK dan ketentuan manfaat pensiun PPIP pada DPLK. 3. Ketentuan Terkait PPIP Program Pensiun Iuran Pasti pada DPPK dana pensiun pemberi kerja Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPIP pada DPLK, yaitu: ketentuan para pihak dan akad PPIP pada DPPK, ketentuan iuran PPIP pada DPPK, ketentuan pengelolaan kekayaan peserta PPIP pada DPPK dan ketentuan manfaat pensiun PPIP pada DPPK. 4. Ketentuan Terkait PPMP Program Pensiun Manfaat Pasti Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPMP, yaitu: Ketentuan para pihak dan akad PPMP, ketentuan iuran PPMP, 50 ketentuan pengelolaan kekayaan peserta PPMP dan ketentuan manfaat pensiun PPMP. 5. Ketentuan Penutup Dalam ketentuan penutup ini terdapat dua penjelasan di dalamnya, yaitu penjelasan mengenai perselisihan antara pihak dan pemberlakukan tanggal ditetapkannya fatwa. Adapun isi dari penjelasan tentang perselisihan yaitu “Apabila terjadi perselisihan di antara para pihak dalam menyelenggarakan pensiun berdasarkan prinsip syariah melalui musyawarah, mediasi, arbitrase atau pengadilan sesuai perundang- undangan yang berlaku”. Sedangkan isi dari penjelasan tentang permberlakuan ditetapkannya fatwa yaitu: fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 37 37 Fatwa Dewan Syariah Nasional No.88DSN-MUIXI2013 51

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah berdiri DPLK Muamalat

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk sebagai pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK Muamalat adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan dengana pengelolaan berdasarkan Syariat Islam. Sejak beroperasi tahun 1992, Bank Muamalat menunujukkan kinerja yang senantiasa terus meningkat, baik dari aspek peningkatan aset maupun perluasan jaringan. PT Bank Muamalat Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Mei 1992, Dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha muslim,pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp 84 Milyar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturrahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 milyar. 1 1 Zainulbahar Noor, Bank Muamalat Mimpi, Harapan dan Keyakinan Jakarta: Bening Publishing, 2006, h. 312. 52 Bank muamalat Indonesia merupakan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam yaitu tidak mempergunakan perangkat bunga, melainkan sistem bagi hasil. Bank Muamalat Indonesia menghindari perangkat bunga karena masih sangat banyak kalangan umat islam yang percaya bahwa tata cara penggunaannya dikhawatirkan mengandung unsur riba. 2 Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet NPF mencapai 60 perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 milyar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 milyar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, bank Muamalat mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Develoment Bank IDB yang berkedudukan di jeddah Arab Saudi. Pada 2 Ibid, h. 313