Pengaruh Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Namun sikap bukan merupakan suatu faktor yang mutlak untuk melakukan tindakan, tetapi tidak terlepas dari faktor lain seperti pengetahuan, budaya dan adat istiadat. Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian Hamzah 2007 bahwa dalam pemberian ASI Eksklusif 63,1 umumnya pada ibu dengan sikap kurang baik, dan ada faktor lain yang mempengaruhinya yaitu adat istiadat berupa pantangan- pantangan tertentu pantangan makan makanan yang kecut dan pedas selama menyusui untuk mencegah sakit perut bayinya, selain itu frekuensi pemberian ASI 71,1 ketika bayi membutuhkannya, 10,3 terjadwal 3-4 kali dalam sehari dan 18,6 tidak tentu. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden mengatakan memberi ASI dengan diselingi makanan lain karena produksi ASI responden dianggap belum banyakbelum keluar dan mereka beranggapan bayi akan kelaparan serta rewel apabila tidak diberi tambahan makanan selain ASI.

5.6 Pengaruh Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Partisipasi pada prinsipnya adalah keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam penelitian ini partisipasi suami sebagai bagian integral dalam suatu rumah tangga. Bentuk partisipasi tersebut berupa kemauan, kesempatan dan kemampuan. Samirah Kemalasari : Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel partisipasi tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar p=1,000. Indikasi partisipasi tersebut secara parsial berdasarkan indikatornya cenderung bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesempatan suami untuk mendorong isteri memberikan ASI Eksklusif mayoritas termasuk rendah 59,75, demikian juga dengan kemauan suami untuk membantu istri agar istri dapat memberikan ASI Eksklusif juga rendah 82,3 dan indikasi lain adalah rendahnya kemampuan suami membantu istriya untuk memberikan ASI Eksklusif yaitu 69,4. Kondisi tersebut secara kumulatif menunjukkan bahwa peran serta suami dalam tindakan istri memberikan ASI Eksklusif termasuk rendah. Penelitian Menon, dkk., 2001 di Bangladesh mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan dalam pemberian ASI Eksklusif oleh ibu salah satunya dipengaruhi oleh Peran Suami. Peran suami tersebut merupakan bagian integral dari peran keluarga. Pentingnya dukungan suami terhadap pemberian ASI Eksklusif sudah direkomendasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi tentang Kesejahteraan Anak 1990, bahwa semua suami mengetahui arti penting mendukung wanita dalam tugas pemberian ASI saja pada 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada tahun-tahun rawan Roesli, 2005. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan pendapat para ahli tesebut di atas, di lokasi penelitian partisipasi suami tidak diberikan pada tahap awal saat pengambilan keputusan bayi akan diberikan ASI Eksklusif atau tidak. Partisipasi Samirah Kemalasari : Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 suami justru diberikan setelah bayi berusia lebih dari satu bulan. Dari hasil wawancara dengan responden diperoleh keterangan bahwa sebelum ASI keluar bayi telah diberi susu formula. Hal ini dilakukan oleh karena ibu-ibu tersebut mengalami keadaan dimana ASI lama keluar dan bayi menangis saja selain itu setelah bayi lahir ternyata mereka tidak mengalami hal-hal yang telah diatur didalam Manajeman Laktasi. Sedangkan ibu-ibu yang berhasil memberi ASI Eksklusif ternyata mereka sudah mengatakan keinginannya pada bidandokter agar bayi mereka tidak diberi makanan apapun kecuali ASI. Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan peraturan yang bisa mendukung agar ibu Indonesia bisa terus memberikan ASI kepada buah hatinya. Peraturan itu dalam bentuk Kepmenkes No. 237 thn 1997, tentang Pemasaran PASI. Kepmenkes No. 4502004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi Indonesia . UU No. 71997 tentang Pangan. PP No. 691999 tentang Label dan Iklan Pangan. Peraturan yang bentuknya berupa Keputusan Menteri yang berada di tingkat yang rendah dalam hirarki perundangan, peraturan ini menjadi kurang mengikat dan tidak ada sanksi yang maksimal yang dapat diberikan atas pelanggaran yang terjadi. Sampai saat ini Pemerintah Daerah juga belum mengatur program PP-ASI ini kedalam bentuk peraturan daerah. Oleh Dinas Kesehatan program ini masih dalam tahap sosialisasi, sehingga begitu lemahnya penerapan sanksi terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan yang terkait dengan PP-ASI. Samirah Kemalasari : Pengaruh Karakteristik Istri Dan Partisipasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN