Perencanaan Tata Letak Gudang Produk Jadi di PT. Gold Coin Indonesia dengan Metode Storage and Retreival

(1)

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PRODUK JADI DI

PT GOLD COIN INDONESIA DENGAN METODE

STORAGE AND RETREIVAL

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

MARNASIP LAMTIUR SIHITE 050403119

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Gudang merupakan tempat penyimpanan material, bahan baku, produk jadi, peralatan, dan lain-lain. Hal terpenting dalam gudang adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan pada waktu yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Tujuan perancangan gudang adalah untuk meminimalkan biaya pengadaan dan pengoperasian sebuah gudang.

PT Gold Coin Indonesia adalah industri yang bergerak dalam pembuatan pakan ternak. Pada sistem pergudangan pada PT Gold Coin Indonesia, setiap produk tidak memiliki tempat tertentu di dalam gudang, jika ada produk yang masuk akan ditempatkan pada sembarang tempat padahal produk pakan ternak ini memiliki batas masa pemakaian (expired period), sehingga sistem penyimpanan harus berbasis FIFO dimana pada saat pendistribusian barang harus dipilih terlebih dahulu produk yang memiliki expired date tersingkat. Hal ini menyebabkan waktu pencarian barang lebih lama dan jarak tempuh yang lebih panjang bagi operator dan material handling yang digunakan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan perencanaan tata letak gudang produk jadi dengan metode Storage and Retreival. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan rancangan tata letak lokasi penyimpanan masing-masing produk jadi yang lebih efektif untuk meminimalkan jarak transportasi (distance travelled) pada gudang.

Dari pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan diperoleh penyususunan produk jadi yang tetap, dimana slot yang tersedia 196 slot. Slot yang di terpakai untuk produk jadi 147 slot dan 49 slot untuk cadangan jika terjadi peningkatan penyimpanan dalam gudang. Jarak perjalanan total yang dihasilkan adalah 7194,79 m/hari sedangkan jarak perjalanan total pada kondisi gudang sekarang adalah 27542 m/hari yang nilainya selalu berubah setiap harinya. Luas gudang pada saat ini adalah 1476,59 m2. Setelah dilakukan perencanaan tata letak gudang, maka pemakaian gudang adalah 1146,73 m2, sehingga menghemat pemakaian gudang sebesar 22,34%.Diharapkan dengan penerapan hasil penelitian ini permasalahan ketidakteraturan dalam penenpatan produk jadi di gudang produk jadi sehingga membutuhkan waktu yang yang lebih lama dan jarak angkut total produk (distance travelled) menjadi lebih panjang dapat diatasi.

Keywords: Perencanaan Tata Letak Gudang, Storage and Retreival, Dedicated Storage.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis melakukan penelitian di PT. Gold Coin Indonesia, dengan judul penelitian ”Perencanaan Tata Letak Gudang Produk

Jadi di PT. Gold Coin Indonesia dengan Metode Storage and Retreival”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis (B. Sihite dan R. Manalu) dan saudara-saudara penulis (Dores Sihite, Panbosko Sihite, Radot Sihite, Ruminta Sihite dan Nia Yanti Nurlela, Rolaba Sihite dan Marsinta Sihite) yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat.

2. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia, M. Eng, selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Mangara Tambunan, Msc, selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.


(8)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng, selaku Ketua Bidang Rekayasa Sistem Manufaktur atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Aulia Ishak, ST. MT. dan Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM. selaku Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU.

7. Bapak Usman Sapta sebagai Manajer Personalia di PT. Gold Coin Indonesia yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan membantu penulis dalam pengumpulan data.

8. Bapak Boima Maniuruk , ST sebagai Manajer Pabrik dan Bapak Sabar Situmorang, ST sebagai Kepala Devisi bagian Gudang selaku pembimbing lapangan yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengumpulan data.

9. Staff pegawai Teknik Industri Bang Bowo, Bang Mino, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

10. Rekan peneliti dalam penelitian di PT. Gold Coin Indonesia, Lila A Damanik dan Deasy Simarmata, sebagai teman diskusi dan berbagi informasi.

11. Teman-teman KTB (B’ Jakson dan Sinar Simarmata) yang selalu setia mendoakan penulis dan memberikan semangat yang luar biasa dari awal hingga selesainya pengerjaan Tugas Sarjana ini.

12. Sahabat-sahabat terkasih (Bemviana Sianturi, Deasy N. Simarmata, Juniyanti Napitupulu, Lila A. Damanik, dan Kristina Rajagukguk) yang selalu memberikan dukungan dan doa serta tidak henti-hentinya memberikan nasehat positif kepada penulis untuk tetap semangat.


(9)

- DAFTAR ISI -

BAB Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I- 1 1.2. Rumusan Masalah ... I- 3 1.3. Tujuan Penelitian ... I- 3 1.4. Manfaat Penelitian ... I- 3 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I- 4 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I- 5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(10)

- DAFTAR ISI (lanjutan) -

BAB Halaman

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-17 2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-20 2.4.1. Sistem Pengupahan ... II-20 2.4.2. Fasilitas- fasilitas dari Perusahaan ... II-21 2.5. Proses Produksi ... II-21 2.5.1. Standar Mutu Bahan/ Produk ... II-23 2.5.2. Bahan yang Digunakan ... II-23 2.5.2.1. Bahan Baku ... II-26 2.5.2.2. Bahan Tambahan... II-28 2.5.2.3. Bahan Penolong ... II-28 2.5.3. Uraian Proses Produksi ... II-29 2.5.4. Mesin dan Peralatan ... II-34

III LANDASAN TEORI

3.1. Fungsi Gudang ... III-1 3.2. Macam- Macam Gudang ... III-2 3.3. Aktivitas- Aktivitas di Dalam Gudang ... III-4 3.4. Defenisi Perencanaan Tata Letak Fasilitas ... III-7


(11)

- DAFTAR ISI (lanjutan) -

BAB Halaman

3.5. Perencanaan Tata Letak Pergudangan ... III-8 3.6. Penempatan Produk pada Lokasi Storage/Retrieval ... III-13

3.7. Pemindahan Bahan ... III-16

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV- 1 4.2. Objek Penelitian ... IV- 3 4.3. Metode Pengumpulan Data ... IV- 3 4.4. Metode Pengolahan Data ... IV- 4 4.8. Metode Analisis Data ... IV- 6 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV- 7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V- 1 5.1.1. Data Jenis Produk ... V- 1 5.1.2. Data Penyimpanan, Penerimaan dan Pengiriman Tiap

Produk ... V- 2 5.1.3. Tata Letak Gudang Produk Jadi pada Pabrik ... V- 3 5.2. Pengolahan Data... V- 3 5.2.1. Perancangan Slot Produk Jadi ... V- 3 5.2.2. Perhitungan Space Requirement ... V- 6


(12)

- DAFTAR ISI (lanjutan) -

BAB Halaman

5.2.4. Penempatan Produk (Assigment) ... V- 8

5.2.5. Perancangan Tata Letak Usulan Untuk Gudang

Produk Jadi... V-19 5.3. Standard Operation Procedure (SOP) Sekarang dan

Usulan... V-23 5.3.1. SOP Sekarang... V-23 5.3.2. SOP Usulan ... V-23 5.4. Tata Letak Gudang Sekarang ... V-24 5.5. Perhitungan Jarak dengan Mengisi Lantai yang Kosong ... V-25

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Hasil Penempatan Produk ... VI- 1 6.2. Jarak Perjalanan Total ... VI- 7 6.3. Tata Letak Gudang Produk Jadi ... VI- 7 6.4. Evaluasi Penggunaan Metode Storage and Retreival ... VI- 8 6.5. Evaluasi Jarak Perjalanan Total ... VI- 9

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII- 1 7.2. Saran ... VII- 2

DAFTAR PUSTAKA


(13)

- DAFTAR GAMBAR -

GAMBAR Halaman 2.1. Struktur Organisasi PT. Gold Coin Indonesia... II- 5 2.2. Blok Diagram Pembuatan Kertas Rokok ... II-2 3.1. Chute Conveyor... III-17 3.2. Jib Crane ... III-18 3.3. Lift Truck ... III-18 3.4. Pallet ... III-19 4.1. Skema Metodologi penelitian ... IV- 1 4.2. Blok Diagram Langkah- Langkah Pengolahan Data… ... IV- 5 5.1. Dimensi Slot Tampak Atas ... V- 5 5.2. Dimensi Slot Tampak Depan ... V- 6 5.3. Gambar Usulan Tata Letak Slot Gudang Produk Jadi Pada

PT. Gold Coin Indonesia ... V- 12 5.4. Dimensi Pallet pada Gudang Tampak Depan ... V- 20 5.5. Dimensi Pallet pada Gudang Tampak Samping ... V- 20 5.6. Dimensi Pallet pada Gudang Tampak Atas ... V- 21 5.7. Gambar Usulan Tata Letak Gudang Produk Jadi Pada


(14)

- DAFTAR TABEL -

TABEL Halaman 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Gold Coin Indonesia ... II- 19 2.2. Standar Kandungan Gizi Bahan Baku ... II- 24 2.3. Standar Kandungan Gizi Produk ... II- 25 2.4. Mesin- Mesin pada PT. Gold Coin Indonesia ... II-34 2.5. Peralatan- Peralatan pada PT. Gold Coin Indonesia ... II- 35 5.1. Data Jenis Produk ... V- 1 5.2. Kebutuhan Ruang (Space Requirement) Tiap Produk ... V- 7 5.3. Throughput Tiap Produk ... V- 9 5.4. Perbbandingan Throughput dan Storage untuk Tiap Produk ... V- 10 5.5. Jarak Perjalanan Antara Tiap Slot dengan Titik I/O ... V- 12 5.6. Penempatan Produk Pada Slot ... V- 14 5.7. Kebutuhan Slot dan Aktivitas setiap Produk ... V- 25 6.1. Penempatan Produk pada Tiap Slot ... VI-1


(15)

- DAFTAR LAMPIRAN -

LAMPIRAN Halaman 1 Gambar Tata Letak Gudang Produk Jadi PT. Gold Coin Indonesia ... L- 1

2 Gambar Tata Letak Gudang Produk Jadi dengan Mengisi Lantai

Yang Kosong ... L- 2

3 Data Penyimpanan Produk Jadi Pada PT. Gold Coin Indonesia ... L- 3

4 Data Penerimaan Produk Jadi Pada PT. Gold Coin Indonesia ... L- 4


(16)

ABSTRAK

Gudang merupakan tempat penyimpanan material, bahan baku, produk jadi, peralatan, dan lain-lain. Hal terpenting dalam gudang adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan pada waktu yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Tujuan perancangan gudang adalah untuk meminimalkan biaya pengadaan dan pengoperasian sebuah gudang.

PT Gold Coin Indonesia adalah industri yang bergerak dalam pembuatan pakan ternak. Pada sistem pergudangan pada PT Gold Coin Indonesia, setiap produk tidak memiliki tempat tertentu di dalam gudang, jika ada produk yang masuk akan ditempatkan pada sembarang tempat padahal produk pakan ternak ini memiliki batas masa pemakaian (expired period), sehingga sistem penyimpanan harus berbasis FIFO dimana pada saat pendistribusian barang harus dipilih terlebih dahulu produk yang memiliki expired date tersingkat. Hal ini menyebabkan waktu pencarian barang lebih lama dan jarak tempuh yang lebih panjang bagi operator dan material handling yang digunakan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan perencanaan tata letak gudang produk jadi dengan metode Storage and Retreival. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan rancangan tata letak lokasi penyimpanan masing-masing produk jadi yang lebih efektif untuk meminimalkan jarak transportasi (distance travelled) pada gudang.

Dari pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan diperoleh penyususunan produk jadi yang tetap, dimana slot yang tersedia 196 slot. Slot yang di terpakai untuk produk jadi 147 slot dan 49 slot untuk cadangan jika terjadi peningkatan penyimpanan dalam gudang. Jarak perjalanan total yang dihasilkan adalah 7194,79 m/hari sedangkan jarak perjalanan total pada kondisi gudang sekarang adalah 27542 m/hari yang nilainya selalu berubah setiap harinya. Luas gudang pada saat ini adalah 1476,59 m2. Setelah dilakukan perencanaan tata letak gudang, maka pemakaian gudang adalah 1146,73 m2, sehingga menghemat pemakaian gudang sebesar 22,34%.Diharapkan dengan penerapan hasil penelitian ini permasalahan ketidakteraturan dalam penenpatan produk jadi di gudang produk jadi sehingga membutuhkan waktu yang yang lebih lama dan jarak angkut total produk (distance travelled) menjadi lebih panjang dapat diatasi.

Keywords: Perencanaan Tata Letak Gudang, Storage and Retreival, Dedicated Storage.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Pada zaman era globalisasi saat ini telah memberi dampak yang sangat besar bagi sektor perindustrian. Persaingan pada sektor industripun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan para pengusaha berusaha untuk mencari cara yang lebih efektif supaya setiap sumber daya dapat dimanfaatkan sehingga dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing di pasar adalah dengan memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, baik itu dalam waktu, mutu dan biaya yang sesuai dengan kemampuan mereka. Salah satu faktor yang terpenting dalam memenuhi keinginan pelanggan adalah kelancaran dalam pendistribusian barang dari gudang ke konsumen.

Gudang merupakan tempat penyimpanan material, bahan baku, produk jadi, peralatan, dan lain-lain. Hal terpenting dalam gudang adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan pada waktu yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Tujuan perancangan gudang adalah untuk meminimalkan biaya pengadaan dan pengoperasian sebuah gudang.

PT Gold Coin Indonesia adalah industri yang bergerak dalam pembuatan pakan ternak. Kualitas produk yang dapat dijamin serta didukung dengan sarana peralatan laboratorium dan sumber daya manusia yang berpengalaman, membuat industry ini dipercaya oleh konsumen. Hal ini menyebabkan permintaan akan


(18)

produk pakan ternak semakin meningkat sehingga aktivitas dalam gudang produk jadi juga semakin tinggi. Tingginya aktivitas dalam gudang produk jadi membutuhkan pengaturan tata letak yang lebih efektif agar efesiensi jarak angkut dalam sistem penyimpanan dapat tercapai.

Pengaturan tata letak fasilitas gudang yang baik akan mempengaruhi kelancaran operasi pergudangan dan aktivitas–aktivitas penting lainnya dalam perusahaan, seperti fungsi marketing, purchasing, quality control, dan production

planning, juga dengan lantai produksi, pihak supplier dan customer.

Pada sistem pergudangan pada PT Gold Coin Indonesia, setiap produk tidak memiliki tempat tertentu di dalam gudang, jika ada produk yang masuk akan ditempatkan pada sembarang tempat padahal produk pakan ternak ini memiliki batas masa pemakaian (expired period), sehingga sistem penyimpanan harus berbasis FIFO dimana pada saat pendistribusian barang harus dipilih terlebih dahulu produk yang memiliki expired date tersingkat. Tentu saja hal ini akan menyulitkan operator dalam memilih produk yang akan dibawa karena diperlukan jarak tempuh yang semakin jauh bagi operator dan material handling yang digunakan.

Untuk itu perlu dilakukan penataan lokasi penyimpanan produk jadi pada gudang produk jadi dengan cara meminimalkan jarak perpindahan pada saat proses penyimpanan dan penarikan dengan metode storage and retrieval . Metode ini memperhatikan besarnya aktivitas penarikan dan penyimpanan yang terjadi dalam gudang dan setiap produk jadi memiliki areal penyimpanan tersendiri


(19)

sehingga penggunaan daerah penyimpanan pada gudang produk jadi akan menjadi optimal dan penyusunan produk menjadi lebih teratur.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan permasalahan pada PT Gold Coin Indonesia adalah terjadinya ketidakteraturan dan tidak teralokasinya dalam penempatan produk jadi di gudang sehingga membuat jarak angkut total produk (distance travelled) semakin panjang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk merancang tata letak gudang usulan untuk gudang produk jadi di PT. Gold Coin Indonesia, yang dapat mempermudah proses penyimpanan dan penarikan barang dari gudang produk jadi. Dengan demikian dapat meminimalkan jarak transportasi (distance travelled) pada gudang.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan slot untuk tiap produk dan menentukan kebutuhan luas area untuk gudang produk jadi.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang bernilai baik bagi perusahaan maupun bagi peneliti sendiri. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Pihak perusahaan

Dapat memberikan masukan kepada perusahaan tentang bagaimana penyusunan tata letak pergudangan yang lebih efisien.


(20)

2. Pihak peneliti

a. Mendapat pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik industri. b. Menambah pengalaman dalam memahami dunia kerja.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis tata letak hanya untuk menata letak penyimpanan pada gudang produk jadi.

2. Penelitian ini memperhatikan pergerakan material handling di gudang.

3. Evaluasi jarak transportasi (distance travelled) dengan metode storage and

retreival.

4. Penelitian ini tidak membahas biaya akibat perubahan tata letak seperti yang direncanakan.

5. Jumlah forklift yang diperlukan tersedia.

6. Produk yang diteliti pada penelitian ini adalah produk jadi yang sering diproduksi sedangkan produk yang jarang diproduksi dianggap diabaikan.

Sedangkan asumsi–asumsi dalam penelitian ini adalah : 1. Tidak terjadi penambahan jenis produk baru.

2. Tidak terjadi perubahan ukuran dan jenis material handling yang digunakan.. 3. Proses produksi berlangsung secara normal dan tidak ada gangguan.

4. Jumlah produk yang masuk ke dalam gudang produk jadi dihitung berdasarkan data masa lalu.

5. Barang disimpan dalam bentuk pallet penuh.


(21)

7. Batas penyimpanan produk adalah 5 hari.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


(22)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Zuellig Group adalah perintis pabrik produksi pakan ternak di Asia Tenggara sejak tahun 1953, dengan perusahaan induk berada di Swiss dengan nama Gold Coin Group. Pada Indonesia sendiri diberi nama PT. Gold Coin Indonesia, dan PT. Gold Coin Indonesia- Medan Mill merupakan perusahaan cabang yang bertempat di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan Gold Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak yaitu unggas, ikan, udang, sapi, kambing, babi dan hewan peliharaan lainnya di wilayah Asia Pasifik. Pabrik dan kantor pemasaran Perusahaan Gold Coin Group telah tersebar di Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, China, Philipina, Srilangka, India dan Laos. Dengan melihat adanya kesempatan atau peluang pasar yang semakin luas maka didirikanlah PT. Gold Coin Indonesia.

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, PT. Gold Coin Group menerapkan teknologi terbaru dengan tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dalam memproduksi pakan ternak yang berkualitas tinggi dan bisa diterima masyarakat. Selain itu PT. Gold Coin Group senantiasa didukung oleh tenaga-tenaga teknis yang mempunyai pengalaman tinggi di lapangan. Tenaga teknis tersebut membantu peternak secara profesional dalam teori dan praktek.

Selain didukung oleh tenaga ahli, Gold Coin Group juga didukung dengan sarana peralatan laboratorium dan sumber daya manusia yang berpengalaman


(24)

dalam menjamin terjaganya kualitas bahan baku untuk dapat menghasilkan pakan ternak atau hasil yang baik.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Gold Coin Group merupakan usaha yang bergerak dalam bidang produksi pakan ternak di wilayah Asia Pasifik. PT. Gold Coin Indonesia tiap tahunnya menghasilkan 300.000 ton pakan ternak sebagai produk utama dan pakan khusus. Adapun pakan ternak yang dihasilkan adalah:

1. Produk pakan utama : pakan unggas, babi, sapi, dan kambing.

2. Produk pakan khusus : pakan ikan, udang, katak dan hewan peliharaan lainnya.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi dapat didefenisikan sebagai kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Sedangkan dipandang dari segi badan atau struktur, organisasi dapat diartikan sebagai gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai tujuan.

Suatu struktur akan menjelaskan rancangan organisasi yang utama. Secara garis besar, terdapat empat macam bentuk organisasi, yaitu:


(25)

1. Organisasi Garis/Lini

Organisasi garis merupakan struktur organisasi yang mempunyai satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah. Demikian pula persoalan-persoalan yang terdapat pada bagian bawah tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapat penyelesaian. Jadi organisasi lini atau garis memiliki hubungan antar bagian berupa garis lurus. 2. Organisasi Garis dan Staf

Organisasi garis dan staf merupakan struktur organisasi yang dibuat guna menghindari kesulitan mencari pimpinan yang serba tahu dan serba cakap, maka dibuatlah staff tertentu, untuk membantu pimpinan. Pejabat staff mempunyai kewajiban penasehat dan tidak mempunyai wewenang memberi pemerintah untuk melaksanakan usul-usulnya.

3. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional ini menghendaki adanya spesialisasi, dan tidak mengikuti kesederhanaan dan keseragaman komando seperti organisasi lini/garis. Dalam hal ini para pegawai menerima perintah dari berberapa atasan, yang masing-masing memiliki spesialisasinya sendiri.

4. Organisasi Matriks

Organisasi matriks membebankan tanggung jawab arus lintas fungsional kepada manajer tertentu. Organisasi matriks tetap mempertahankan hierarki dalam organisasi, namun menambahkan struktur horizontal untuk mencapai beberapa koordinasi dan intergrasi. Struktur horizontal ini dapat dibentuk menurut produk atau proyek.


(26)

Yang menjadi stuktur organisasi PT. Gold Coin Indonesia adalah berbentuk lini-fungsional. Dikatakan lini karena tiap kepala bagian divisi memerintah secara langsung bawahannya, dan bawahan hanya bertanggung jawab kepada kepala bagian bidangnya. Dikatakan juga fungsional karena suatu bagian dapat berhubungan dengan anggota maupun kepala bagian secara langsung. Hal ini dapat dilihat melalui hubungan bagian keuangan dengan seluruh komponen pekerja dalam hal pemberian upah walaupun masing-masing departemen terdiri atas seksi-seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing unit dalam organisasi tersebut.

Adapun struktur organisasi PT. Gold Coin Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.1.

2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari setiap pekerjaan pada PT. Gold Coin Indonesia yaitu:

1. Branch Manager

Adalah pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan serta memiliki wewenang dalam memutuskan kebijaksanaan.

Tugas dan tanggung jawab dari branch manager adalah:

a. Mengontrol keseimbangan kinerja setiap kantor PT. Gold Coin Indonesia. b. Bertanggung jawab atas kemajuan perusahaan.


(27)

2. Deputi General Manager

a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan operasional perusahaan. b. Mengawasi jalannya produksi.

c. Mengawasi pemasaran produk. 3. Sekretaris

a. Menerima surat-surat (fax) yang masuk dan membuat laporannya.

b. Menerima telepon untuk branch manager dan menyusun janji secara selektif.

c. Menerima data aktifitas mengenai bahan baku.

d. Menyediakan kilasan laporan kegiatan awal, pertengahan dan akhir bulan. 4. Sales Manager

a. Merencanakan program promosi yang akan dilakukan. b. Memeriksa pembayaran atas produk dari tim penjualan.

c. Memasukkan data faktur penerimaan terakhir pada program komputer setelah memeriksa jumlah penerimaan terakhir.

d. Memasukkan data faktur dari penjualan yang lain.

e. Bertanggung jawab atas kelancaran penjualan dan pencapaian target. f. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan untuk melaporkan

tentang hasil penjualan kepada atasan, baik secara lisan maupun tulisan. 5. Executive Staf

a. Melakukan penjualan dan prediksi penjualan. b. Membagi daerah pemasaran.


(28)

6. Techinical Service

a. Mengumpulkan data yang relevan dan data pesaing dengan baik. b. Membantu bagian penjualan untuk mendapatkan pelanggan yang baru. c. Membantu pertumbuhan produksi dan melakukan perbaikan.

d. Menanggapi dan menyelidiki keluhan dari pelanggan. 7. Purchasing Executive

a. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.

b. Mempersiapkan permintaan kebutuhan bahan dan menetapkan harga. c. Memperbaharui perjanjian kontrak.

8. Account Payable Administrasion

a. Bertanggung jawab terhadap pembukuan utang perusahaan. 9. Mill Controller

a. Memeriksa dan mengawasi tindakan yang dilakukan branch manager. b. Memberikan saran untuk kemajuan perusahaan.

10. GL & Tax

a. Menerima laporan dari supervisor stock setiap hari yang dibuat dalam daftar nomor, harga dan nomor kontrak per komoditas dan per supplier. b. Menerima laporan harga dari bagian pembelian dan membuat daftar

nomor dan nomor kontrak dalam laporan penerimaan.

c. Pembayaran voucher pada kasir dan membuat nomor kontrol, nomor daftar, nomor kontrak bahan baku, bahan kemasan dan lain-lain.

11. Sales Administration


(29)

b. Membuat laporan aktivitas dari pelanggan.

c. Memasukkan data faktur penerimaan terakhir pada komputer setelah memeriksa jumlah penerimaan terakhir.

d. Memasukkan data faktur dari penjualan yang lain. 12.DO Clerk

a. Menerima pesanan dari pelanggan dan meneruskan ke bagian produksi. b. Melakukan koordinasi dengan bagian produksi khususnya bagian delivery

untuk mengetahui posisi stock produk jadi.

c. Mencatat jumlah barang yang keluar meliputi jenis, harga dan pelanggan yang membeli.

13. Credit Control

Tugas Credit Control adalah bertanggung jawab terhadap penjualan yang dilakukan secara kredit.

14. Personal & General Affair

a. Mengontrol absensi pegawai yang dikoordinasi dengan satpam.

b. Menyelesaikan semua surat-surat dan dokumen perusahaan kepada pemerintah.

c. Mendaftarkan pegawai pada PT. JAMSOSTEK dan asuransi lainnya. d. Membuat daftar gaji pegawai dan mendistribusikannya.

e. Membuat daftar kerja lembur dan memasukkannya pada daftar gaji. f. Membuat perencanaan untuk pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan. g. Melakukan analisa dan evaluasi pekerjaan.


(30)

h. Bersama dengan pihak manajemen melakukan penilaian terhadap kinerja para pegawai.

15. Security

a. Memeriksa kehadiran karyawan, mencatat jumlah ketidakhadiran, alasan ketidakhadiran dan identitas karyawan kemudian melaporkannya ke bagian personalia.

b. Memeriksa dan mengawasi tamu-tamu yang masuk. c. Mencatat data-data tamu yang keluar masuk.

d. Mengontrol situasi pabrik siang dan malam. 16.Operator Telepon/ Resepsionis

a. Menerima telepon dan memberikan kepada pegawai yang bersangkutan. b. Memberikan pelayanan dan informasi kepada tamu.

c. Memeriksa tagihan telepon 17.Messenger

a. Mengatur pesanan berupa dokumen-dokumen perusahaan ke instansi yang dituju baik swasta maupun pemerintah.

b. Melakukan pembayaran sesuai dengan kuitansi yang telah mendapat persetujuan dari atasan kepada perseorangan, perusahaan, pemerintah maupun lembaga-lembaga keuangan yang ditunjuk berdasarkan kuitansi. 18.Driver

Tugas Driver adalah mengantar atasan ke tempat-tempat yang telah ditentukan untuk kepentingan perusahaan.


(31)

19. Temporary Cleaning Service & Gardener

Tugas Temporary Cleaning Service & Gardener adalah menjaga kebersihan kantor dan taman.

20. Factory Manager

a. Bertanggung jawab atas jumlah, jenis dan mutu produksi. b. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan pabrik. c. Berkoordinasi dengan setiap supervisor proses produksi.

d. Memberikan jumlah dan jenis pakan yang diproduksi kepada Branch

Manager dan bagian penjualan.

e. Mengawasi kebersihan areal pabrik. 21. Stock Supervisor

a. Bertanggung jawab terhadap pengambilan sampel bahan baku dari truk. b. Menyusun dan membuat laporan penerimaan dan pemakaian bahan baku. c. Menyusun dan membuat laporan pengeluaran dan hasil produksi.

d. Mengadakan pemeriksaan bahan baku dan hasil produksi di laboratorium. e. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.

22. Receiving

a. Melakukan pengambilan sampel.

b. Menghitung jumlah batch pada saat pembongkaran bahan baku dan penempatannya di gudang, memeriksa kondisi fisik (bocor).

c. Melakukan update stock di lapangan, yaitu keluarnya barang dari gudang yang digunakan untuk proses produksi.


(32)

23. Delivery

a. Melakukan pengeluaran barang sesuai dengan delivery order. b. Memastikan barang yang dikeluarkan sesuai dengan delivery order. 24. Weight Bridge Operator

a. Menimbang bahan baku yang beli sebelum masuk ke gudang.

b. Menimbang pakan yang akan dijual dan menimbang barang-barang yang keluar dari pabrik.

25. Operator Forklift

a. Bertanggung jawab akan pengoperasian forklift yang digunakan.

b. Merawat forklift seperti memeriksa sebelumdan sesudah pemakaian dan kebersihan.

c. Memberikan laporan kepada atasan mengenai kondisi forklift. 26. Sweeper

Tugas Sweeper adalah menjaga kebersihan dari lantai produksi. 27. Production Supervisor

a. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya.

b. Merencanakan pembagian bahan baku dan bahan aditif. c. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.

e. Mengadakan pemeriksaan, penelitian, analisa serta evaluasi pekerjaan bawahannya.


(33)

28. Control Room

a. Melaksanakan produksi sesuai formula yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana produksi yang dibuat oleh supervisor produksi yang telah diketahui oleh factory manager.

b. Menentukan intake dumping, jenis bahan baku yang harus didumping dan menginformasikan rencana intake dumping bahan baku kepada dumping

operator.

c. Melaksanakan pengisian corn yellow dari intake ke silo, dari silo basah ke dryer serta pengisian bin dari dryer.

d. Memberikan instruksi ke operator feed additive sesuai dengan rencana produksi.

e. Koordinasi ke bagian maintenance mengenai penggantian saringan glinding sesuai dengan hot size yang ditetapkan, pembersihan magnet, bila terjadi over flow/over load pada screw conveyor bin bahan baku dan slide-slide yang mengalami kemacetan.

f. Koordinasi dengan pellet operator tentang ration yang diproduksi dan jumlah batch.

29. Dumping Operator

a. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu

b. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan bahan baku yang digunakan pada proses produksi melalui koordinasi dengan bagian control room.

c. Mencatat jumlah bahan baku yang telah di dumping. d. Bertanggung jawab terhadap kebersihan areal kerja.


(34)

e. Bertanggung jawab terhadap penggulungan 2nd hand gony bag. f. Bertanggung jawab kepada Factory Manager.

30. Sacking Off Supervisor

a. Bertanggung jawab terhadap sacking off section yang meliputi:

- Produk jadi yang diproduksi harus sesuai dengan plastik bag-nya dan

feed ticket-nya.

- Percepatan produksi sesuai dengan kapasitas mesin. - Pengambilan sampel produk jadi.

b. Berkoordinasi dengan bagian control room yang meliputi:

- Perbandingan komposisi yang diproduksi dan ukuran partikel. c. Berkoordinasi dengan bagian maintenance yang meliputi:

- Gangguan pada sistem sacking off misalnya bag lamp dan limit

switch.

- Gangguan pada escalator, conveyor dan sewing machine. 31. Pellet Mill Operator

a. Bertanggung jawab terhadap proses produksi untuk pellet dan crumble dengan koordinasi dengan bagian controll room mengenai ration yang akan diproduksi dan jumlah batch.

b. Melaksanakan kegiatan greasing setiap pagi dan sore hari atau setiap awal shift.

c. Selalu memeriksa bentuk fisik atau ukuran partikel sesuai dengan jenis


(35)

d. Setiap akhir produksi suatu ration harus menyelesaikan/menghabiskan fine

return dengan berkoordinasi ke bagian control room.

e. Memelihara kebersihan areal kerja.

f. Koordinasi dengan bagian maintenance mengenai gangguan pada sistem mekanik atau elektrik dan masalah steam/boiler.

32. Maintenance Supervisor

a. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya. b. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu. c. Bertanggung jawab kepada Manager Produksi.

d. Mengadakan pemeriksaan, penelitian, analisa serta evaluasi pekerjaan bawahannya.

33. Mechanical

a. Bertanggung jawab akan perawatan mesin-mesin produksi secara

mechanical.

b. Menjalankan jadwal pemeriksaan mesin, pelumasan, dan lain-lain sesuai petunjuk.

c. Menganalisa dan mempelajari kondisi mesin secara teratur.

d. Memberitahukan cara pengoperasian mesin-mesin secara mechanical yang baik kepada operator.

e. Merencanakan jadwal pemeriksaan berkala.

f. Menjaga kebersihan dari mesin-mesin dan alat-alat kerja yang digunakan. g. Merencanakan jadwal perbaikan mesin-mesin dan penggunaan spare part. h. Memeriksa kebocoran pada aliran udara, oli, dan casing-casing mesin.


(36)

i. Membuat laporan kerja dan laporan bulanan pada atasan. 34. Electrical

a. Bertanggung jawab akan perawatan-perawatan electrical system sesuai dengan garisan-garisan yang telah ditentukan.

b. Merencanakan jadwal pemeriksaan berkala. c. Merencanakan jadwal pemeriksan spare part.

d. Memberikan aturan-aturan pengoperasia alat elektical yang baik kepada operator.

e. Memberikan bimbingan kepada operator dalam mengatasi masalah.

f. Membuat laporan yang diperlukan terutama dalam pemakaian arus listrik PLN.

g. Menjaga alat-alat kerja dan kebersihan electrical system.

h. Memberikan masukan kepada atasan akan keadaan electrical dan saran-saran.

35. Store Keeper

a. Bertanggung jawab akan penerimaan dan penyimpanan spare part. b. Merencanakan persediaan spare part dan penggantian spare part.

c. Memberikan laporan kepada atasan, pemakaian solar, air dan spare part. d. Menyampaikan saran/usul kepada atasan guna mencapai hasil yang lebih

baik.

36. Boiler Operator

a. Bertanggung jawab akan pengoperasian boiler dan saluran pipa uap. b. Merawat boiler.


(37)

c. Menyiapkan/ membuat laporan-laporan yang diperlukan. 37. Chemist

a. Melakukan analisa sampel bahan baku yang telah diambil oleh bagian QAO untuk mengetahui kelayakan bahan baku untuk digunakan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

b. Melakukan analisa produk berdasarkan sampel dari tiap-tiap produk yang diproduksi yang diambil oleh bagian QAO untuk diperiksa jenis-jenis kandungan produk tersebut.

c. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada bagian QAO dan Branch Manager. 38. Quality Assurance Officer

a. Memastikan pemakaian raw material dengan benar, baik kualitas fisik maupun nutrisi sesuai yang tercantum pada formula.

b. Mengawasi sistem FIFO untuk setiap raw material yang dipakai maupun untuk finish product.

c. Mencatat umur stock raw material dan finish product, dan jika ada kelainan kualitas fisik segera dikonfirmasikan ke bagian laboratorium untuk mengambil sampel dan menganalisa ulang.

d. Turut mengawasi operasional pabrik, antara lain: - Dumping raw material dan pemakaian feed additif.

- Memastikan saringan dengan benar.

- Mengawasi bagian sacking, meliputi kualitas fisik ( ukuran partikel, warna, aroma dan rasa), kualiatas jahitan dan jumlah berat.


(38)

- Kualitas sesuai dengan standar masing-masing.

- Bak truk harus kering dan bersih sebelum pakan dimuat. - Jumlah tonase pakan sesuai.

f. Mencatat dan membuat laporan yang ditujukan kepada Branch Manager dan bagian yang terkait.

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.3.3.1. Jumlah Tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja PT. Gold Coin Indonesia berjumlah 106 orang yang dikelompokkan ke dalam tingkat yang sesuai dengan pendidikannya yaitu S1 ke atas, D III, SMU ke bawah.

Tenaga kerja yang tersedia memiliki tingkat pendidikan SMU ke bawah dibagi menjadi MWK (Monthly Worker) dan DWK (Daily Worker). PT. Gold Coin Indonesia juga mengadakan kontrak kerja dan kontrak kerja ini bersifat sementara. Kontrak kerja tersebut disesuaikan dengan permintaan departemen masing-masing dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Jumlah keseluruhan tenaga kerja adalah 106 orang yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2.3.3.2. Jam Kerja

Proses produksi dari PT. Gold Coin Indonesia berlangsung secara kontinu selama 24 jam/hari. Secara umum, setiap tenaga kerja bekerja dalam waktu 40 jam/minggu.


(39)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Gold Coin Indonesia

No Jabatan Jumlah

1 Branch Manager 1 Orang 2 Deputi General Manager 1 Orang

3 Secretary 1 Orang

4 Sales Manager 1 Orang 5 Purchasing Executive 1 Orang 6 Mill Controller 1 Orang 7 Personel Offiser 1 Orang 8 Factory Manager 1 Orang 9 Production Planning Inventory Control 2 Orang 10 Technical Service 3 Orang 11 Chemist/Quality Control 3 Orang 12 Quality Ansurance Officer 1 Orang 13 Executive Staff 4 Orang 14 Account Payable Admin 1 Orang 15 GL & Tax 1 Orang 16 Cost Account 1 Orang

17 Cashier 1 Orang

18 Delivery Order Admin 1 Orang 19 Sales Administration 1 Orang 20 Credit Controller 1 Orang 21 Security Coordinator 1 Orang 22 Members of Security 6 Orang

23 Operator 1 Orang

24 Messenger 1 Orang

25 Driver 2 Orang

26 Temporary Cleaning Service 2 Orang 27 Temporary Gardener 1 Orang 28 Stock Supevisor 1 Orang 29 Production Supervisor 2 Orang


(40)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... (lanjutan)

No Jabatan Jumlah

30 Maintenance Supervisor 1 Orang 31 Production Administration 2 Orang 32 Store Keeper 1 Orang

33 Receiving 3 Orang

34 Delivery 1 Orang

35 Weight Bridge 1 Orang 36 Forklift Operator 4 Orang

37 Sweeper 1 Orang

38 Bird Feed Stock 1 Orang 39 Truck Transfortation 2 Orang 40 Temporary Sweeper 3 Orang 41 Controll Room 3 Orang 42 Feed Additive 3 Orang

43 Dumping 2 Orang

44 Hand Dumping 2 Orang

45 Mixer 2 Orang

46 Sacking Off 2 Orang 47 Pellet Operator 2 Orang 48 Temporary Sweeper 2 Orang 49 Temporary Sacking Off 8 Orang 50 Temporary Dumping 5 Orang

51 Mechanical 1 Orang

52 Electrical 2 Orang 53 Stock Keeper 1 Orang

54 Boiler 2 Orang

55 Generator Maintence 1 Orang 56 Lab. Asisstant 2 Orang 57 Asistant QAO 1 Orang Total 106 Orang Sumber : PT. Gold Coin Indonesia

Pembagian waktu/jam kerja di PT. Gold Coin Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua shift, yaitu:

1. Waktu Kerja Shift I

a. Senin-Jumat : Pukul 08.00-17.00 WIB b. Sabtu : Libur


(41)

2. Waktu Kerja Shift I

a. Senin-Jumat : Pukul 22.00-08.00 WIB b. Sabtu : Libur

2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya

2.4.1. Sistem Pengupahan

Upah yang diberikan oleh PT. Gold Coin Indonesia kepada karyawan yaitu di atas Upah Minimum Regional (UMR) yang disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Pada PT. Gold Coin Indonesia terdapat 80 orang pekerja tetap dan 23 orang pekerja kontrak. Pemberian upah pada setiap pekerja kontrak dilakukan dengan sistem borongan. Jumlah upah yang diterima dihitung berdasarkan beban kerja yang dilakukan dalam hitungan ton bahan baku yang dibeli dan barang jadi yang diproduksi. Sistem borongan ini ditetapkan bukan dalam pekerja inti, dengan kata lain hanya pada bongkar muat.

Sistem pengupahan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pekerja dapat menerima langsung seluruh upah selama satu bulan bekerja secara langsung (dalam sekali pembayaran).

2. Pekerja dapat manerima seluruh upah selama satu bulan kerja dalam dua tahap pembayaran, yaitu pada minggu ke dua dalam setiap bulannya, pekerja dapat menerima setengah dari upah pokok ditambah dengan overtime dan dikurangi dengan pajak penghasilan.

Perusahaan juga menerapkan sistem pemberian lembur bagi para pekerja yang disesuaikan dengan tingkat permintaan dan kebutuhan perusahaan dan


(42)

permintaan produk. Sistem gaji lembur disesuikan dengan keputusan dari DEPNAKER dan UMR. Sistem perhitungan gajinya adalah sebagai berikut:

Gaji lembur =

Dimana: 1 jam pertama lembur dikali dengan 1,5

2 jam selanjutnya sampai pada jam ke-8 dikali dengan 2 Sedangkan jika sudah diatas jam ke-8 dikali dengan 3

Perusahaan juga memberikan bonus setiap tahunnya bagi para pekerja yang sudah bekerja minimal 1 tahun yang disesuaikan dengan kinerja daripada pekerja tersebut. Bonus yang diberikan adalah uang yang besarnya tidak tentu sesuai dengan kebijakan dari perusahaan.

2.4.2. Fasilitas-Fasilitas dari Perusahaan

PT. Gold Coin Indonesia memberikan beberapa fasilitas yang diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan dari karyawan. Fasilitas-fasilitas yang diberikan berupa:

1. Pemberian tunjangan hari raya, bonus tahunan, dan tujangan uang makan. 2. Pendaftaran asuransi seperti Jamsostek dan asuransi lainnya.

3. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaaan 4. Tersedianya sarana transportasi untuk para karyawan.

2.5. Proses Produksi

Adapun yang menjadi sumber-sumber adalah bahan baku, tenaga kerja, mesin, metode, dan juga materi merupakan sumber yang digunakan dalam proses


(43)

produksi dalam upaya untuk membuat atau menambah nilai suatu barang atau jasa. Dilihat dari jumlah produk yang dihasilkan, proses produksi dapat dibedakan menjadi 3 tipe. Adapun ketiga tipe tersebut adalah:

1. Tipe Job Shop

Yang menjadi ukuran pemesanan produk dengan tipe ini adalah ukuran pemesanan kecil. Dimana produknya bertipe diskrit, aliran produksinya dapat berbeda untuk tiap produk, setup tinggi sehingga ongkos produksi tinggi, mesin-mesin bertipe general purpose, beban kerja tiap stasiun kerja berbeda, dan keahlian pekerja dituntut tinggi. Job shop merupakan proses produksi yang bekerja berdasarkan pesanan.

2. Batch Production

Adalah proses produksi yang bekerja berdasarkan keinginan atau kebutuhan konsumen. Pada proses produksi seperti ini, suatu pabrik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk pada laju produksi dalam suatu jumlah tertentu yang memungkinkan untuk mengadakan persediaan, dan kemudian merubah proses produksi untuk menghasilkan macam produk yang lain. Mesin atau peralatan dirancang mengarah pada tipe general purpose

machine tetapi untuk produksi dengan laju yang tinggi.

3. Mass Production

Mass production digunakan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang

besar tetapi relatif sejenis. Mesin dan peralatan yang digunakan dirancang untuk mampu menghasilkan produk dengan produksi tinggi yaitu dengan tipe


(44)

special purpose. Disisi lain, keterampilan berproduksi dari manusia dialihkan

ke mesin sehingga tidak terlalu membutuhakan skill yang tinggi dari operator. Pabrik PT. Gold Coin Indonesia, jenis proses produksinya adalah tipe

batch production, karena proses produksi dilakukan berdasarkan keinginan dan

kebutuhan konsumen dimana volume dan laju produksinya tinggi.

2.5.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Standar mutu dibutuhkan supaya bahan baku yang digunakan maupun produk yang dihasilkan tidak menjauhi dari spesifikasi standar yang telah ditetapkan.

Yang menjadi kualitas daripada bahan baku dan produk pada PT. Gold Coin Indonesia diperiksa di laboratorium setiap hari untuk tetap menjaga mutu dari bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh pabrik. Standar mutu bahan baku dan produk pada PT. Gold Coin Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2. dan Tabel 2.3.

2.5.2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan produksi pakan ternak pada PT. Gold Coin Indonesia meliputi bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang disesuaikan dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Bahan-bahan tersebut mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Zat-zat gizi yang dibutuhkan tersebut adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.


(45)

2.5.2.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dengan komposisi persentase yang tinggi dan merupakan bahan yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. Bahan baku yang digunakan adalah:

1. Jagung

Jagung merupakan sumber energi yang baik karena mengandung zat karbohidrat dengan persentase yang tinggi dan zat protein. Jenis jagung yang digunakan pada PT. Gold Coin Indonesia dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor. Jagung lokal berasal dari Sidikalang, Berastagi, Kabanjahe. Sedangkan jagung impor berasal dari India.

2. Dedak

Dedak yang digunakan dibedakan atas dua jenis yaitu dedak beras dan dedak gandum. Dedak beras dibedakan atas dua jenis yaitu dedak halus dan dedak kasar. Dedak halus merupakan kulit ari beras yang diperoleh dari proses penggilingan beras, bahan ini diperoleh dari agen lokal yang ada di daerah Medan. Sedangkan dedak kasar merupakan hasil hancuran padi. Pada dedak gandum yang digunakan adalah wheat pollard, yaitu dedak yang berasal dari kulit ari gandum yang diimpor dari USA.

3. Bungkil Kacang Kedelai

Disebut juga Soya Bean Meal (SBM). SBM mengandung nilai protein yang tinggi, karena didalamnya terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino yang paling essensial diantara asam-asam amino yang lainnya. Bahan ini diimpor dari USA.


(46)

4. Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan hasil dari pengolahan ikan yang diolah menjadi tepung. Kandungan tepung ikan meliputi protein, lemak dan juga kalsium. Bahan ini diperoleh dari agen lokal yang ada di Medan.

5. Tepung Daging dan Tulang

Disebut juga Meat Bone Meal (MBM). MBM merupakan hasil pengolahan dari daging yang diolah menjadi tepung. MBM ini mengandung protein, lemak dan juga kalsium. Meat Bone Meal diimpor dari negara Australia.

6. Kopra

Kopra digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ternak karena mengandung persentase serat yang tinggi. Kopra dipesan dari agen lokal yang ada di Medan yang bekerjasama dengan para penjual kopra.

7. Minyak Sawit (CPO)

CPO merupakan bahan yang penting karena memiliki nilai biologis yang tinggi yang diperlukan dalam pembuatan pakan ternak. CPO diperoleh dari agen lokal penjualan CPO di daerah Medan.

8. Ampas Sawit

Disebut juga Palm Kernel. Ampas sawit ini mengandung nilai protein dan lemak yang tinggi yang sangat diperlukan dalam pembuatan pakan ternak. Bahan ini juga dipesan dari agen lokal yang ada di daerah Medan.


(47)

2.5.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sangat sedikit atau cukup kompleks yang dapat mempengaruhi kualitas produk dan juga dapat menambah nilai jual dari produk dan merupakan bagian dari produk akhir. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah:

1. Karung plastik sebagai pembungkus produk yang sumbernya berasal dari pabrik karung plastik lokal yang dekat dengan perusahaan.

2. Benang jahit digunakan untuk menjahit karung yang sumbernya dari pabrik benang yang ada di pulau Jawa.

3. Stiker atau cap pabrik diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan percetakan lokal.

4. Garam dan mineral, seperti sodium, pig minera, dan poultry mineral yang berasal dari negara USA.

5. Vitamin, seperti lysine, luprosi, dan finase yang berasal dari Australia. 6. Minyak nabati, seperti canola oil, dan palm oil yang berasal dari USA. 7. Zat aditif, seperti tapioca yang berasal dari Spayol.

8. Bahan liquid, seperti rhodimet dan choline Cl yang berasal dari USA.

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak tampak dalam produk jadi tetapi hanya menolong proses produksi agar berjalan dengan lancar dan digunakan sebagai pelengkap produk saja. Adapun bahan penolong yang digunakan adalah:


(48)

1. Solar sebagai bahan bakar berasal dari Pertamina.

2. Minyak pelumas sebagai pelumas juga berasal dari Pertamina. 3. Air yang berasal dari tanah.

2.5.3. Uraian Proses Produksi

Tahapan dalam proses pembuatan pakan ternak di PT. Gold Coin Indonesia yaitu:

1. Penuangan (Intake)

Pada proses penuangan, bahan yang dituangkan adalah bahan baku. Terdapat tiga buah intake, yaitu intake untuk penuangan bahan baku jagung, intake I dan intake II untuk penuangan bahan baku selain jagung seperti dedak, kopra tepung ikan, dll. Bahan baku ini akan dibawa ke tempat penyaringan dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.

2. Penyaringan

Setelah itu, bahan baku akan melewati suatu sistem magnet dimana kotoran-kotoran besi dan logam yang tercampur dengan bahan baku akan terpisah. Selanjutnya bahan baku akan disaring melalui drum siever atau drum pengayak untuk memisahkan bahan baku dari kotoran non-logam seperti kayu, plastik dan benda keras lainnya.

3. Pengeringan

Setelah melewati proses penyaringan, bahan baku selain jagung akan dibawa ke bin raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket


(49)

Silo terdapat dua buah yaitu silo untuk jagung basah dan jagung kering. Jagung basah harus dikeringkan terlebih dahulu agar tidak mengalami penurunan kualitas. Jagung kering memiliki kadar air normal yaitu sekitar 17%-25%. Oleh karena itu, jagung basah akan dibawa ke tempat pengeringan dengan chain conveyor dan bucket elevator lalu dikeringkan dengan menggunakan dryer dengan cara menyemprotkan udara panas. Setelah jagung basah dikeringkan maka jagung tersebut akan dibawa ke silo jagung kering dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. Di silo jagung kering ini, jagung akan di-blower yaitu didinginkan agar jagung tidak panas akibat bertumpuknya jagung-jagung. Selanjutnya dari silo jagung kering akan dibawa ke bin raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket

elevator.

4. Penimbangan (dosing)

Semua bahan baku telah menempati bin-bin sesuai dengan yang telah ditentukan. Kemudian akan dilakukan penimbangan (dosing). Timbangan terdapat dua buah yaitu timbangan I dan timbangan II. Sesuai dengan formula yang telah ditetapkan bahan akan ditimbang untuk 1 batch sebanyak 3 ton. Lalu dibawa ke bin hopper dengan menggunakan chain conveyor dan bucket

elevator. Adapun formula pembuatan pakan ternak ini secara umum terdiri

dari:

a. Jagung : 50% dari jumlah komposisi. b. SBM (Soya Bean Meal) : 6 % dari jumlah komposisi. c. MBM (Meat Bone Meal) : 3 % dari jumlah komposisi.


(50)

d. Kopra : 1,5% dari jumlah komposisi. e. CPO (Crude Palm Oil) : 2% dari jumlah komposisi. f. Tepung ikan : 2,5% dari jumlah komposisi. g. Zat aditif :34,99% dari jumlah komposisi. h. Enzim finase : 0,01% dari jumlah komposisi. 5. Penggilingan

Proses penggilingan dimulai setelah bahan baku masuk ke dalam vibrator

shifter untuk memisahkan bahan baku dengan ukuran yang kasar, sedang dan

halus. Bahan baku dengan ukuran kasar dan sedang akan mengalami proses penggilingan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam mesin mixer, sedangkan bahan baku halus dapat langsung menuju mesin mixer. Proses pengilingan dilakukan dengan dua buah mesin hammer mill yang berkapasitas 22 ton/jam dan berputar dengan kecepatan 3000 rpm dengan daya sebesar 132 kW. Bahan baku yang masuk akan mengalami proses pemukulan dengan kecepatan tinggi sehingga bahan baku akan terpukul dan terlempar ke arah saringan/pengayak yang dipasang sepanjang sisi mesin penggiling. Mesin penggiling ini dilengkapi dengan dust collector yang berfungsi membuang udara panas hasil sampingan dari proses penggilingan. Udara panas hasil pengilingan dihisap oleh blower malalui dust filter sehingga udara panas yang bersih di buang ke udara, sedangkan debu yang tersaring jatuh ke hopper penampung. Pada proses ini, blower berfungsi untuk mempercepat proses penggilingan sehingga bahan yang halus akan cepat tersaring dan bahan yang


(51)

kasar akan cepat terpukul oleh pisau-pisau. Hasil pengilingan disimpan terlebih dahulu di hammer mill pack sebelum masuk ke proses lebih lanjut. 6. Pencampuran (mixing)

Hasil penggilingan dari hammer mill pack akan dicampur hingga rata di mixer. Pada saat proses mixing ini bahan tambahan cair berupa CPO, rhodimet dan

choline Cl, zat aditif, garam, mineral dan vitamin dicampur dengan bahan

baku. Mesin mixer yang digunakan berkecepatan 22 rpm dan kapasitas 6000 liter dengan daya 30 kW. Mesin ini terdiri dari pisau-pisau pengaduk yang berputar pada sumbunya. Lama pencampuran dapat diatur dengan alat pengontrol dari ruang panel. Jika produk yang diinginkan dalam bentuk mash (tepung), hasil pencampuran dari mesin mixer akan dibawa ke bin finished

product. Untuk produk berbentuk pellet, bahan hasil campuran akan melalui

proses peletizing sedangkan untuk produk berbentuk crumble akan melalui proses peletizing dan crumbling.

7. Pembutiran (Peletizing)

Hasil campuran dari mesin mixer akan dibawa ke mesin pellet mill dan dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk memudahkan pembentukan pellet. Bahan terlebih dahulu dipanaskan dengan steam berasal dari boiler. Steam yang digunakan bersuhu 850C. Pemanasan dilakukan agar proses penekanan menjadi lebih mudah. Setelah itu dilakukan proses penekanan/press. Proses pemeletan dilakukan dengan mesin press yang terdiri dari ring die press yang mempunyai lubang-lubang dengan ukuran tertentu, dimana die ring berputar dengan kecepatan 1500 rpm dan kapasitas 15 ton/jam dengan daya 200 kW,


(52)

pada bagian tengahnya terdapat 2 buah rol yang berputar searah dengan putaran die ring press dengan kecepatan yang sama dan saling menekan. Dengan demikian bahan campuran yang masuk akan berputar dan ditekan keluar melalui lubang-lubang yang terdapat pada ring die press, di luar ring

die press terdapat pisau yang akan memotong hasil pellet, sehingga ukuran

sesuai dengan yang diinginkan. Setelah itu butiran bentuk pellet dibawa ke mesin cooler untuk didinginkan sampai temperatur udara luar (280C). Hasil dari mesin cooler ini akan dibawa ke bin finished product jika produk yang diinginkan dalam bentuk pellet. Namun jika produk yang diinginkan dalam bentuk crumble, maka hasil dari mesin cooler ini akan dibawa ke mesin

crumble.

8. Proses Pembentukan Crumble

Untuk mendapatkan bentuk crumble, butiran pellet dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diinginkan dengan menggunakan mesin crumble yang berputar dengan kecepatan 22 rpm dan daya 1,5 kW. Setelah proses crumble selesai, bahan dibawa dengan menggunakan chain

conveyor dan bucket elevator ke vibrator untuk disaring kembali. Hasil

pengayakan dibawa ke bin finished product untuk proses sacking. 9. Pengepakan (Sacking Off)

Hasil akhir proses produksi dapat berupa mash, pellet, crumble dan konsentrat akan dibawa ke proses sacking off. Produk jadi akan dituang ke karung plastik ataupun karung kertas dengan belt conveyor dimana proses tersebut berlangsung secara otomatis lalu dilanjutkan dengan penimbangan berat neto


(53)

produk yang diinginkan, yaitu 50 kg/karung. Lalu karung dijahit dengan

sewing machine dan diangkut ke gudang produk jadi dengan forklift.

2.5.4. Mesin dan Peralatan

Jenis peralatan dalam produksi terdiri dari mesin dan peralatan. Secara umum mesin diartikan sebagai peralatan yang memerlukan tenaga penggerak (power), sedangkan peralatan atau equipment diartikan sebagai peralatan yang tidak memerlukan tenaga penggerak (power). Adapun mesin yang digunakan pada PT. Gold Coin Indonesia dijelaskan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Mesin-Mesin pada PT. Gold Coin Indonesia

No. Nama Mesin Tipe Fungsi

1. Dryer CMAE 280 Mengurangi kadar air bahan baku

sampai 15%

2. Blower VAN ARSEN

Menarik udara panas dari dalam

hammer mill sekaligus mempercepat

turunnya material.

3. Drum Silver TZ 700x2300

Menyaring plastik dan bahan yang dapat menghambat raw material melewati conveyor dan elevator.

4. Vibrator E-1534 Menyaring material yang halus dan

kasar.

5. Hammer Mill 700-2D Menggiling/menghaluskan bahan

baku kasar.

6. Mixer NORD Mencampur bahan baku.

7. Pellet Mill C 750/250 Menghasilkan pakan berbentuk

pallet.

8. Crumble KR 16,2 Membentuk crumble

9. Sewing

Machine Model 90/100

Menjahit karung pakan sebagai produk akhir


(54)

Peralatan yang ada pada PT. Gold Coin Indonesia dijelaskan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Peralatan-Peralatan pada PT. Gold Coin Indonesia

No. Nama Peralatan Fungsi

1. Intake Jagung Tempat penuangan bahan baku berupa jagung

2. Intake I dan II Tempat penuangan bahan baku selain jagung 3. BIN Raw Material Tempat penyimpanan ram material

4. Magnet Menarik logam-logam yang masuk bersama bahan

baku.

5. CPO Pump Sebagai tangki penyimpanan CPO.

6. Day BIN Tempat penyimpanan sementara produk dalam

proses.

7. Dust Collector Menghasilkan pakan berbentuk pallet.

8. Cooler Membentuk crumble

9. Cyclon Menjahit karung pakan sebagai produk akhir

10. BIN Finish Product Tempat penyimpanan produk jadi yang akan di


(55)

BAB III

LANDASAN TEORI

Pergudangan merupakan fasilitas dan aktivitas yang kompleks sebagai pendukung perusahaan manufaktur. Sejak dahulu, gudang1

1. Buffer; menahan inventori yang digunakan untuk menyeimbangkan dan menyangga variasi yang terjadi antara jadwal produksi dan permintaan. Untuk aplikasi ini, gudang dilokasikan dekat dengan fasilitas manufaktur. Gudang yang melayani permintaan ini diisi kembali dalam basis bulanan atau tiga bulanan.

berfungsi sebagai

buffer atau penyeimbang dan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya

suatu perusahaan, apakah perusahaan akan menggunakan gudang untuk komersial atau lebih baik digunakan sendiri. Tujuan perancangan gudang adalah untuk meminimalkan biaya pengadaan dan pengoperasian sebuah gudang . Kunci tujuan dari sistem pergudangan adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan, sehingga semua waktu tercapai seperti yang diinginkan pelanggan.

3.1. Fungsi Gudang

Suatu lingkungan pergudangan biasanya menyediakan beberapa kebutuhan berikut ini:

1


(56)

2. Konsolidasi; suatu gudang biasanya digunakan untuk mengakumulasi dan menggabungkan produk dari beberapa area manufaktur dalam suatu perusahaan atau dari banyak perusahaan. Hal ini menfasilitasi kombinasi pengiriman ke pelanggan biasa. Gudang dengan tipe seperti ini ditempatkan di tengah lokasi produksi atau basis pelanggan. Tipe fasilitas ini merespon pesanan mingguan atau bulanan secara regular.

3. Respon yang cepat; cepat tanggap dalam suatu gudang merupakan aspek yang penting untuk memperpendek jarak transportasi untuk memudahkan akses ke permintaan pelanggan.

3.2. Macam-macam Gudang

Umumnya, pada kebanyakan perusahaan gudang berada dalam ruangan. Pada suatu pabrik, kita dapat membedakan macam gudang menurut karakteristik material yang akan disimpan, yaitu:

1. Penyimpanan bahan baku

Gudang akan digunakan untuk menyimpan setiap material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Lokasi gudang umumnya berada di dalam bangunan pabrik. Beberapa jenis barang tertentu bisa pula diletakkkan di luar bangunan pabrik, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya gudang karena tidak memerlukan bangunan khusus untuk itu. Gudang demikian disebut pula

stockroom Karena fungsinya memang menyimpan stok untuk kebutuhan


(57)

2. Penyimpanan Barang Setengah jadi

Dalam industri manufaktur, kita sering menemui bahwa benda kerja harus melalui beberapa macam operasi dalam pengerjaannya. Prosedurnya harus terhenti karena dari satu operasi ke operasi berikutnya waktu pengerjaan yang dibutuhkan tidaklah sama. Akibatnya, barang atau material harus menunggu sampai sampai mesin atau operator berikutnya siap mengerjakannya.

3. Penyimpanan Produk Jadi

Gudang ini digunakan untuk menyimpan produk yang telah selesai dikerjakan. 4. Penyimpanan bagi pemasok

Gudang menyimpan barang nonproduktif dan akan digunakan untuk pengerjaan pengepakan, perawatan dan penyimpanan barang kebutuhan kantor.

5. Penyimpanan komponen jadi

Gudang untuk menyimpan komponen yang siap dirakit. Gudang demikian biasa diletakkan berdekatan dengan area perakitan atau bias pula diletakkan secara terpisah dalam penyimpanan barang setengah jadi.

6. Salvage

Dalam sebagian proses produksi, ada kemungkinan beberapa benda kerja akan salah dikerjakan. Akibatnya, barang memerlukan pengerjaan kembali untuk perbaikan, sehingga kualiatas produksi harus diperbaiki. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan suatu area guna menyimpan benda kerja yang salah sebelum diproses kembali.


(58)

7. Buangan dan limbah

Gudang digunakan untuk menyimpan material atau komponen yang salah dikerjakan dan sudah tidak dapat diperbaiki.

3.3. Aktivitas-Aktivitas di Dalam Gudang

Gudang memiliki fungsi yang cukup penting dalam menjaga kelancaran operasi produksi suatu pabrik. Sebagai bagian dari penyimpanan produk ada bermacam-macam aktivitas yang terjadi pada proses mendapatkan material ke dalam atau keluar gudang. Beberapa aktivitas2

1. Penerimaan; diawali dengan pemberitahuan kedatangan barang ke gudang. Secara konseptual, aktivitas ini merupakan kumpulan aktivitas yang melibatkan penerimaan yang rapi dari seluruh material ke dalam gudang. Aktivitas ini menyediakan bahwa jaminan bahwa kuantitas dan kualitas sesuai dengan pesanan, dan membantu mengeluarkan material ke penyimpanan atau fungsi organisasional lain yang dibutuhkannya. Produk-produk diterima dalam beban pallet yang besar sehingga kebutuhan pekerja tidak tinggi. Maka biaya penerimaan untuk biaya operasional rendah dalam gudang.

yang terjadi dalam gudang :

2. Prepacking; dalam gudang saat produk diterima dalam jumlah besar dari

penyalur maka pengemasan dilakukan dimana pengemasan produk setelah itu kemasan single atau dikombinasikan dengan produk lain untuk membentuk kotak atau golongan-golongan. Saat pengemasan meningkat pesat kebutuhan ukuran kotak penyimpanan atau saat suatu part dikumpulkan ke beberapa

2


(59)

p.284-golongan, maka seluruh penerimaan barang-barang diproses saat itu juga atau suatu bagian disimpan dalam jumlah besar akan diproses nantinya.

3. Peletakan (put-away); merupakan proses atau aktivitas penempatan barang dalam gudang penyimpanan yang meliputi transportasi dan penempatan. Sebelum produk dapat diletakkan, lokasi penyimpanan yang tepat harus ditentukan. Pentingnya kegiatan ini adalah menentukan seberapa cepat dan pada biaya berapa item tersebut akan diberikan pada pelanggan. Pada saat produk diletakkan, lokasi penyimpanan juga harus ditinjau untuk mengetahui dimana produk telah disimpan. Proses ini secara umum membutuhkan pekerja yang cukup besar sesuai dengan banyak produk yang harus dipindahkan dengan jarak yang besar ke lokasinya masing-masing.

4. Penyimpanan; proses ini disebut penahanan secara fisik yang terjadi saat barang-barang menunggu permintaan. Variasi bentuk penyimpanan tergantung pada ukuran dan kuantitas itemnya dalam inventori dan karakteristik alat pemindahannya.

5. Order Picking; merupakan pelayanan yang disediakan gudang bagi pelanggan.

Ini adalah proses atau kegiatan memindahkan barang barang dari penyimpanan kepada permintaan spesisifik. Ini merupakan salah satu aktivitas yang penting sebagai fungsi disekitarnya dimana sebagian besar gudang dirancang.

6. Sortasi; pada saat pesanan lebih dari satu item dan akumulasinya tidak dilakukan sebaik-baiknya; maka sortasi pemilihan batch menjadi pesanan


(60)

tersendiri dan akumulasi pemilihan distribusi menjadi pesanan harus dilakukan.

7. Packing dan pengiriman; merupakan kombinasi dari beberapa aktivitas

lanjutan dari order picking dan pengemasan. Beberapa aspek kunci disebutkan di bawah ini:

a. pengemasan item kedalam container pegiriman yang tepat b. persiapan dokumen-dokumen pengiriman

c. pengecekan kelengkapan dan bobot pesanan untuk menghitung biayanya d. mengakumulasikan pesanan dengan dengan pembawa dari luar area

gudang

e. pengisian truk yang dapat ikut atau tidak ikut ambil bagian didalamnya seperti di banyak kasus inilah tanggung jawab pembawa.

8. Cross Docking; terjadi pada gudang dengan kecepatan tinggi. Jika suatu

barang yang diterima telah diminta oleh pelanggan maka tidak perlu lagi disimpan untuk mengantisipasi inventori, sebaliknya barang dapat dipindahkan langsung dari penerimaan ke pengiriman, tanpa melalui storange dan retrieval. Maka barang dapat dipindahkan lebih cepat melalui fasilitas dan biaya pekerja gudang dapat diabaikan.

9. Penambahan lokasi utama dari lokasi penyimpanan cadangan.

Dalam penyimpanan, ada beberapa yang hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang menjadi faktor utama dalam tata letak penyimpanan adalah:


(61)

2. Bentuk unik; hal ini akan menimbulkan masalah area dan pemindahan itemnya.

3. Item mudah hancur; perhatikan kelembapan dan metode

4. Material berbahaya; jenis demikian harus disimpan di lokasi sendiri 5. Keamanan material; hindari benturan saat ada pemindahan bahan

6. Compability; dimana item tipe kimiawi mudah bereaksi dengan zat kimia

lainnya.

3.4. Defenisi Perencanaan Tata Letak Fasilitas

Perencanaan tata letak fasilitas (facilities layout) dapat didefenisikan sebagai perancangan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi, dimana dalam pengaturan tersebut akan dilakukan pemanfaatan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang lainnya, kelancaran gerakan pemindahan bahan (material handling), penyimpanan bahan (storange) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel kerja dan sebagainya. Tata letak berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan tata letak dari mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang ada.

Tahap-tahap dalam perencanaan fasilitas secara tradisional3

1. Defenisikan masalah (define the problem)

dikemukakan sebagai berikut:

2. Lakukan analisis terhadap masalah tersebut (analyze the problem) 3. Buat beberapa alternative rancangan (generate alternative design)


(62)

4. Lakukan evaluasi terhadap alternatif yang dikemukakan (evaluate the

alternatives).

5. Pilih rancangan terbaik (select the preferred design)

6. Implementasikan rancangan tersebut (implement the design)

3.5. Perencanaan Tata Letak Pergudangan

Perencanaan tata letak pergudangan merupakan perencanaan pengaturan tata cara proses penaganan barang mulai dari penerimaan barang, pencatatan, penyimpanan, pemilihan, penyortiran, pelabelan, sampai dengan proses pengiriman barang tersebut ke konsumen. Salah satu aktivitas gudang adalah penyimpanan. Penataan penyimpanan dalam gudang sangat penting agar dapat mencapai efesiensi transportasi pemindahan barang. Beberapa masalah tata letak dan lokasi timbul dalam proses perancangan sistem penyimpanan. Selanjutnya, sistem penyimpanan terdapat dalam bermacam konteks, termasuk manufaktur, pergudangan, dan sektor pelayanan.

Beberapa persoalan perancangan yang dihadapi oleh desainer sistem penyimpanan adalah berkaitan dengan ukuran (size) sistem penyimpanan, metode penyimpanan yang akan digunakan, dan tata letak sistem penyimpanan. Beberapa ketentuan yang harus dibuat adalah jumlah lokasi produk yang disimpan dan fungsi input/output yang mengembangkan kebutuhan aktivitas dalam penyimpanan dan penarikan material.

Tujuan dalam perencanaan tata letak gudang adalah: 1. Pemakaian ruangan secara maksimal


(63)

2. Pemakaian secara efektif dari pada waktu, tenaga kerja dan peralatan yang dipergunakan

3. Meminimalisasi biaya penyimpanan pada saat menyediakan tingkat pelayanan yang dibutuhkan

4. Kemudahan proses pengambilan material dari tempat yang ditinjau dari letak, material handling dan lain-lain.

5. Pemeliharaan barang yang maksimum

6. Penyimpanan yang rapi, teratur dan tertib dari gudang yang direncanakan. Tata letak sistem penyimpanan meliputi tinggi, panjang dan lebar penyimpanan, lokasi tiap-tiap barang dalam penyimpanan, dan lokasi serta konfigurasi dari beberapa fungsi pendukung yang dibutuhkan. Kapasitas penyimpanan dan kapasitas throughput dari sistem penyimpanan akan dipengaruhi oleh tata letak yang digunakan.

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan tata letak gudang adalah: 1. Analisis dan identifikasi produk yang akan disimpan.

2. Analisis data dasar

3. Susun rencana kasar pemindahan bahan

4. Hitung kebutuhan peralatan pemindahan bahan 5. Pilih pemindahan bahan yang spesifik

6. Tentukan kebutuhan luas ruangan 7. Perhatikan bentuk fisik bangunan

8. Evaluasi, sesuaikan dan periksa layout yang dihasilkan 9. Implementasi/instalasi rancangan layout tersebut


(64)

10.Lakukan tindak lanjut dan perbaikan setelah implementasi.

Jika ingin memperhatikan tata letak dari sistem penyimpanan maka penting untuk menentukan ukuran dari kebutuhan simpanan. Kebutuhan simpanan tergantung pada jumlah kebutuhan lokasi penyimpanan; selanjutnya jumlah lokasi penyimpanan bergantung pada lokasi penyimpanan yang digunakan.

Beberapa alternatif aturan lokasi penyimpanan yang ada digunakan untuk menentukan penempatan tiap barang pada lokasi penyimpanannya. Aturan lokasi penyimpanan dapat dibagi dalam tiga kategori utama yaitu, dedicated storage

location, randomized storage, dan class-based storage.

1. Dedicated storage location

Dedicated storage juga disebut dengan petak penyimpanan yang tetap (fixed slot storage) yang menempatkan lokasi atau alamat simpanan yang spesifik untuk

tiap barang yang disimpan. Hal ini dikarenakan satu lokasi simpanan diberikan pada satu produk yang spesifik.

Dua variasi dari dedicated storage yang secara umum digunakan adalah part

number sequence storage dan throughput-based dedicated storage. Part number sequence storage adalah yang sering digunakan karena lebih sederhana. Lokasi

simpanan suatu produk didasarkan hanya pada nomor part yang diberikan padanya. Nomor part yang rendah diberikan lokasi “terbaik” pada daerah simpanan dan nomor part yang lebih tinggi diberikan tempat yang lebih tidak “baik”. Secara khusus, pemberian nomor part dibuat secara random tanpa memperhatikan aktifitas yang ada. Oleh karena itu, jika satu part dengan nomor


(65)

part yang sangat besar dengan aktifitas permintaan yang tinggi, perjalanan berulang kali akan terjadi pada lokasi penyimpanan yang sangat buruk.

Throughput-based dedicated storage merupakan metode yang

mempertimbangkan pada perbedaan level aktiivitas dan kebutuhan simpanan diantara produk yang akan disimpan. Throughput-based dedicated storage lebih kepada part number sequencing storage pada saat dijumpai perbedaan yang signifikan pada level aktivitas ataupun level inventori barang yang disimpan. Karena sering digunakan maka throughput-based dedicated storage saat ini sering disebut dedicated storage.

Dengan dedicated storage, jumlah lokasi penyimpanan yang diberikan pada produk harus mampu memenuhi kebutuhan penyimpanan maksimum produk. Dengan multi produk, daerah penyimpanan yang dibutuhkan adalah jumlah kebutuhan penyimpanan maksimum untuk tiap produk.

Aturan ini memperhatikan level aktivitas storage dan retrieval (S/R) yang dikembangkan untuk item yang berbeda.

2. Randomized Storage Location.

Randomized storage disebut juga sebagai petak penyimpanan yang tersebar

(floating slot storage) atau lokasi penyimpanan untuk produk tertentu yang berubah atau mengambang setiap waktu. Dalam prakteknya, randomized storage didefinisikan bahwa saat barang datang untuk disimpan, barang tersebut ditempatkan di lokasi yang lebih dekat. Penarikan dilakukan berbasis in

first-out. Jika ada lebih dari satu input point, lokasi yang dipilih adalah yang terdekat


(66)

Melihat adanya aturan yang diberikan dalam metode ini, rasanya tidaklah tepat juga dikatakan penentuan lokasi penyimpanan dilakukan secara random karena istilah random dapat diartikan tanpa aturan atau bebas.

Dalam pemodelannya, umumnya diasumsikan tiap slot penyimpanan yang kosong menjadi pilihan yang sama untuk penyimpanan saat operasi penyimpanan dilakukan atau diasumsikan tiap unit produk tertentu dianggap sama dalam hal pengambilan saat beberapa lokasi lokasi penyimpanan telah diisi produk dan operasi pengambilan terjadi. Pada saat gudang relative penuh,tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jarak perjalanan yang berlaku melalui asumsi “kesamaan” dan yang dihasilkan dari praktek “slot terbuka yang terdekat”. Tapi untuk “gudang yang jarang” akan ada perbedaan yang jarak perjalanan yang berlaku.

3. Class-based Dedicated Storage Location

Aturan lokasi penyimpanan ini berada di antara aturan dedicated storage dan

randomized storage. Class-based storage ini didasarkan pada hukum pareto

dengan memperhatikan level aktivitas penyimpanan dan penarikan yang dikembangkan untuk item yang berbeda. Dalam gudang 80% aktivitas S/R diberikan pada 20% dari item, 15% pada 30% dari item, dan yang terakhir 5% aktivitas S/R pada 50% dari item. Item yang masuk diklasifikasikan pada tiga kelas sebagai A, B, dan C berdasarkan level aktivitas S/R (dari tinggi ke rendah) dikembangkan. Untuk meminimumkan waktu atau jarak yang dihabiskan dalam penyimpanan dan penarikan, kelas A diletakkan terdekat dengan input/output


(67)

Dari ketiga aturan diatas, penelitian lebih difokuskan pada dedicated storage

location. Pada dedicated storage, produk ditempatkan berdasarkan lokasi storage/retrieval dalam usaha meminimasi waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan operasi penyimpanan dan penarikan.

3.6. Penempatan Produk pada lokasi Storage/Retrieval

Agar dedicated storage mungkin didapatkan, maka diperlukan jumlah slot penyimpanan yang cukup diberikan untuk tiap produk. Dalam saat masalah penempatan menjadi penting pada saat menempatkan produk-produk pada slot yang disesuaikan dengan kriteria tertentu. Dalam kasus ini kriteria yang diberikan adalah merminimasi fungsi jarak perjalanan yang ditempuh pada saat penyimpanan dan penarikan produk –produk yang telah ditempatkan. Penempatan produk menurut dedicated storage diformulasikan sebagai berikut:

(2.1)

Subject to

(2.2)

(2,3)

Dimana:

s = jumlah slot penyimpanan atau lokasi

n = jenis produk yang akan disimpan

m = jumlah input/output (I/O) point


(68)

Tj = kebutuhan throughput atau level aktivitas untuk produk j, dalam bentuk aktivitas storage/retrieval per satuan waktu

Pi,j = persentase perjalanan storage/retrieval untuk produk j dari/ ke I/O point i di,k =jarak perjalanan (distance traveled) yang dibutuhkan dari I/O point i

kelokasi storage/retrieval k

xj,k =1, jika produk j dimasukkan ke lokasi storage/retrieval k =0, sebaliknya

F(x) =kebutuhan jarak perjalanan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan

throughput pada sistem.

Rumus (2.1) memberikan kebutuhan jarak perjalanan yang diharapkan dalam melakukan penyimpanan dan retrieval yang diperlukan selama suatu periode waktu. Secara khusus, jika produk j ditempatkan pada lokasi

storage/retrieval k (xj,k = 1), maka akan memerlukan jarak tempuh di,k unit

jarakdalam perjalanan dari input point i ke lokasi penyimpanan k dan di,k unit

jarak dalam perjalanan dari lokasi retrieval k ke output point i. karena jumlah total lokasi storage/retrieval produk j adalah Sj, probabilitas perjalanan

storage/retrieval yang terjadi dari/ke lokasi storage/retrieval k sama dengan 1/Sj

untuk lokasi yang diberikan untuk produk j. Jumlah total perjalanan

storage/retrieval yang terjadi per satuan waktu untuk produk j sama dengan Tj,

tapi pij hanya menyatakan persentase dari total perjalanan untuk produk j sama

dengan Tj, tapi pij hanya menyatakan pensentase dari total perjalanan untuk

produk j dari/ke I/O point i. Maka kebutuhan jarak perjalanan yang diharapakan antara lokasi storage/retrieval k dan I/O point i untuk produk j dinyatakan dengan


(69)

Tj/Sj dan pi,jdi,kxj,k. Penjumlahan untuk keseluruhan I/O point, produk, dan lokasi

penyimpanan menghasilkan f(x). Rumus (2.2) menjamin bahwa hanya satu produk yang ditempatkan pada lokasi storage/retrieval k. Rumus (2.3) menjamin bahwa jumlah lokasi storage/retrieval yang diberikan untuk produk j sama dengan Sj.

Pada pegujian rumus (2.1), rumus ini ekuivalen dengan:

(2.4)

Istilah bertanda kurung melambangkan rata-rata kebutuhan jarak untuk produk j yang dilalui antara lokasi storage/retrieval k dan m I/O point. Maka:

(2.5) Dan fungsi objektifnya dapat dinyatakan sebagai:

(2.6) Maka, masalah penempatan lokasi dengan dedicated storage dapat diformulasikan sebagai masalah transportasi.

Jika persentase perjalanan antara salah satu I/O point dan lokasi penyimpanan adalah sama untuk tiap produk, maka prosedur berikut dapat memberikan solusi optimum dalam masalah penyusunan produk pada dedicated

storage4

1. Urutkan produk berdasarkan ratio kebutuhan throughput (Tj) dan storage (sj)

produk tersebut, seperti berikut: .

(2.7)

4


(70)

2. Hitung nilai jarak perjalanan (dk) dari tiap lokasi penyimpanan, dimana:

(2.8)

3. Tempatkan produk 1 pada lokasi penyimpanan S1 yang memiliki nilai dk

terkecil; tempatkan produk 2 pada lokasi penyimpanan yang belum ditempati, S2 yang memiliki nilai dk terendah berikutnya, dan seterusnya.

Tujuan prosedur merangking ini adalah meletakkan produk dengan rasio Tj dan Sj terbesar pada lokasi penyimpanan dengan nilai jarak perjalanan rata-rata

terkecil (nilai dk), meletakkan produk dengan rasio terbesar berikutnya pada lokasi

penyimpanan dengan nilai jarak perjalanan yang terkecil berikutnya, dan seterusnya. Seperti ditegaskan sebelumnya, prosedur ini didasarkan pada asumsi kritis, yaitu, semua produk yang disimpan memiliki persentase perpindahan yang sama antara lokasi penyimpanan dan I/O point. Sama halnya dengan diasumsikan semua operasi penyimpanan dan pengambilan adalah operasi “single point (satu perintah)” yaitu satu operasi penyimpanan ataupun satu operasi penarikan dilakukan per perjalanan antara lokasi penyimpanan dan I/O point.

3.7. Pemindahan Bahan

Pengertian dari pemindahan bahan (material handling) dirumuskan oleh American Material Handling Society (AMHS), yaitu sebagai suatu seni dari ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan/pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian pengawasan (controlling) dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya dengan pemindahan bahan, maka proses pemindahan bahan ini akan dilaksanakan dari satu lokasi ke lokasi yang lain baik secara


(71)

vertical, horizontal maupun lintasan yang membentuk kurva. Demikian pula lintasan ini dapat dilaksanakan dalam suatu lintasan yang tetap atau berubah-ubah. Jenis-jenis pemindahan bahan adalah:

1. Penghantar (conveyor) merupakan peralatan yang menggunakan gaya berat atau tenaga (mesin), biasanya digunakan untuk memindahkan muatan dari datu tempat ke tempat lain sepanjang satu lintasan tetap. Contohnya adalah corong, rantai penghantar, keranjang penghantar dan lain-lain.

Gambar 3.1. Chute Conveyor

2. Derek (crane) dan Kerekan merupakan peralatan laying yang digunakan untuk memindahkan berbagai beban atau muatan secara serentak dan sesaat –sesaat antara dua tempat yang tetap dengan dukungan dan pengarahan rel dengan fungsi utama memindahkan. Contohnya adalah derek jembatan, derek dinding dan lain-lain.


(72)

Gambar 3.2. Jib Crane

3. Truk Industri merupakan kendaraan tangan yang digunakan untuk memindahkan beban campuran atau sejenis secara serentak sepanjang berbagai lintasan yang mempunyai permukaan yang dapat dilalui dengan fungsi utama mengangkut. Contohnya adalah truk dorong, truk pengangkut, truk anjungan dan lain-lain.

Gambar 3.3. Lift Truck (Froklift)

4. Perlengkapan tambahan merupakan peralatan penunjang yang digunakan dengan peralatan pemindahan bahan agar lebih maksimal pemakaiannya. Contohnya adalah pallet, peti kemas, papan galangan dan lain-lain.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)