Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI

SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KECAMATAN SITALASARI KOTA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Oleh

SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI

SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI KECAMATAN SITALASARI KOTA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAMIRAH KEMALASARI 057012028/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN

PARTISIPASI SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Samirah Kemalasari Nomor Pokok : 057012028

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ida Yustina, MSi) Ketua

(Asfriyati, SKM, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal 25 Februari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ida Yustina, MSi Anggota : 1. Asfriyati, SKM, M.Kes

2. Dra.Jumirah Apt, M.Kes. 3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK ISTRI DAN PARTISIPASI SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2009


(6)

ABSTRAK

Pencapaian ASI Eksklusif di kota Pematang Siantar masih rendah dan sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 pencapaian pemberian ASI Eksklusif cenderung menurun dari 30,04% hingga 22,03%. Kecamatan Sitalasari merupakan kecamatan dengan pencapaian ASI Eksklusif sangat rendah (5,38%) di kota Pematang Siantar.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri dan partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian adalah

explanatory research. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan, dengan jumlah sampel 62 ibu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik istri (pendidikan, perkerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami tidak mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif (p > 0, 05).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar untuk meningkatkan kampanye pemberian ASI guna meningkatkan kepedulian pihak terkait dan memasyarakatkan penggunaan ASI yang baik dan benar, serta melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif.


(7)

ABSTRACT

The achievement of Exclusive Breastfeeding in Pematang Siantar City is still low and since the year 2004 till 2006 the achievement of Exclusive Breastfeeding is decreasing from 30, 04% till 22, 03%. Sitalasari Sub district is the sub district with the very low achievement of Exclusive Breastfeeding (5, 38%) in Pematang Siantar City.

The purpose of this research to analyze the influence of wife’s characteristics and husband’s participation on Exclusive Breastfeeding. The type of this research is explanatory research. The populations of this research are the women who has baby with age range between 6-12 months with the total of sample are 62. The data were collected by an interview using questioner. The data were analyzed by using the multiple linear regression tests.

The result of test shows that wife’s characteristics (education, job, knowledge, and attitude) and husband’s participation do not have any influence on Exclusive Breastfeeding (p > 0, 05).

It is suggested that Pematang Siantar District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people whose care and to socialize how to give Exclusive Breastfeeding and to do counseling, monitoring, and evaluating which is purposed to increase the effectiveness of implementation of Exclusive Breastfeeding.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini yang mana merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister kesehatan.

Selama penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul “Pengaruh karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif di kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar”, penulis telah mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi dan Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes yang telah membimbing dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Jumirah Apt, M.Kes, dan Ibu Ernawati Nasution SKM, M.Kes, selaku Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Bapak dr. H. Andi Aziz Rangkuty, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana USU Medan.

6. Orangtuaku tercinta, ibunda Hj. Sri Rembuni dan ayahanda Syamsuddin Ishak (Alm) yang telah memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan doa restu kepada ananda agar dapat menyelesaikan pendidikan Pascasarjana.

7. Teristimewa buat suamiku tercinta Drs. Makmur Apt dan ketiga anakku tersayang

Muhammad Iqbal, Ardian Hidayat dan Astari Chairunnisa, yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia

menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa

menyelesaikan pendidikan.

8. Dr. Elliana Gus selaku Kepala Puskesmas dan seluruh teman-teman di Puskesmas Raya Pematang Siantar yang telah banyak memberikan dorongan dan perhatian yang tak pernah putus serta pengertian yang dalam.

9. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya di Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan ini di


(10)

masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Samirah Kemalasari

Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 5 September 1961

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan:

1968 – 1974 : Laboratorium SD Teladan Lamnyong NAD

1974 – 1977 : SMP Negeri 1 NAD

1977 – 1980 : SMA Negeri 3 NAD

1980 – 1987 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara Medan

2005 – 2009 : Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Pekerjaan:


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan Penelitian ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ...9

2.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 9

2.2. Keunggulan dan Manfaat ASI... 10

2.3. ASI Eksklusif ... 14

2.4. Manfaat ASI Eksklusif... 16

2.5. Perilaku Kesehatan... 17

2.6. Partisipasi ... 20

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 25

2.8. Landasan Teori... 27

2.9. Kerangka Konsep ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35


(14)

3.7. Metode Analisis Data... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 39

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.3. Faktor-faktor Partisipasi Suami ... 47

4.4. Partisipasi Suami... 48

4.5. Pemberian ASI Eksklusif ... 49

4.6. Hasil Wawancara ... 49

4.7. Pengaruh Karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 51

BAB 5 PEMBAHASAN... 53

5.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 53

5.2. Pengaruh Pendidikan Isteri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 55

5.3. Pengaruh Pekerjaan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif . 56 5.4. Pengaruh Pengetahuan Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 57

5.5. Pengaruh Sikap Istri terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 59

5.6. Pengaruh Partisipasi Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 60

BAB 6 KESIMPULAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Saran... 63


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Distribusi Perhitungan Sampel………. 31

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 33

3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 38

4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007... 40

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007... 40

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007... 41

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007... 41

4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007... 42

4.6 Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 42

4.7 Distribusi Perkerjaan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 43

4.8 Distribusi Uraian Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 44

4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 45

4.10 Distribusi Uraian Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 46

4.11 Distribusi Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008... 47


(16)

4.12 Distribusi Faktor-Faktor Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun

2008...

48

4.13 Distribusi Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...

49

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...

49

4.15 Alasan Responden Memberi ASI

Eksklusif...

50

4.16 Alasan Responden tidak Memberi ASI

Eksklusif...

51

4.17 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Karakteristik Istri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008...


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-Faktor Pembentuk Partisipasi………... 22

2.2. Kerangka Teori………... 28


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian……… 69

2. Penjelasan Kuesioner ……… 75

3. Hasil Pengolahan Data Penelitian……….... 85

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……...……….. 97

5. Surat Keterangan Izin Penelitian...……….. 103

6. Surat Rekomendasi...………... 104


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dulu pemberian ASI Ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007). Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum ASI.

Pedoman Internasional juga menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama, hal ini berdasarkan bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya (Linkages, 2002).

Setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF (United Nations International Children Education Found) juga memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kajian WHO atas lebih dari 3000 penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI Eksklusif (Amiruddin dan Rostia, 2006).


(20)

Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada yang bisa mengganti peran maupun fungsi daripada ASI karena ASI didisain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda dengan ASI sehingga tidak bisa saling menggantikan.

ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang diberi ASI mungkin lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap penyakit-penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi/peradangan telinga, dan beberapa infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta dapat mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti sakit asma, kanker, kencing manis dan overweight (Harm’s Way, 2002).

Anak-anak yang tidak diberi ASI Eksklusif mempunyai kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi dan obesitas serta ketika dewasa lebih mudah terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes (Amiruddin dan Rostia, 2006).

Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu


(21)

formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005 . Roesli, 2008).

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif kemungkinan disebabkan oleh karakteristik ibu tersebut diantaranya umur ibu yang terlalu muda sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, pendidikan yang tidak memadai, pertama kali, melahirkan sehingga tidak tahu pentingnya ASI Eksklusif, pekerjaan, mementingkan keindahan tubuh pasca persalinan atau juga bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu disebabkan ibu tidak mendapatkan informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan masyarakat. Faktor lain yang memperkuat ibu untuk tidak menyusui dan memberikan susu formula adalah pemakaian pil KB, gengsi supaya kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya adalah pengaruh iklan (Soetjiningsih, 1997).

Salvina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas (buruh), serta 13,33% masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya, 23,02% masih membuang kolostrumnya.

Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Ternyata rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut terkait dengan peran suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui. Bentuk


(22)

ikut merawat bayi, memberikan kata-kata pujian/ pemberi semangat sehingga istri terus merasa percaya diri.

Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI Eksklusif selama enam bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran dirinya dalam program tersebut. Sesungguhnya peran suami sangat penting dalam program ini karena memperlancar pemberian ASI yang bermakna bagi peningkatan mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak dipahami oleh para suami. Peran para suami pada program itu mencakup menciptakan suasana nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Peningkatan peran suami berupa perhatian kepada istri sangat dibutuhkan suatu proses dalam produksi ASI yakni reflex oxitosin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling kelenjar susu

(mammary alveoli) hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa pada saat reflex oxitosin inilah peran ayah sungguh besar sebab mempengaruhi keadaan emosi dan perasaan ibu. Walaupun pengaruhnya berbeda kadarnya pada setiap ibu, pengaruh emosional bisa mencapai 75% dalam menghambat keluarnya ASI. Peran ayah di sini dapat berupa memberi rasa aman, meyakinkan ibu bahwa ia mampu menyusui dan pentingnya memberi ASI bagi bayi.

Tidak adanya dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi karena suami merasa bahwasanya hamil, melahirkan, membesarkan anak adalah urusan istri (kodrat wanita) sehingga hanya wanitalah yang paling pantas mengerjakan pekerjaan mengurus anak. Marjono, (1992) mengatakan bahwa suami


(23)

tidak mendukung pemberian ASI oleh karena takut payudara istrinya akan menjadi jelek. Hasil penelitian Owens (2000) di Chicago mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif adalah karena menyusui menyebabkan ibu menjadi jelek, tidak menarik dan dapat menghambat atau menggagalkan hubungan seks antara suami dan istri.

Rendahnya angka pencapaian tersebut tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian di Kota Pematangsiantar, khususnya di Kecamatan Sitalasari.

Penelitan di Guatemala mengungkapkan bahwa 12% ibu-ibu memberikan ASI Eksklusif seminggu setelah kelahiran dan hanya 5% yang memberikan ASI Eksklusif sejak kelahiran bayi. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 41% ibu-ibu mengatakan memberi ASI sebelum 24 jam kelahiran dan 61% telah memberikan susu botol sebelum 24 jam kelahiran (Dearden dkk, 2002).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Sebanyak 8% bayi yang baru lahir mendapat ASI dalam satu jam setelah kelahiran dan 53% bayi mendapatkan ASI diatas 1 jam pada hari pertama kelahiran (Depkes. RI., 2001).

Namun berdasarkan data SDKI tahun 2002, pencapaian ASI Eksklusif mengalami penurunan di mana hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara umur


(24)

2-bulan sebesar 7,8%. Adapun cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002 (Anonymous, 2006)

Pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar masih rendah dan mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2005, pencapaian ASI Ekslusif adalah 29,17% dan pada tahun 2006, pencapaian ASI Ekslusif adalah 22,03%. Angka ini mengalami penurunan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu 30,04%. Secara rata-rata dari tahun 2004 sampai dengan 2006, pencapaian ini juga masih rendah bila dibandingkan dengan target pencapaiaan ASI di Kota Pematangsiantar pada tahun 2005 yaitu 40% (Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, 2006).

Bila dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 40% pada tahun 2005 dan 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 80% (Depkes, 2003), maka pencapaian di Kota Pematangsiantar tersebut masih sangat rendah. Demikian pula bila dibandingkan dengan target pada tahun 2005 untuk Propinsi Sumatera Utara sebesar 35,30%, angka pencapaian tersebut juga masih rendah. Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar tentu tidak terlepas dari rendahnya pencapaian di setiap Kecamatan di Kota Pematangsiantar. Dari 7 (tujuh) kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar, ternyata pencapaian di Kecamatan Sitalasari menduduki peringkat terendah dibanding dengan Kecamatan


(25)

lainnya, dimana tingkat pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari tersebut sebesar 5,38%.

Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik istri serta partisipasi suami dalam upaya pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan guna meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif berdasarkan target pencapaian SPM Kabupaten/Kota di masa yang akan datang, serta menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Pematangsiantar.

1.2.Permasalahan Penelitian

Bila ditinjau atau dibandingkan dari pencapaian program ASI Eksklusif di Kota Pematangsiantar maupun di Tingkat Propinsi Sumatera Utara dan juga pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara Nasional bahwa pencapaian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar masih rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar.


(26)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan partisipasi suami (kesempatan, kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar.

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2. Ada pengaruh partisipasi suami (kesempatan, kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan salah satu pertimbangan dalam penyusunan perencanaan kegiatan maupun penyusunan kebijakan di masa mendatang bagi para pengambil keputusan (Bupati, Ketua DPRD dan Ketua Bapeda).

2. Sebagai bahan masukan atau informasi untuk Dinas Kesehatan Kota (Kepala Dinas Kesehatan dan Seksi Perencanaan) maupun jajarannya dalam upaya peningkatan pencapaian ASI Eksklusif dimasa yang akan datang.

3. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat di Kota Pematangsiantar khususnya Kecamatan Sitalasari tentang arti pentingnya ASI dan sebagai bahan dalam memberhasilkan pemberian ASI di tingkat keluarga/masyarakat.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Air Susu Ibu (ASI)

Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengacu pada Convention on The Right of the Child atau Konvensi Hak-hak Anak, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi anak yang sehat dan cerdas, kebutuhan dasar anak harus terpenuhi yang meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu kasih sayang dan perlindungan; gizi; kesehatan; pendidikan; pengasuhan; bermain dan berekreasi; serta lingkungan yang sehat dan orang tua ikut KB (Anonymous , 2006. http://www.depkes.go.id)

Menyusui bayi secara eksklusif merupakan wujud nyata pemenuhan ketujuh aspek kebutuhan dasar tersebut. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO/UNICEF (United Nations International Children Education Found) menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindaklanjuti dengan Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak yaitu memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Anonymous, 2006. http://www.depkes.go.id).


(28)

Sesuai dengan kodratnya, wanita akan mengalami menstruasi/haid, kehamilan, melahirkan hingga menyusui bayi yang dilahirkannya kelak. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin di dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa nantinya. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. Tidak ada satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi, aspek kekebalan, aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Roesli,U, 2004).

Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta cara melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan

pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

2.2. Keunggulan dan Manfaat ASI

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah


(29)

kelahiran), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Tedjasaputra, 2007).

ASI dipandang sebagai makanan yang paling baik untuk kesehatan, sebab ASI memberikan berbagai keuntungan untuk anak, baik secara fisik, kognitif maupun emosional. Secara fisik, tubuh lebih kebal terhadap penyakit, pertumbuhan badan lebih pesat, bila kebutuhan gizi terpenuhi sehingga pertumbuhan otak diharapkan lebih cepat, secara emosional akan mempererat kedekatan ibu dengan anak (Tedjasaputra, 2007).

Keuntungan dan manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut (Depkes. RI., 2004):

1. Bagi Ibu

a. Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan,

mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia). b. Memperpanjang kehamilan berikutnya.

c. Menghemat waktu 2. Bagi bayi

a. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

b. Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi lainnya).

c. Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status mental dan intelektual).


(30)

3. Bagi keluarga

a. Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya. b. Penghematan biaya.

4. Bagi masyarakat

a. Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.

b. Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu dan lain lain). c. Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan.

d. Berkontribusi dalam penghematan devisa negara. 5. Bagi perusahaan

a. Menghemat biaya pengobatan. b. Meningkatkan produktivitas kerja. c. Meningkatkan citra perusahaan.

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu-ibu yang bekerja sekalipun dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (Depkes RI., 2004).

Menurut Amiruddin dan Rostia (2006), pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai usia sebulan setelah kelahirannya hanya 25-80%. Lebih buruk lagi di daerah


(31)

kumuh perkotaan (Jakarta, Makassar, Surabaya dan Semarang), pemberian itu hanya sampai 40%. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Keunggulan dan manfaat dari ASI menurut Depkes (2005) adalah sebagai berikut:

1. Mengandung zat gizi

2. Sebagai zat kekebalan terhadap mikro-organisme

3. Menambah rasa percaya diri ibu untuk menyusui serta menjalin hubungan/ interaksi bayi dan ibu

4. Meningkatkan kecerdasan bayi

5. Dengan mengisap payudara, ketidak-sempurnaan koordinasi syaraf bayi dapat lebih baik (aspek neurologis)

6. Menghemat pengeluaran rumah tangga

7. Menunda haid dan kehamilan dan dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi alamiah

Adapun manfaat maupun keuntungan daripada menyusui bagi ibu adalah sebagai berikut (Roesli, 2008):

1. Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma)

2. Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker rahim (ca endometrium)

3. Mengurangi risiko keropos tulang (oesteoporosis) 4. Mengurangi risiko rheumatoid artritis


(32)

5. Metode KB paling aman

6. Mengurangi resiko diabetes maternal 7. Mengurangi stres dan gelisah

8. Berat badan lebih cepat kembali normal.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2007).

2.3. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin, termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara bergantian tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) harus masuk seluruhnya ke mulut bayi (Dirjen Binkesmas, 2002).

ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum. Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih


(33)

kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (sebelum ASI lancar diproduksi).

Pada usia 0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain: bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat atau KMS (Dirjen Binkesmas, 2002).

Dari data SDKI Tahun 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 12%, sedangkan di perdesaan


(34)

4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di perdesaan 2%-13% (Depkes RI., 2004).

Akibat peran ASI yang sangat kompleks tersebut, oleh Dirjen Binkesmas (2002), dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Pesan yang ke tujuh menyebutkan: Berikan ASI Saja pada Bayi sampai Umur 4 Bulan dan Tambahkan MP-ASI sesudahnya. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pemberian ASI secara dini kepada bayi sejak lahir. Dengan kata lain, tidak ada interval waktu bagi ibu untuk langsung menyusui bayinya setelah kelahiran.

2.4. Manfaat ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan yang terbaik bayi pada awal usia kehidupannya. Hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi. Dengan demikian, rendahnya pemberian ASI Eksklusif di tingkat keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita di masa yang akan datang. Selain itu, ASI tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun makanan yang dapat menyamai atau mengganti peran ASI itu sendiri baik dalam kandungan gizinya, enzim, hormon, maupun kandungan zat imunologik dan anti infeksi.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) juga menunjukkan bahwa status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. Tetapi untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan 6,3% (1989)


(35)

menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta balita di Indonesia menderita gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BB/U). Sekitar 10% dari 1,7 juta balita tersebut menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus, kwashiorkor atau bentuk kombinasi marasmus kwashiorkor. Sampai akhir tahun 1999 terdapat sekitar 24.000 balita gizi buruk tingkat berat. Persentase bayi dengan status gizi baik menurun sejak bayi usia 6-10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira separuh pada anak-anak berusia 48-59 bulan. Anak-anak di perdesaan cenderung memiliki status gizi lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak di daerah perkotaan (Depkes. RI., 2001).

2.5. Perilaku Kesehatan

Model Perilaku Kesehatan berdasarkan Lawrence Green dalam Haksama (2002), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non perilaku (non behavior causes) misalnya lingkungan. Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu (1) faktor predisposisi (predisposing factors), (2) faktor pendukung (enabling factors), (3) faktor pendorong (reinforcing factors). Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan persepsi dari orang tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak tersedianya fasilitas kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas kesehatan dalam bentuk


(36)

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dengan adanya perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan status kesehatan yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kehidupannya di masa yang akan datang.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, penilaku manusia mempunyai cakupan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (1997), perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Respon dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Responden respon atau reflexive respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup.

b. Operant respon atau instrumental respons, adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Rangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan organisme. Oleh sebab itu perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih bersemangat melakukan perbuatan tersebut.


(37)

Di dalam kehidupan sehari-hari, respondent respons sangat terbatas

keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respon kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil. Sebaliknya operant respons merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar (Notoatmodjo, 1997).

Notoatmodjo (2002), mengemukakan bahwa penilaian pengetahuan dapat dikategorisasi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1) Tinggi apabila 75% responden memberikan jawaban yang benar terhadap

pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden yang benar diatas 75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan tinggi.

2) Sedang apabila 40%-75% responden memberikan jawaban yang benar atas

pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain apabila jumlah jawaban responden yang benar antara 40%-75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan sedang.

3) Rendah apabila dibawah 40% jawaban yang diberikan benar terhadap pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden yang benar dibawah 40% maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah.

Pengetahuan dalam objek tertentu seperti pengetahuan tentang ASI, menurut Departemen Kesehatan RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu untuk meningkatkan cakupan ASI, yaitu:


(38)

1) Pengertian ASI Ekslusif dan kolostrum

2) Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI, dan manfaat menyusui

3) Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lama, dan sampai umur berapa

4) Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui,

menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI, menyimpan ASI dan cara menyapih yang baik.

5) Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain; puting susu datar dan terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung puting.

2.6. Partisipasi

Mardikanto (2003), mengatakan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006) menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek – proyek pembangunan.


(39)

3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006) mengembangkan asumsi teoritik sebagai berikut:

1. Tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik antara

kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat. Oleh karena itu partisipasi masyarakat adalah hal yang memungkinkan.

2. Pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan untuk memaksa pemerintahnya.


(40)

4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.

Notoatmodjo (2007) mengatakan metode partisipasi masyarakat adalah: 1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam satu proram, baik melalui perundang undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya, dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awerencees), tetapi ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi.

Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kemampuan Berpartisipasi

Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Kemauan


(41)

Sumber : (Mardikanto, Totok, 2003, Redefinisi dan Revitalisasi) Gambar 2.1. Faktor – faktor Pembentuk Partisipasi

Menurut Margono dalam Mardikarto (2003) menyatakan bahwa tumbuh berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu :

1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi 2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi

3) Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan kemampuannya (Gambar 2.1.). Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan dan aktif memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan.

1. Kesempatan untuk berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Dilain pihak, juga sering dirasakan tentang


(42)

kurangnya “informasi” yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi

2. Kemauan untuk berpartisipasi

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk (turut) membangun.

Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat, yang menyangkut:

a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri. b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

3. Kemampuan untuk berpartisipasi

Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya)

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.


(43)

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

Analisis tentang faktor –faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dapat didekati melalui beberapa disiplin keilmuan, sebagai berikut:

a. Dalam konsep psikologi, tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, sangat ditentukan oleh motivasi yang melatar – belakanginya, yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan yang dirasakan.

b. Secara sosiologis, tumbuh dan berkembangnya partisipasi dalam masyarakat, akan sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap tingkat kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan kepadanya.

Berdasarkan pada konsep di atas, maka tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui:

1. Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi.

2. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya


(44)

ekonomi yang dapat secara langsung atau tak langsung dinikmati sendiri maupun yang akan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

2.7. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Sebuah studi yang dilakukan oleh Menon, dkk., (2001) di Bangladesh mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh ibu kepada bayinya dipengaruhi oleh berbagai penyebab seperti: (1) Informasi yang diperoleh dari Buku/Radio/TV, (2) Peran Suami, (3) Pekerjaan ibu, (4) Ibu-ibu lain, (5) Petugas Kesehatan Masyarakat dan Dokter.

Di Indonesia pemberian ASI belum dilaksanakan secara sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI Eksklusif masih dirasa sangat kurang. Permasalahan yang utama adalah:


(45)

1) Faktor sosial budaya

2) Kesadaran akan pentingnya ASI

3) Pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya

mendukung pp-asi

4) Gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Depkes RI., 2004).

Pencapaian pemberian ASI Eksklusif yang rendah tersebut ternyata disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Selain itu, kurangnya kepedulian dan dukungan suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif (Supari, 2006; Kuntari dan Rachmawati, 2006; Marjono, 1992). Hal ini juga menurut UNICEF (1993), dukungan suami dalam pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir sangatlah penting. Ayah dapat sebagai sumber utama dalam mendukung (support) dalam pemberian ASI kepada bayi baru lahir. Hal ini perlu juga didiskusikan dengan anggota keluarga yang salah satunya adalah suami sebagai kepala keluarga tentang kebutuhan ibu dalam proses kelahiran.

Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif tersebut juga terkait dengan peran suami yang memiliki andil yang cukup besar dengan kondisi psikis ibu menyusui. Menurut Roesli (2004), untuk menyukseskan pelaksanaan program ASI Eksklusif selama 6 bulan, para suami harus mendapat penjelasan mengenai peran dirinya dalam program tersebut. Peran para suami berupa perhatian kepada istri, menciptakan suasana nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Pikiran ibu yang


(46)

hingga mengalirkan ASI ke sinus lactiferous dan kemudian diisap oleh si bayi. Ternyata peran suami sangat penting karena memperlancar pemberian ASI yang bermakna bagi peningkatan mutu kehidupan anak, ironisnya kondisi ini tidak banyak dipahami oleh para suami. Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa walaupun pengaruhnya berbeda pada setiap ibu, namun pengaruh emosional ini bisa mencapai 75% dalam menghambat keluarnya ASI. Menurut Roesli (2008), seorang ayah sebaiknya mengerti untuk mendukung keberhasilan memberikan ASI Eksklusif atau menjadi Ayah ASI (breastfeeding father). Berikut ini cara ayah membantu dalam proses menyusui:

1. Ayah menyendawakan bayi 2. Ayah memandikan bayi

3. Ayah bermain, bergurau dan mendendangkan bayi 4. Ayah mengganti popok

5. Ayah memijat bayi 6. Ayah menggendong bayi

2.8. Landasan Teori

Berdasarkan uraian maupun berbagai teori yang mendasari atau melandasi upaya pemberian ASI Eksklusif yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat


(47)

Sumber : Lawrence W. Green, Judith M. Ottoson, 1980 Gambar 2.2. Kerangka Teori

Faktor perilaku itu sendiri, terutama perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: 1). predisposing factors (kebiasaan, kepercayaan, tradisi, pengetahuan dan sikap), 2). enabling factors (ketersediaan, keterjangkauan, dan keterampilan), 3). reinforcing factors (Petugas kesehatan, TOMA, teman, suami / keluarga).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan persepsi dari orang tersebut, yang ditunjang dengan ketersediaan atau tidak tersedianya fasilitas kesehatan, sekaligus dipengaruhi oleh peran para petugas kesehatan dalam bentuk penyuluhan maupun promosi kesehatan.


(48)

2.9. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dengan kerangka teori maka kerangka konsep penelitian ini adalah

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Istri: - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap

Pemberian ASI Eksklusif Partisipasi Suami:

- Kesempatan

- Kemauan


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan explanatory research, untuk mengetahui pengaruh antara variabel karakteristik istri (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap) dan partisipasi suami (kesempatan, kemauan, kemampuan) terhadap pemberian ASI Eksklusif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di wilayah kerja Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, dengan pertimbangan :

Rendahnya pencapaian program ASI Eksklusif (peringkat terendah dari 7 Kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar yaitu 5,38% tahun 2007).

Penelitian dilakukan dimulai bulan April 2008 sampai dengan bulan September 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur 6 – 12 bulan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar 2007 dengan jumlah 158 ibu. Sampel adalah ibu-ibu yang memiliki bayi umur 6 – 12 bulan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar dengan perhitungan sampel sebagai berikut (Taro Yamane dalam Notoatmodjo, 2003) :


(50)

n 2 ) ( 1 d N + =

n =

2 ) 1 , 0 ( 158 1 158 +

n = 61,2 = 62 orang Keterangan:

n : jumlah sampel ( 62 orang ) N : jumlah populasi (158 orang) d : derajat kesalahan (0,1)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang. Untuk menentukan jumlah sampel di setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, dilakukan dengan metode alokasi sebanding (Gaspersz, 1991) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Distribusi Perhitungan sampel

No. Desa/Kelurahan Perhitungan Jumlah Sampel

1. Gurilla 62

158 15

x 6

2. Bah Kapul 62

158 68

x 26

3. Bukit Sofa 62

158 45

x 18

4. Setia Negara 62

158 30

x 12

Total Sampel 62

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing Desa/Kelurahan pada perhitungan di atas, maka selanjutnya dilakukan penentuan/pemilihan responden di masing-masing Desa/Kelurahan yang dilakukan dengan cara simple random sampling (melotre) sebanyak jumlah sampel yang telah ditentukan. Penentuan responden di tingkat Desa/Kelurahan tersebut dilakukan dengan mengambil rekapitulasi daftar bayi yang melakukan penimbangan di posyandu maupun Kantor Desa/Kelurahan.


(51)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi data primer (pendidikan, pengetahuan, perkerjaaan, sikap, partisipasi) yang diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner yang dipandu oleh peneliti dan mengacu kepada variabel yang diteliti.

Data sekunder (pencapaian ASI Eksklusif, jumlah bayi dan data pendukung lain) diperoleh dari dokumen maupun arsip yang berada di Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, Kantor Desa/Kelurahan maupun yang ada di Puskesmas serta data-data yang lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Terdapat dua syarat utama yang berlaku untuk sebuah angket atau kuesioner, yaitu keharusan sebuah angket atau kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu angket atau kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket atau kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket atau pertanyaan tersebut.

Untuk mengetahui atau menguji validitas angket atau kuesioner ini, dengan menggunakan formula Korelasi Pearson Product Moment (r) sebagai berikut:

[

2 2

][

2 2

]

) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N XY XY N r Σ − Σ Σ − Σ − =

dimana :

r = nilai korelasi

X = skor tiap-tiap variabel Y = skor total tiap responden N = jumlah responden


(52)

Sedangkan suatu angket atau kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui reliabilitas suatu angket atau kuesioner dapat dilihat dari nilai alpha cronbach.

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil. Nilai r tabel dengan tabel r, menggunakan df = n-2, pada tingkat kemaknaan 5% maka didapat angka r tabel adalah :

Df = n-2 → = 15-2= 13 r tabel = 0,514

Nilai r hasil dari masing – masing pertanyaan dibanding dengan r tabel dan bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Bila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliebel. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel r table r hasil Alpha C Keterangan

Pengetahuan

P1 0,514 0,9007 Valid dan Reliabel

P2 0,514 0,5302 Valid dan Reliabel

P3 0,514 0,9614 Valid dan Reliabel

P4 0,514 0,6296 Valid dan Reliabel

P5 0,514 0,8700 0,9337 Valid dan Reliabel

P6 0,514 0,5168 Valid dan Reliabel

Lanjutan Tabel 3.2.

P7 0,514 0,8000 Valid dan Reliabel

P8 0,514 0,9046 Valid dan Reliabel


(53)

Sikap

S1 0,514 0,6415 Valid dan Reliabel

S2 0,514 0,5517 0,8259 Valid dan Reliabel

S3 0,514 0,6451 Valid dan Reliabel

S4 0,514 0,7809 Valid dan Reliabel

Dari Tabel 3.2 diatas terlihat bahwa semua pertanyaan nilai r hasil lebih besar dari pada r table demikian juga alpha lebih besar dari r tabel, dengan demikian

kuesioner yang digunakan untuk penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Istri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar tahun 2008 adalah valid dan reliabel. Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas pertanyaan tersebut dengan membandingkan nilai alpha cronbach dengan nilai r tabel, dimana apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari r tabel maka angket atau pertanyaan tersebut reliabel. Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 62 orang maka nilai r tabel adalah 0,1650, dimana 0,754 > 0,1650 maka angket atau kuesioner tersebut sudah reliabel.


(54)

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:

(1) Karakteristik

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dengan ijazah terakhir yang diperoleh responden, yaitu : (a) SD, (b) SMP/SMA, (c) D III / S I.

2. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari untuk mendapatkan imbalan (uang), dikategorikan: (a) bekerja, (b) tidak bekerja.

3. Pengetahuan, adalah segala sesuatu diketahui responden tentang ASI

Eksklusif.

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemberian ASI Eksklusif.

(2) Partisipasi

1. Kesempatan adalah: waktu / peluang yang dimiliki suami untuk membantu istri dalam pemberian ASI Eksklusif.

2. Kemauan adalah: keinginan dari suami untuk membantu istri agar istri dapat memberikan ASI Eksklusif.

3. Kemampuan adalah: keterampilan yang mampu dilakukan suami guna

membantu istri dalam pemberian ASI Eksklusif.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian ASI saja oleh ibu menyusui kepada bayinya sejak lahir sampai dengan 6 bulan, tanpa makanan pendamping lainnya.


(55)

Pengukuran variabel independen yang meliputi karakteristik istri dan partisipasi suami adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Istri

a. Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal dengan kategori : (1) Tamat SD, (2) Tamat SLTP/SLTA, dan (3) Tamat DIII-PT

b. Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala nominal dengan

kategori (a) bekerja dan (b) tidak bekerja.

c. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 9 (sembilan) pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1) Baik apabila total skor berada 21–27 2) Kurang baik apabila total skor 15 –20 3) Tidak baik apabila total skor 9 – 14

d. Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 4 (empat) pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Baik apabila total skor 6 – 8 2) Tidak baik apabila total skor 4 – 5

2. Partisipasi Suami

Pengukuran partisipasi suami meliputi : Kesempatan, kemauan dan kemampuan , yaitu sebagai berikut:

1. Pengukuran variabel kesempatan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu:


(56)

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban 2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban 3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

2. Pengukuran variabel kemauan suami didasarkan pada skala ordinal, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban 2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban 3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

3. Pengukuran variabel kemampuan suami juga didasarkan pada skala ordinal, kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Tinggi apabila responden menjawab sejumlah 5-6 jawaban 2. Sedang apabila responden menjawab sejumlah 3 – 4 jawaban 3. Rendah apabila responden menjawab sejumlah 1 – 2 jawaban.

4. Pengukuran variabel partisipasi suami juga didasarkan pada skala ordinal, dan dilakukan penjumlahan bobot nilai (kesempatan, kemauan, kemampuan) kemudian dikelompokkan menjadi yaitu :

1. Tinggi apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 7-9 2. Sedang apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 5 – 6 3. Rendah apabila responden memperoleh bobot nilai sejumlah 3 – 4 Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(57)

Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan

Variabel Dependen

No Variabel Indi- kator Kategori Bobot Nilai Total Nilai Range Skala Ukur Karakteristik:

1 Pendidikan 1 a. SD b. SMP/SMA c. DIII/SI

Ordinal

2 Pekerjaan 1 a. Bekerja b. Tidak bekerja

1 0

Nominal

3 Pengetahuan 9 a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik

3 2 1 27 18 9 21-27 15-20 9-14 Interval

4 Sikap 4 a. Baik

b. Tidak baik

2 1 8 4 6-8 4-5 Ordinal Faktor-faktor Partisipasi

1 Kesempatan 1 a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3 2 1

- - Ordinal

2 Kemauan 1 a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3 2 1

- - Ordinal

3 Kemampuan 1 a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3 2 1

- - Ordinal

Partisipasi

suami

3 a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1 9 6 3 7-9 5-6 3-4 Ordinal

Pemberian ASI Eksklusif 1) Memberikan ASI Esklusif 2) Tidak Memberikan ASI Esklusif 1 0

- - Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Unviariat untuk mengetahui distribusi frekwensi dari hasil penelitian, kemudian dilakukan analisis


(58)

multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kecamatan Siantar Sitalasari berada pada garis 3º01‘.09‘‘LU dan 99º06’23‘‘BT. Wilayah Kecamatan Siantar memiliki luas 2.272,26 Ha dengan kondisi daerah yang berbukit-bukit. Tergolong ke dalam daerah tropis, beriklim sedang dan suhu rata-rata 24,7º dengan curah hujan rata-rata 232 mm pada tahun 2007. Struktur daerah Kecamatan Siantar Sitalasari berwujud daerah pemukiman dengan daerah pertanian dan sawah yang berada di pinggiran. Kecamatan Siantar Sitalasari merupakan Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan Siantar Martoba sesuai dengan Peraturan Derah Kota Pematangsiantar. Wilayah administrasi terdiri dari 4 kelurahan yaitu, Kelurahan Bukit Sofa, Kelurahan Bah Kapul, Kelurahan Setia Negara, dan Kelurahan Gurilla. Dengan topografis derah berbukit-bukit, di wilayah ini terdapat beberapa sungai antara lain: Sungai Bah Bolon, Sungai Bah Kapul, Sungai Bah Sijambe, Sungai Bah Silobang, Sungai Bah Sibatu-batu, Sungai Bah Bai Tama, Sungai Tirtorejo. Adapun batas wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siantar Martoba/Kecamatan Siantar Utara/Kecamatan Siantar Barat.

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.


(60)

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Marihat/Kabupaten Simalungun.

Jumlah penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari adalah sebanyak 26.799 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.841 orang dan

penduduk perempuan sebanyak 12.958 orang sementara sex ratio adalah sebesar 93,2%. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bah Kapul dengan jumlah 12.518 orang berbanding lurus dengan dengan luas wilayah tersebut yang memiliki luas 767,75 Ha. Secara rinci jumlah penduduk Siantar Sitalasari dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Sitalasari Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007

No Nama  Kelurahan 

Luas Wilayah

Laki-laki Perempuan

1 BAH KAPUL

767,75 6.188 6.330

2 BUKIT SOFA

87,25 2.671 2.718

3 SETIA NEGARA

464,00 3.465 2.347

4 GURILLA 935,26 1.517 1.563

2.272,26 13.841 12.958

Penduduk Kecamatan Siantar Sitalasari mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/TNI/POLRI, (4.211 jiwa), sebagai petani sebanyak 3.744 jiwa, sebagai pedagang sebanyak 1.692 jiwa, sebagai karyawan sebanyak 1030 jiwa dan yang lain sebanyak 2.316 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

No Nama

Kelurahan PNS/TNI/POLRI Pedagang Petani Karyawan Lain-lain

1 BAH KAPUL 593 408 529 405 820

2 BUKIT SOFA 271 261 5 196 285

3 SETIA 3.295 898 599 419 780


(61)

NEGARA

4 GURILLA 52 125 2.641 10 251

4.211 1.692 3.744 1.030 2.136

Agama Islam adalah agama mayoritas (13.718 jiwa), kemudian Kristen Protestan (6.730 jiwa), Kristen Katholik (6.491 jiwa), Hindu (15 jiwa), dan Budha (11 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007

No

Nama

 

Kelurahan

 

Islam Kristen Protestan

Kristen

Katholik Hindu Budha

1 BAH KAPUL 5.985 3.064 3.379 15 75

2 BUKIT SOFA 3.679 136 1.542 - 32

3 SETIA NEGARA 3.927 1.653 367 - 4

4 GURILLA 127 1.877 1.203 - -

13.718 6.730 6.491 15 111

Sebagai suku bangsa mayoritas adalah suku bangsa Jawa yakni 8004 jiwa, kemudian suku bangsa Simalungun (6787 jiwa ), suku bangsa Toba (5889 jiwa) , suku bangsa Mandailing (2.281 jiwa), suku bangsa Karo (1.544 jiwa), suku bangsa Melayu (899 jiwa), dan suku bangsa Nias (798 jiwa). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa Tahun 2007

No Nama

Kelurahan Simalung

un 

Toba Kar

o 

Pak-pak

Man

dailing Nias Jawa Mela

yu 

Lain-lain

1 Bah Kapul 3.505 2.001 625 375 1.251 510 3.375 250 593

2 Bukit Sofa 927 963 591 89 687 21 2.059 32 271

3 Setia Negara 549 1.667 307 19 339 261 2.496 72 3.295

4 Gurilla 1.806 1.258 21 9 4 6 74 16 52

6.787 5.889 1.544 492 2.281 798 8004 899 4211

Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai sarana kesehatan sebagai berikut: 3 buah puskesmas ditambah 1 puskesmas pembantu, 20 posyandu dan 4 klinik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(62)

Tabel 4.5 Data Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2007

No

 

Nama Kelurahan Puskesmas Posyandu Rumah Sakit Klinik

1 BAH KAPUL 1 7 - 3

2 BUKIT SOFA 1 4 - -

3 SETIA NEGARA 1 5 - 1

4 GURILLA 1 4 - -

JUMLAH 4 20 - 4

Kecamatan Siantar Sitalasari mempunyai visi ”Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri”.

4.2. Karakteristik Responden

1. Pendidikan

Distribusi data responden berdasarkan pendidikan dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 1 orang (21%), kelompok kedua adalah responden dengan tingkat pendidikan SLTP/SLTA sebanyak 41 orang (66,1%), kelompok ketiga adalah responden dengan tingkat pendidikan PT sebanyak 8 orang (12,9%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah %

1. SD 13 21,0

2. SLTP/SLTA 41 66,1

3. PT 8 12,9

Total 62 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui dari 62 orang responden, didapati sebanyak 12,9% di antaranya telah menyelesaikan pendidikannya hingga tamat


(63)

perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden sudah cukup tinggi, di mana hanya 21,0% yang berpendidikan rendah atau yang telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat Sekolah Dasar (SD).

2. Pekerjaan

Distribusi data responden berdasarkan pekerjaan di kelompokkan menjadi 2 kelompok. Kelompok bekerja sebanyak 16 orang (25,8%), tidak bekerja sebanyak 46 orang (74,2%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Pekerjaan Responden Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah %

1. Bekerja 16 25,8

2. Tidak Bekerja 46 74,2

Total 62 100,0

3. Pengetahuan

Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif, diajukan 9 butir pertanyaan berbentuk pilihan berganda. Penilaian jawaban responden untuk setiap pertanyaan tersebut dikelompokkan dengan penilaian baik, kurang baik dan tidak baik. Ternyata pengetahuan responden tentang cara mengatasi puting yang datar termasuk kategori yang tidak baik (88,7%). Sedangkan pengetahuan responden tentang mengatasi payudara yang bengkak juga tidak baik


(64)

(85,5%). Secara lebih rinci distribusi jawaban responden tersebut terlihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Uraian Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Indikator Pengetahuan Jumlah %

1. Pengertian ASI Eksklusif a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

5 29 28 8,1 46,8 45,1

Total 62 100,0

2. Pengertian Kolostrum

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

6 25 31 9,7 40,3 50,0

Total 62 100,0

3. Manfaat ASI Eksklusif

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

3 8 51 4,8 12,9 82,3

Total 62 100,0

4. Manfaat Menyusui

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

10 30 22 16,1 48,4 35,5

Total 62 100,0

5. ASI Mulai Diberikan

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

2 19 41 3,2 30,6 66,2

Total 62 100,0

6. Cara Menyendawakan Bayi

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

4 34 24 6,5 54,8 38,7

Total 62 100,0

7. Cara Mengatasi Lecet pada Puting Susu

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

2 5 55 14,5 45,2 40,3


(65)

Lanjutan Tabel 4.8.

8. Cara Mengatasi Bengkak pada Payudara a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

7 22 53

11,3 3,2 85,5

Total 62 100,0

9. Cara Mengatasi Puting Yang Datar

a. Baik

b. Kurang Baik c. Tidak Baik

2 5 55

3,2 8,1 88,7

Total 62 100,0

Distribusi data responden berdasarkan pengetahuan dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Berdasarkan analisis Univariat terlihat bahwa kelompok pengetahuan baik berjumlah 7 orang (11, 3%), kelompok pengetahuan kurang baik berjumlah 9 orang (14, 5%) dan kelompok pengetahuan tidak baik berjumlah 46 orang (74, 2%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pengetahuan Jumlah %

1. Baik 7 11,3

2. Kurang Baik 9 14,5

3. Tidak Baik 46 74,2


(66)

4. Sikap

Untuk memperoleh gambaran sikap responden tentang Pemberian ASI Eksklusif, diajukan 4 butir pertanyaan berbentuk pilihan berganda. Penilaian terhadap masing-masing pertanyaan tersebut dikategorikan dengan penilaian baik dan tidak baik. Ternyata sikap mereka terhadap pernyataan Sering Memberi ASI akan Memperbanyak Produksinya adalah baik (83,9%) dan Sikap Mereka terhadap Pernyataan Bayi Jarang Sakit bila Diberi ASI adalah baik (72,6%). Secara lebih rinci terlihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Uraian Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No 

Indikator Sikap Jumlah %

1 Beri ASI sampai 6 Bulan

a. Baik 36 58,1

b. Tidak Baik 26 41,9

Total 62 100,0

2 Bayi Jarang Sakit bila Diberi ASI

a. Baik 45 72,6

b. Tidak Baik 17 27,4

Total 62 100,0

3 ASI Makanan Cocok untuk Bayi

a. Baik 43 69,4

b. Tidak Baik 19 30,6

Total 62 100,0

4 Memberi ASI akan Memperbanyak Produksi

a. Baik 52 83,9

b. Tidak Baik 10 16,1


(67)

Uraian sikap diatas dapat dikategorikan atas 2 kategori, dan berdasarkan analisis univariat terlihat bahwa sikap baik sejumlah 43 orang (69,4%) dan tidak baik sejumlah 19 orang (30,6%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Sikap Responden Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Sikap Jumlah %

1. Baik 43 69,4

2. Tidak Baik

19 30,6

Total 62 100,0

4.3. Faktor-Faktor Partisipasi Suami

Tabel 4.12. menunjukkan bahwa secara umum faktor-faktor partisipasi suami seperti kesempatan, kemauan dan kemampuan suami responden rendah terhadap upaya mendorong istri untuk memberikan ASI Eksklusif. Kesempatan yang dimiliki suami rendah (59,7%) diikuti pula dengan semakin rendahnya kemauan suami untuk memberikan dorongan kepada istri dalam pemberian ASI Eksklusif (82,3%). Di lain pihak, ditemui juga suami responden yang memiliki kesempatan yang tinggi sebanyak 5 orang (8,0%), kemauan dan kemampuan yang tinggi dalam upaya memberi dorongan kepada istri untuk memberikan ASI Eksklusif yaitu masing-masing sebesar 3,2%.

Tabel 4.12. Distribusi Faktor-Faktor Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Faktor-Faktor Partisipasi Jumlah %

1. Kesempatan

a. Tinggi

b. Sedang c. Rendah

5 20 37

8,0 32,3 59,7


(68)

Total 62 100,0 2. Kemauan

a. Tinggi

b. Sedang c. Rendah

2 9 51

3,2 14,5 82,3

Total 62 100,0

3. Kemampuan

a. Tinggi

b. Sedang c. Rendah

2 17 43

3,2 27,4 69,4

Total 62 100,0

4.4 Partisipasi Suami

Bila ditinjau dari partisipasi suami dan berdasarkan analisis univariat terlihat bahwa partisipasi suami tergolong sedang yaitu sebesar (58,1%) atau jumlah 36 orang. Namun terdapat juga sebanyak 14 orang atau 22,6% menunjukkan tingginya partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selengkapnya pada Tabel 4.13.


(69)

Tabel 4.13. Distribusi Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No. Partisipasi Jumlah %

1. Tinggi 14 22,6

2. Sedang 36 58,1

3. Rendah 12 19,4

Total 62 100,0

4.5. Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 85,5% (53 orang) responden menyatakan tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sejak lahir sampai berumur enam bulan dan hanya 14,5% atau 9 orang yang menyatakan

memberikan ASI Eksklusif, seperti pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Responden berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No Pemberian

ASI Ekslusif

Jumlah %

1 Memberikan ASI Ekslusif 9 14,5

2 Tidak Memberikan ASI Ekslusif 53 85,5

Total 62 100,0

4.6Hasil Wawancara

Setelah dilakukan wawancara pada responden diperoleh informasi bahwa semua responden yang memberi ASI Eksklusif ternyata sebelum saat melahirkan tiba mereka telah bermohon pada petugas kesehatan (bidan) bahwa kelak bila ia melahirkan agar bayi mereka tidak diberikan makanan apapun selain ASI. Petugas kesehatan masih bertanya kenapa demikian dan responden menjawab dengan


(70)

berbagai alasan yang dilatarbelakangi oleh informasi/anjuran dari pihak keluarga tentang pemberian ASI Eksklusif.

Bagi responden yang tidak bermohon dan mereka hanya menerima pelayanan dan tindakan yang diberikan bidan, maka saat ASI belum keluar bidan telah

memberikan susu formula kepada bayi mereka, setelah beberapa jam kemudian baru bayi diberikan pada ibu untuk diberi ASI, hal ini menyebabkan mereka tidak lagi dapat memberi ASI secara eksklusif.

Menurut Roesli (2007) keberhasilan pemberian ASI Eksklusif sangat bergantung pada keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dilakukan.

Adapun alasan responden memberi ASI Ekslusif karena ingin memberi ASI Ekslusif berjumlah 4 orang, dan karena ingin anak menjadi pintar berjumlah 1 orang. Selengkapnya pada Tabel 4.15..

Tabel 4.15. Alasan Responden Memberi ASI Eksklusif

No Alasan Memberi ASI Ekslusif Jumlah

1. ASI praktis dan bergizi 2

2. Ingin memberi ASI 4

3. ASI sudah cukup 2

4. Agar anak pintar 1

Total 9

Alasan responden tidak memberi ASI Ekslusif adalah karena ASI keluar pada hari ketiga berjumlah 1 orang, dan karena ASI belum keluar berjumlah 16 orang. Selengkapnya pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Alasan Responden Tidak Memberi ASI

No Alasan Tidak Memberi ASI Jumlah

1. 2. 3.

ASI keluar hari ke 3 ASI belum keluar Anak jadi muntah

1 16


(71)

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Anak menangis saja ASI tidak cukup ASI tidak keluar Ibu berkerja

Hanya pada satu payudara yang mengeluarkan ASI Hari pertama ASI tidak keluar

Membatasi ibu keluar rumah Takut anak sakit

3 13 7 5 1 1 2 2 Total 53

4.7. Pengaruh Karakteristik Isteri dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Untuk mengetahui adanya pengaruh antara karakteristik istri dan partisipasi suami terhadap pemberian ASI Eksklusif dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.

Tabel 4.17. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Berdasarkan Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008

No 1 Pendidikan 2 Pekerjaan 3 Pengetahuan 4 Sikap 5 Partisipasi

R-Constanta = 131,736

Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai probabilita ( < 0,05 ). Pada Tabel 4.17 diatas terlihat bahwa variabel pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan partisipasi


(72)

menunjukkan nilai P > 0,05 maka berarti faktor-faktor tersebut tidak mempunyai


(73)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang papaya bubur susu, biskuit, bubur, nasi, dan tim (Rusli, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara proporsi diketahui ibu yang mempunyai bayi di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar, mayoritas tidak memberikan ASI Eksklusif (85,5%) dibanding dengan ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif (14.5%).

Kondisi ini mencerminkan bahwa perilaku ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif cenderung relatif rendah, apalagi jika dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010 masih sangat jauh. Cakupan pemberian ASI Eksklusif ditetapkan adalah 80%, didasarkan pada perbandingan jumlah ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif sampai pada 0-6 bulan, dengan jumlah ibu yang mempunyai bayi umur 0-1 tahun di suatu daerah. Program pemberian ASI Eksklusif adalah suatu program yang diperuntukkan untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang menyusui.


(1)

Logistic Regression

Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

51.364 5 .000

51.364 5 .000

51.364 5 .000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

.000 .563 1.000

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

9 0 100.0

0 53 100.0

100.0 Observed

ya Tidak ASI

Overall Percentage Step 1

ya Tidak

ASI Percentage

Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

-34.131 5932.494 .000 1 .995 .000

-1.403 5945.321 .000 1 1.000 .246

-2.590 9671.510 .000 1 1.000 .075

-33.122 8673.167 .000 1 .997 .000

-2.777 8625.989 .000 1 1.000 .062

131.736 28654.182 .000 1 .996 1.63E+57

TPART TPENG PDKN KRJA TSIK Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: TPART, TPENG, PDKN, KRJA, TSIK. a.


(2)

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability

Case Processing Summary

62 100.0

0 .0

62 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.754 5

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

1.92 .581 62

.26 .441 62

1.37 .683 62

1.69 .465 62

2.03 .652 62

Pendidikan Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Tingkat Sikap Tingkat Partisipasi

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

5.35 2.659 .602 .680

7.02 3.000 .617 .691

5.90 2.089 .801 .584

5.58 3.625 .167 .809

5.24 2.678 .484 .728

Pendidikan Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Tingkat Sikap Tingkat Partisipasi

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

7.27 4.137 2.034 5


(3)

Reliability

Case Processing Summary

62 100.0 0 .0 62 100.0 Valid Excludeda Total Cases N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.820 9

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

1.63 .633 62

1.60 .664 62

1.23 .525 62

1.81 .698 62

1.37 .550 62

1.68 .594 62

1.74 .700 62

1.26 .651 62

1.15 .438 62

Arti ASI Eksklusif Arti Kolostrum Manfaat ASI Manfaat Menyusui ASI mulai diberi Cara menyendawa Mengatasi lecet Mengatasi bengkak Mengatasi puting datar

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

11.82 9.755 .571 .795

11.85 9.765 .532 .801

12.23 10.210 .575 .797

11.65 9.315 .614 .790

12.08 10.567 .432 .812

11.77 9.948 .564 .797

11.71 11.259 .142 .851

12.19 8.880 .802 .764

12.31 10.577 .578 .800

Arti ASI Eksklusif Arti Kolostrum Manfaat ASI Manfaat Menyusui ASI mulai diberi Cara menyendawa Mengatasi lecet Mengatasi bengkak Mengatasi puting datar

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

13.45 12.416 3.524 9


(4)

Case Processing Summary

62 100.0

0 .0

62 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.500 4

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

1.58 .497 62

1.73 .450 62

1.69 .465 62

1.84 .371 62

Beri ASI sampai 6 bulan Jarang sakit bila diberi ASI

ASI cocok untuk bayi Memperbanyak produksi ASI

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

5.26 .785 .287 .438

5.11 .889 .229 .486

5.15 .782 .349 .373

5.00 .918 .323 .412

Beri ASI sampai 6 bulan Jarang sakit bila diberi ASI

ASI cocok untuk bayi Memperbanyak produksi ASI

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

6.84 1.285 1.134 4


(5)

Reliability

Case Processing Summary

62 100.0

0 .0

62 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.741 3

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

1.48 .646 62

1.21 .484 62

1.34 .542 62

Kesempatan Kemauan Kemampuan

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

2.55 .809 .551 .697

2.82 1.066 .568 .667

2.69 .937 .608 .609

Kesempatan Kemauan Kemampuan

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

4.03 1.868 1.367 3


(6)