BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Perancangan Tata Letak Pabrik
1
Tata letak pabrik adalah perencanaan dan integrasi aliran komponen- komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan
ekonomis antara pekerja, peralatan dan pemindahan bahan, mulai dari bagian penerimaan, melalui pabrikasi, sampai ke pengiriman produk jadi. Dengan kata
lain merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat produk. Rancangan tata letak digambarkan sebagai rencana lantai, yaitu
suatu susunan fasilitas fisik perlengkapan, tanah, gedungbangunan, dan sarana lain untuk mengoptimalkan hubungan antara pelaksana, aliran barang dan
informasi, dan tatacara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha yang paling optimal, ekonomis dan aman.
Menurut Adam 1989, perancangan tata letak didefinisikan sebagai perancangan lokasi dan konfigurasi departemen, stasiun kerja, dan semua
peralatan yang terlibat dalam proses konversi bahan baku menjadi barang jadi. Menurut James M. Apple 1990, perancangan tata letak pabrik merupakan
perencanaan dan integrasi aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan efisien antar operator, peralatan,
dan proses transformasi material dari bagian penerimaan sampai ke bagian pengiriman produk jadi.
4
James M. Apple: “Tata Letak Pabrik dan Pemindahah Bahan, Edisi ke-3”, ITB, Bandung, 1997, hal 5-8
Universitas Sumatera Utara
Industri manufaktur selalu berada dalam persaingan yang ketat. Menghadapi kondisi ini, dimana variasi produk tinggi, daur hidup produk yang
pendek, permintaan yang berubah-ubah, dan tuntutan dalam pengiriman yang tepat waktu, menyebabkan perusahaan memerlukan strategi untuk meningkatkan
efisiensi dalam menggunakan fasilitas. Suatu sistem manufaktur harus dapat menghasilkan produk-produk dengan ongkos yang rendah dan kualitas tinggi,
serta dapat mengirim tepat waktu kepada pelanggan. Suatu sistem juga harus dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik dari
perancangan proses maupun permintaan produk. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan merancang ulang tata letak pabrik. Menurut Nicol dan Hollier 1983, perancangan tata letak tidak hanya diperlukan saat membangun
perusahaan baru, tetapi juga saat mengembangkan perusahaan, melakukan konsolidasi atau mengubah struktur perusahaan. Perusahaan yang telah mapan
membutuhkan perubahan tata letak fasilitasnya setiap dua atau tiga tahun sekali. Tujuan umum dari keseluruhan rancangan adalah memberikan masukan
melalui setiap fasilitas dalam waktu yang paling singkat yang memungkinkan dengan penggunaan biaya yang optimal. Dalam batasan industri, penyimpanan
dan penempatan produk yang semakin singkat di suatu pabrik, maka akan semakin kecil biaya dan resiko yang akan ditanggung. Perencanaan tata letak
merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat
tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran dari perancangan tata letak membantu mencapai tujuan-tujuan dari perancangan tata letak. Adapun sasaran yang dicapai dari perancangan tata letak
adalah: 1.
Memperlancar Proses Pengolahan Proses pengolahan dapat diperlancar dengan cara sebagai berikut:
a. Susunan mesin peralatan, tenaga kerja, bahan di daerah kerja diatur
sehingga bahan-bahan dapat bergerak dari suatu daerah kerja ke daerah kerja yang lain dengan lancar.
b. Mengeliminasi seluruh delay.
c. Merencanakan aliran bahan.
d. Merencanakan aliran bahan sehingga setiap pekerjaan atau bahan yang
melewati daerah kerja dapat dengan mudah diidentifikasi dan dihitung serta tidak berbaur dengan pekerjaan pada daerah kerja lain.
Merencanakan kegiatan pemeliharan kondisi kerja yang baik yang menghasilkan mutu kerja yang baik. Penyusunan letak fasilitas yang baik akan
memudahkan pemeliharaan serta perawatan terhadap fasilitas dan peralatan produksi itu sendiri.
2. Meminimumkan Material Handling
Suatu layout yang baik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kegiatan material handling sampai dengan batas yang
minimum. Penggunaan handling yang mekanis dan seluruh gerakan direncanakan langsung menuju daerah pengiriman. Bila memungkinkan, tiap
Universitas Sumatera Utara
part diusahakan diangkut dalam keadaan in process diangkut sambil dikerjakan.
3. Memelihara Fleksibilitas
Walaupun suatu produk atau suatu departemen telah direncanakan untuk memproduksi suatu barang tertentu dengan jumlah tertentu pula, tetapi karena
beberapa hal, produksi ini masih dapat berubah. 4.
Menjaga Agar Turn-Over Persediaan Barang-Barang Setengah Jadi yang Tinggi
Turn over yang diharapkan adalah tinggi, untuk menjaga agar manufacturing cycle time tidak tinggi delay tidak lama. Persediaan bahan
setengah jadi work in process terjadi karena belum selesainya proses produksi dari produksi yang bersangkutan. Rendahnya turn over dari persediaan bahan
setengah jadi, menyebabkan tingginya persediaan bahan setengah jadi. Hal ini biasanya disebabkan oleh layout yang digunakan tidak sesuai dengan
kebutuhan proses. Efisiensi yang terbesar dalam operasi akan dicapai apabila material yang
digunakan di dalam pabrik digerakkan melalui proses yang dibutuhkan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
5. Mengurangi Investasi Peralatan
Investasi terhadap peralatan yang digunakan dapat dikurangi melalui pengaturan yang tepat antara mesin-mesin peralatan yang digunakan dengan
bagian-bagian yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara
6. Mengusahakan Pemakaian Luas Lantai Yang Ekonomis
Suatu perencanaan layout yang baik, telah mencakup perencanaan kebutuhan luas lantai dari masing-masing daerah kerja atau masing-masing
departemen. Perencanaan kebutuhan lantai yag tepat dan sesuai akan menghemat investasi, baik untuk gedung, bangunan kantor, bangunan pabrik
maupun gudang. 7.
Mendorong Penggunaan Tenaga Kerja Secara Efektif Beberapa usaha yang dapat ditempuh untuk mendorong penggunaan
tenaga kerja secara efektif adalah : a.
Mengurangi handling bahan-bahan yang dilakukan secara manual seminimal mungkin.
b. Minimalkan kegiatan berjalan-jalan di dalam pabrik.
c. Menyeimbangkan siklus mesin sehingga mesin, pekerja dan bahan relatif
tidak ada yang menganggur. d.
Berusaha agar pengawasan seefektif mungkin. 8.
Menciptakan Suasana Kerja yang Menyenangkan dan Menjamin Keselamatan Untuk mencapai suasana kerja yang menenangkan dan menjamin
keselamatan, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a.
Penerangan di tempat kerja b.
Suhu ruangan c.
Ventilasi d.
Kotoran e.
Abu
Universitas Sumatera Utara
f. Keselamatan kerja, dan lain-lain.
3.2. Permasalahan Tata Letak Pabrik