Implementasi E-Government Pada Pemerintah Kota Medan (Studi Pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan)
DAFTAR PUSTAKA
Heeks, R, 2001. Understanding E-Government for Development, University of Manchester. England.
Indrajit, Richardus Eko, 2006. Electronic Government: Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Kementerian Komunikasi dan Informasi Deputi Bidang Telematika, 2003. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, Jakarta. Kementerian Komunikasi dan Informasi Deputi Bidang Telematika, 2006. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Jakarta.
Moelong, Lexy.2006. “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Seifert, J.W, dan Bonham, G.M, 2003. The Transformative Potential of Egovernment in Tradisional Democracies, Lomonosov Moscow State University.
Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES __________. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Tangkilisan, Hessel Nogi,S. 2003. “Implementasi Kebijakan Publik”. Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia
Wahab, Solichin A. 2004. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM Press
Wibawa, Samodra, dkk. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja
Sumber internet:
22.00 WIB
(2)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu kegiatan secara objektif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur suatu fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995:17).
Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam. Peneliti memilih penelitian ini karena penelitian kualitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan menggeneralisasi.
3.2 . Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pemusatan fokus kepada intisari penelitian yang akan dilakukan, maka yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Implementasi E-Government terutama dalam rangka memudahkan komunikasi dan akses informasi bagi masyarakat
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Medan
(3)
3.4. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Informan penelitian adalah implementor dari kebijakan yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan yang terdiri dari:
1.1.Informan Kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Kepala Bidang Informatika dan Komunikasi Publik dan Kepala Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan
1. Informan Tambahan adalah orang-orang yang tidak terlibat secara langsung dalam persoalan penelitian namun mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah masyarakat di Kota Medan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu, penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan penelitian di lapangan. Teknik
(4)
pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data. Sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.
b. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, kemudian mencatat gejala-gejala yang terjadi di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
(5)
b. Studi Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian
3.6. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data yang tersedia, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulanpenelitian (Moeleong, 2006:247). Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
(6)
2. Penyajian Data
Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk tabel.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
(7)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai ,Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. Kota Medan yang walikota dan wakil walikota nya memiliki slogan “Medan Rumah Kita” ini juga tentunya memiliki Visi dan misi tersendiri untuk memajukan kota nya. 4.1.1. Visi Kota Medan
Kota Medan memiliki visi yaitu “Menjadi Kota Masa Depan yang Multikultural,Berdaya saing, Humanis, Sejahtera dan Religius.” 4.1.2. Misi Kota Medan
Ada beberapa misi yang disusun oleh Pemerintah Kota Medan guna mendukung terwujudnya visi Kota Medan di atas diantaranya : 1. Kerjasama
Menumbuhkembangkan stabilitas, kemitraan dan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan Kota Medan.
(8)
2. Kreativitas dan Inovasi
Meningkatkan efisiensi melalui deregulasi dan debirokratisasi sekaligus penciptaan iklim investasi yang semakin kondusif termasuk pengembangan kreativitas dan inovasi daerah guna meningkatkan kemampuan kompetitif dan komparatif daerah
3. Kebhinekaan
Mengembangkan kepribadian masyarakat kota berasaskan etika dan moralitas keberagaman agama dalam bingkai kebhinekaan.
4. Penanggulangan Kemiskinan
Meningkatkan percepatan dan perluasan program penanggulangan kemiskinan.
5. Multikulturalisme
Menumbuhkembangkan harmonisasi, kerukunan, solidaritas, persatuan dan kesatuan serta keutuhan sosial, berdasarkan kebudayaan daerah identitas lokal multikulturalisme. 6. Tata Ruang Kota yang Konsisten
Menyelenggarakan tata ruang kota yang konsisten serta didukung oleh ketersediaan infrastruktur kota yang semakin modern dan berkelanjutan.
7. Peningkatan Kesempatan Kerja
Mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan berkeadilan.
(9)
8. Smart City
Mengembangkan Medan sebagai Smart City.
4.1.3. Kondisi Geografis
Kota Medan terletak antara 2o.27’-2o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0 oC-24,1 oC dan suhu maksimum berkisar antara 30,6 oC-33,1 oC serta pada malam hari berkisar 26 oC-30,8 oC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 78%-82%. Sebagian wilayah di Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi, seperti Kabupaten Karo. Akibatnya suhu di Kota Medan menjadi tergolong panas. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30'-3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'-98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada
(10)
Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.
Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
(11)
Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan.
4.2. Gambaran Umum Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang komunikasi dan informasi yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Informasi, komunikasi dan pengolahan data elektronik serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidangnya.
4.2.1. Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan
Adapun visi dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan adalah “Medan Hebat Komunikasi dan Informatika”. Visi ini bermakna bahwa Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan menginginkan bahwa Kota Medan menjadi yang terkemuka dalam hal pengambilan manfaat dari perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memberikan layanan bermutu kepada seluruh pemangku kepentingan Kota Medan.
(12)
1. Menurunkan kesenjangan akses informasi dan pengetahuan di dalam masyarakat
2. Mendorong peningkatan penciptaan dan penyediaan konten informasi dan pengetahuan oleh dan tentang Kota Medan
3. Menyediakan berbagai perangkat lunak aplikasi pelayanan publik dalam bentuk transaksi online
4. Mengembangkan jangkauan, kapasitas dan kehandalan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (tik) Pemerintah Kota.
5. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
6. Mengembangkan penyediaan media informasi dan pengetahuan alternatif selain berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
4.2.3. Struktur dan Susunan Organisasi
(13)
Dinas Komunikasi dan Informatika merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas dan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang komunikasi dan informatika berdasarkan asas desentralisasi dan tugas pembantuan.
Tupoksi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan : 1. Tugas Pokok
Dinas Kominfo Kota Medan mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dalam bidang komunikasi dan informati ka serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.
2. Fungsi
Dinas Kominfo Kota Medan mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dalam bidang komunikasi dan informatika serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya
1. Melaksanakan tugas bidang kegiatan administrasi, perlengkapan rumah tangga, keuangan, perencanaan dan laporan.
2. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang komunikasi dan informatika.
3. Melaksanakan pelayanan komunikasi dan informatika kepada masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan.
(14)
4. Melaksanakan pemantauan, registrasi, fasilitasi, apresiasi terhadap lembaga pemerintah dan masyarakat dibidang pelayanan komunikasi dan informatika.
5. Melaksanakan kegiatan pelayanan pemberian rekomendasi dalam bidang komunikasi dan informatika.
6. Melaksanakan pengawasan dan penertiban izin perizinan bidang komunikasi dan informatika.
7. Menyelenggarakan kerjasama, perjanjian dan persetujuan atas nama daerah dibidang Komunikasi dan informatika
8. Menyelenggarakan peningkatan sumber daya manusia dibidang Komunikasi dan informatika.
9. Memberikan bimbingan, pelayanan dan pengawasan dibidang Komunikasi dan informatika.
10.Mengendalikan dan memberdayakan kegiatan komunikasi dan informatika.
11.Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang Komunikasi dan informatika.
12.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Sekretariat
Sekretariat dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
(15)
1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan 2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas
3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas
4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan
5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas 6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian 7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sub.Bagian Umum
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum
3. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas
4. Pengelolaan administrasi kepegawaian
5. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian
(16)
7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sub.Bagian Keuangan
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Keuangan
2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan 3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verifikasi
4. Penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan
5. Penyusunan laporan keuangan Dinas
6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Sub.Bagian Penyusunan Program
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program
(17)
2. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program dinas
3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas 4. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian 5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Dinas
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Komunikasi Informatika dan Komunikasi Publik
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsisebagai berikut; 1. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Komunikasi Media Cetak
dan Elektronik
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyiaran, komunikasi sosial, media luar ruang, dan mobil unit
3. Pelaksanaan kegiatan komunikasi melalui tatap muka
4. Penyebarluasan informasi pembangunan melalui media cetak, elektronik, dan mobil unit
5. Pemberdayaan kelompok komunikasi sosial
6. Pemberdayaan media elektronik untuk menyebarluaskan informasi pembangunan dan kebijakan Pemerintah Kota Medan
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang komunikasi media cetak dan elektronik
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
(18)
Seksi Penyiaran
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi penyiaran
2. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup penyiaran
3. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penyebarluasan informasi pembangunan melalui media elektronik
4. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup media elektronik sesuai dengan urusan pemerintahan kota
5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seksi Komunikasi Sosial
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut; 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Komunikasi Sosial 2. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup komunikasi sosial
3. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan/pelayanan penyebarluasan informasi pembangunan melalui komunikasi tatap muka dan media cetak
4. Penyiapan bahan dan data pembinaan dan kerjasama dengan kelompok-kelompok komunikasi sosial
5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(19)
Seksi Media Luar Ruang dan Mobil Unit
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Media Luar Ruang dan Mobil
Unit
2. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup media luar ruang dan mobil unit 3. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan/pelayanan penyebarluasan informasi
pembangunan melalui pameran, publikasi, spa nduk, baliho, photo, siaran keliling, dan pemutaran film melalui mobil unit
4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Pos dan telekomunikasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut ; 1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pos dan Telekomunikasi 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pos dan telekomunikasi
3. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pos dan telekomunikasi sesuai dengan urusan pemerintahan kota
4. Pelaksanaan pembinaan, pengendalian terhadap standarisasi pos dan telekomunikasi
5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pos dan telekomunikasi
(20)
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsi
Seksi Pos
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pos
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pos
3. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pos sesuai dengan urusan pemerintahan kota
4. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengendalian terhadap standarisasi pos sesuai dengan urusan pemerintahan kota
5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seksi Telekomunikasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsisebagai berikut : 1. Penyiapan rencana, program dan seksi kegiatan telekomunikasi
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup telekomunikasi
3. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup telekomunikasi sesuai dengan urusan pemerintahan kota
4. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengendalian terhadap standarisasi telekomunikasi sesuai dengan urusan pemerintahan kota
(21)
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Spektrum Frekuensi Radio dan Standarisasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Spektrum Frekuensi Radio
dan Standarisasi
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup spektrum dan frekuensi radio
3. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup spektrum dan frekuensi radio sesuai dengan urusan pemerintahan kota
4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Teknologi Informasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sbb:
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Teknologi Informasi 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengembangan dan perawatan teknologi
informasi, serta operasional kerja sama sistem informasi
3. Pelaksanaan dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan atau sistem informasi
4. Penataan dan perawatan infrastruktur teknologi informasi dan atau sistem informasi
(22)
5. Penyelenggara kegiatan peningkatan sumber daya manusia lingkup teknologi Informasi atau sistem Informasi
6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang teknologi informasi
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Pengembangan Teknologi Informasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Teknologi
Informasi
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan teknologi informasi 3. Pelaksanaan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung teknologi
informasi dan atau sistem informasi
4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seksi Perawatan Teknologi Informasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Perawatan Teknologi 2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan teknologi
3. Penataan, perawatan, pembinaan dan pengawasan sarana dan prasarana pendukung teknologi informasi dan atau sistem informasi
(23)
4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Seksi Operasional Kerja Sama Sistem Informasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Operasional Kerja Sama
Sistem Informasi
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Operasional Kerja Sama Sistem Informasi
3. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Data
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Data
2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengumpulan dan pengolahan data, monitoring, dan evaluasi
3. Penyediaan, penghimpunan, pengolahan, dan perawatan data 4. Penyimpanan dalam bentuk database dan menyajikan data
5. Pelaksanaan survei dan atau penelitian, memonitor, mengevaluasi kebutuhan data internal dan eksternal Pemerintah Kota Medan
(24)
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengumpulan dan Pengolahan
Data
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengumpulan dan pengolahan data 3. Pengumpulan dan pengolahan data
4. Pembuatan database
5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
Seksi Monitoring dan Evaluasi
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Penyiapan rencana, program dan seksi monitoring dan Evaluasi
2. Peyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Monitoring dan Evaluasi 3. Penyiapan bahan monitoring dan evaluasi data internal dan eksternal
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Data Keluaran
Dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 2. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data Keluaran
(25)
4. Penyajian data statis dan data dinamis 5. Pembangunan pusat data pemerintah kota
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya
4.2.5. Susunan Kepegawaian
No. Pangkat Golongan Jumlah
1 Pembina Utama Muda IV-c 1
2 Pembina Tingkat- I IV/b 1
3 Pembina IV/a 4
4 Penata Tingkat – I III/d 12
5 Penata III/c 8
6 Penata Muda Tingkat – I III/b 8
7 Penata Muda III-a 5
8 Pengatur Tingkat – I II/d 3
9 Pengatur II/c -
10 Pengatur Muda Tingkat – I II/b 2
11 Pengatur Muda II/a -
Jumlah 44
Tabel 1. Tabel susunan kepegawaian DISKOMINFO Medan
4.2.3.Sarana dan Prasarana
Dinas Komunikasi dan Informatiak Kota Medan menempati satu gedung perkantoran berlantai dua dengan luas lantao 1.294m2. Gedung ini
(26)
berdiri di atas areal seluas 1.628m2 yang terletak di Jalan Sidorukun No. 35, Kelurahan Pulau Brayan Darat, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Lahan dan gedung perkantoran ini adalah aset milik pemerintah Kota Medan. Peruntukan atau penggunaan gedung perkantoran ini dapat dilihat pada tabel 2.
No Peruntukan Jumlah
(Unit)
Luas (m2)
Kapasitas (orang) A Lantai - 1
1 Ruang Kerja Kepala Dinas 1 36 -
2 Ruang Kerja Sekretaris Dinas 1 20 -
3 Ruang Sekretariat dan Staf 1 78 7
4 Ruang Kerja Kabid Postel 1 12 -
5 Ruang Postel dan Staf 1 20 7
6 Ruang Kabid Data 1 12 -
7 Ruang Data dan Staf 1 86 7
8 Ruang Kabid MCE 1 12 -
9 Ruang MCE dan Staf 1 86 7
10 Ruang bEndahara dan Staf 1 24 2
11 Musholla 1 40 30
12 Gudang 4 294 -
13 Toilet 3 56 -
14 Ruang Sekuriti dan Panel 1 18 5
Sub Total 794
(27)
1 Ruang pertemuan / Aula 1 94 100
2 Ruang Kabid TI dan Staff 1 60 7
3 Ruang Dharma Wanita 1 40 50
4 Ruang Pelatihan 1 60 10
5 Toilet 2 8 -
6 Ruang Server 1 10 -
7 Ruang Operator 1 28 -
Sub Total 300
Total 1.294
Tabel 2. Tabel sarana dan prasarana DISKOMINFO Medan
Selain didukung oleh ketersediaan bangunan seperti dikemukakan di atas, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan juga didukung oleh berbagai peralatan dan kendaraan untuk menyelenggarakan fungsi dan tugas pokoknya seperti dapat dilihat pada tabel 2.1.
No. Peralatan/ Kendaraan Jumlah Satuan
1 Komputer desktop 40 Unit
2 Komputer laptop 10 Unit
3 Komputer Server 1 Unit
4 Proyektor / Infokus 2 Unit
5 Kamera 6 Unit
6 Handycam 3 Unit
7 Mobil Unit 4 Unit
8 Layar Proyektor/ Infokus 2 Unit
(28)
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
5.1.Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Informatika dan Komunikasi Publik
Wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala bidang informatika dan komunikasi publik yaitu Bapak Saiful Amri Harahap menghasilkan beberapa jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan terkait implementasi E-Government oleh peneliti. Beliau mengatakan bahwa E-E-Government merupakan hal yang baru dalam pemerintahan, penyebarluasan informasi terkait kegiatan kota Medan dan Pemerintah Kota Medan yang semula menggunakanmedia massa seperti media cetak, visual dan audiovisual kini menjadi semakin lengkap dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Informasi-informasi yang didapatkan langsung dari Pemerintah Kota Medan akan dikelola oleh tim redaksi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan sebelum disebarluaskan melalui website.
Saat ditanya mengenai sudah sejauh mana E-Government telah diterapkan pada pemerintah Kota Medan beliau mengatakan bahwa saat ini E-Government telah diterapkan pada pemerintah Kota Medan dibuktikan dengan adanya website dan beberapa ajakan kerjasama dari beberapa media online. Namun ia sangat menyayangkan bahwa E-Government ini belum didukung dengan sumber daya manusia yang memadai, mengingat belum semua pegawai pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan mampu menggunakan komputer sebagai sarana pengimplementasian E-Government,
(29)
kemudian hanya beberapa pegawai saja yang berkesempatan mendapatkan pelatihan dari Kementrian Komunikasi dan Informatika guna meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, tak hanya itu ia juga mengatakan bahwa anggaran untuk mendukung pengadaan fasilitas masih belum cukup memadai. Ketika ditanya terkait respon masyarakat terhadap E-Government yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya kepala bidang Informasi dan komunikasi publik ini mengatakan bahwa respon masyarakat cukup positif, terbukti dengan banyaknya masyarakat yang mengirim e-mail dan berkomentar tentang isi informasi yang di update setiap harinya. Hal ini menandakan bahwa website Pemko Medan telah diakses dan informasi yang terdapat didalamnya telah tersampaikan kepada masyarakat. Kemudian diakhir wawancara beliau mengharapkan adanya penambahan anggaran untuk pengelolaan dan penerapan E-Government pada Pemerintah Kota Medan, karena seperti yang kita ketahui bahwa implementasi E-Government akan berlangsung dengan baik jika didukung anggaran yang cukup dan sumber daya manusia yang berkualitas.
5.2.Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan
Drs. Harunsyah, M.Ap merupakan kepala bidang statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan, ketika diwawancarai tekait hal pengelolaan website dan mekanisme update informasi beliau memaparkan bahha Pemerintah Kota Medan memiliki sebuah website yang didalamnya terdapat 42 sub domain milik Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) yang
(30)
dikelola oleh masing-masing SKPDdimana orang-orang yang mengelola website tersebut telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu oleh Diskominfo Kota Medan. Mekanisme pengelolaan dan update informasi dilakukan dengan pola sebagai berikut Informasi yang masuk pengalami pengelolaan informasi oleh tim redaksi website dibantu dengan wartawan yang berada dilapangan, kemudian informasi yang telah mengalami proses editing dan pengecekan ulang diupload ke dalam website kemudian diupdate setiap harinya atau bahkan setiap jam nya sesuai dengan waktu masuknya informasi.
Saat ditanya tentang sejauh mana kini E-Government di Implementasikan dan sudah baagaimana perkembangannya beliau menjawab bahwa E-Government bukan hanya berbicara soal website, tetapi memang website merupakan tahap pertama bagi pembangunan E-Government, untuk saat ini dari empath taham pengembangan E-Government, websitePemerintah Kota Medan telah mencapai tahap ke-3 yaitu tahap transaksi dibuktikan dengan keterhubungan Link Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) dengan websitePemko Medan yang memungkinkan masyarakat lebih mudah untuk mengurus perizinan.
Kekurangan dalam implementasi E-Governmentsaat ini lebih kepada pengembangan E-Governmentitu sendiri, website Pemko Medan saat ini masih belum berbasis android sehingga saat di buka melalui android tampilannya masih belum optimal, kemudian Diskominfo masih kekurangan sumber daya manusia yang siap untuk menghadapi perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.
(31)
Untuk hal sosialisasi beliau mengatakan bahwa sosialisasi tentang adanya E-Government dilakukan melalui berbagai cara mulai dari yang tradisional seperti pertemuan tatap muka dan pembentukan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), pertemuan-pertemuan tersebut biasanya diadakan disatu kecamatan kemudian dengan metode sosialisasi dan dialog interaktif. Kegiatan seperti ini diadakan minimal setahun sekali karena keterbatasan anggaran. Kemudian bentuk sosialisasi lainnya adalah melalui pameran dikegiatan-kegiatan tahunan seperti Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) .
Dari segi Efektivitas dan respon masyarakat terhadap E-Government beliau merasa bahwa respon masyarakat cukup baik, apalagi setelah diluncurkannya aplikasi berbasis android yang dapat diunduh pada Playstorebernama “Medan Rumah Kita”. Aplikasi yang muncul pada Desember tahun 2016 ini merupakan aplikasi yang memungkinkan kita melaporkan kejadian atau masalah yang tejadi disekitar kita terkait kenyamanan dan pelayanan publik secara langsung dan lebih cepat kepada Pemerintah Kota Medan atau SKPD terkait yang tergabung dalam 42 Sub-domain dalam website milik Pemko Medan. Sudah banyak masyarakat yang mengunduh aplikasi ini dan respon masyarakat sudah cukup baik karena laporan-laporan yang masuk melalui aplikasi ini sudah cukup banyak.
Setelah beberapa tahun E-Governmentini diimplementasikan maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada masalah yang muncul, masalah-masalah seperti masyarakat yang tidak mau tahu tentang E-Government dan tidak mau
(32)
bekerja sama membangun Kota Medan yang lebih baik, menjadi hambatan yang cukup sulit untuk di atasi sehingga manfaat dari
Pada akhir wawancara kepala bidang statistik Diskominfo Kota Medan ini berharap agar Kota Medan menjadi kota yang cerdas, dengan masyarakat yang cerdas pula. Masyarakat yang tidak gagap teknologi , terwujudnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan masyarakat dalam beraktivitas dan dapat diakses melalui perangkat yang mereka miliki hanya dari dalam rumah adalah pendukung terwujudnya Medan Smart City, sesuai dengan misi Kota Medan yang terakhir.
5.3.Hasil Wawancara dengan Masyarakat Kota Medan
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada masyarakat Kota Medan saat ditanyakan hal tentang pengertian E-Government masih banyak dari mereka yang belum mengetahui bahkan belum pernah mendengar istilah E-Governmentitu sendiri. Setelah dijelaskan sekilas tentang pengertia E-Governmentbeberapa masyarakat mengaku baru mengetahui bahwa ada sarana yang memfasilitasi masyarakat untuk berkomunikasi dengan pemerintah dan mendapatkan informasi dengan mudah terkait kegiatan Kegiatan Kota Medan. Mereka mengaku bahwa tidak pernah membaca atau mendapatkan informasi tentang E-Governmentdan pekerjaan sehari-hari yang terlalu padat membuat mereka kurang memiliki waktu untuk mencari tahu tentang E-Government. Beberapa masyarakat yang sudah berusia diatas 40 tahun mengatakan bahwa mereka kurang paham mengenai penggunaan teknologi informasi dan penggunaan internet sehingga mereka merasa akses
(33)
informasi melalui tatap muka atau penyiaran di televisi akan lebih efektif . Di akhir wawancara mereka sangat mengaharapkan agar E-Governmentdapat lebih disosialisasikan dan E-Governmentdapat menjadi suatu hal yang dapat membantu menyelesaikan masalah-maaalah yang ada di Kota Medan terutama permasalahan ekonomi.
Saat wawancara dengan masyarakat tentunya tidak semua masyarakat belum mengetahui apa itu E-Government, beberapa masyarakat seperti mahasiswa dan wiraswasta ada yang sudah mengetahui apa itu E-Government, mereka mengatakan bahwa E-Governmentmerupakan salah satu upaya pemerintah agar akses informasi menjadi lebih mudah. Mereka mengaku mengetahui tentang E-Governmentmelalui lingkungan, melalui mata kuliah yang mereka pelajari dan melalui internet.
Ketika ditanya tentang efektivitas dari pengimplementasian Government, ada yang menjawab bahwa langkah pemerintah menerapkan E-Governmentitu sudahlah tepat, tetapi satu hal yang baru tidak dapat diterapkan dengan proses yang instan. Adanya pemanfaatan teknologi informasi seharusnya tidak serta merta menghilangkan media yang terdahulu, komunikasi langsung secara tatap muka seharusnya masih tetap diadakan karena beberapa lapisan masyarakat merasa akan lebih paham dan merasa lebih dekat dengan pemerintah jika informasi yang mereka dapatkan diperoleh secara langsung dengan tatap muka. Adapula yang mengatakan bahwa E-Governmentmemang telah diimplementasikan hanya saja pengelolaannya masih belum optimal, tampilan website yang masih terkesan berantakan jika diakses melalui mobile kemudian update informasi-informasi
(34)
tertentu seperti bidang pariwisata Kota Medan masih kurang mendapat perhatian.
Selanjutnya pertanyaan tentang respon masyarakat terhadap implementasi E-Government di Kota Medan mendapat tanggapan yang sama yaitu masyarakat Kota Medan masih terkesan tidak mau tahuterhadap E-Governmentpadahal dibalik E-Governmentini ada terdapat manfaat, selain itu mereka juga beranggapan bahwa sosialisasi dari Pemerintah Kota Medan masih sangat minim sehingga pemanfaatan E-Governmenthanya dapat dirasakan oleh kalangan ekonomi dan pendidikat tinggi, sedangkan masyarak dengan ekonomi lemah dan pendidikan rendah masih kurang mendapat perhatian.
5.4.Data Pencapaian Kinerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan tahun 2011-2015.
Data pencapaian kinerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan pada tahun 2011 hingga 2015 tentunya dapat menjadi salah satu acuan dalam penarikan kesimpulan pada bab berikutnya. Berikut ini merupakan data pencapaian kinerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan selama lima tahun terakhir terkait implementasi E-Government.
Data yang dilampirkan berupa data terkait fasilitas penunjang E-Government seperti akses internet dan pengadaan komputer serta alata pendukungnya. Kemudiana ada pula data terkait upaya Diskominfo Pemko Medan guna mansosialisasikan adanya E-Government kepada masyarakat
(35)
a. Fasilitas
Pemaparan dari data di atas terkait fasilitas penunjang terimplementasinya E-Government dengan baik menunjukan bahwa Diskominfo Pemerintah Kota Medan telah berlangganan internet selama setahun penuh disetiap tahunnya guna mendukung kelancaran update dan akses informasi dari seluruh pihak. Kemudian untuk sarana pendukung seperti pengadaan komputer pada tahun 2014-2015 target dari Diskominfo Pemerintah Kota Medan telah tercapai secara 100% sedangkan ditahun-tahun sebelumnya target hanya tercapai hingga 80% bahkan ditahun 2013 target tidak tercapai sama sekali artinya dari 15 unit pengadaan komputer yang diharapkan ternyata tidak terpenuhi satu unit pun pada tahun tersebut. N o Indika-tor kerja
Target tahun ke Pencapaian tahun ke Presentase pencapaian tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Akses Interne t 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bl n 10 0 % 100 % 100 % 100 % 100 %
2 Penga-daan Komp-ter 10 Uni t 11 uni t 15 uni t 20 uni t 20 uni t 8 uni t 8 uni t
0 20
uni t 20 un t 80 % 73 %
0% 100 %
100 %
(36)
b. Penyebarluasan Informasi tentang adanya E-Government.
Pemaparan dari data di atas terkait penyelenggaraan sosialisasi tentang E-Government guna mendukung terimplementasinya E-E-Government dengan baik menunjukan bahwa Diskominfo Pemerintah Kota Medan telah menyusun target untuk melakukan sosialisasi di 35 kegiatan yang menggunakan media dialog interaktif dan kegiatan tatap muka, namun target tersebut tercapai hingga 100% hanya di tahun 2011 saja, ditahun-tahun berikutnya target tercapai hanya hingga 61% bahkan di tahun 2013 target tidak tercapai sama sekali.
Kemudian untuk sosialisai melalui event besarDiskominfo Pemerintah Kota Medan telah menyusun target sebanyak 5 kegiatan setiap tahunnya, seperti yang dapat kita lihat bahwa hanya pada tahun 2014 dan 2015 saja target tercapai 100%, selebihnyahanya tercapai hingga 20% itu pun pada tahun 2011 dan 2013 N
o
Indika-tor kerja
Target tahun ke Pencapaian tahun ke Presentase pencapaian tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Media dialog dan tatap muka 35 kgt 35 kgt 35 kgt 35 kgt 35 kgt 35 kgt 30 kgt
0 21 kgt 21 kgt 100 % 100 % 0 % 61 % 61 %
2 Melalu i event besar 5 kgt 5 kgt 5 kgt 5 kgt 5 kgt
- 1
kgt
- 5
kgt 5 kgt
0% 20% 0 %
100 %
100 %
(37)
targettidak tercapai sama sekali artinya dari 5 kegiatan yang ditargetkan dan diharapkan mampu menjadi sarana untuk mensosialisasikan informasi terkait adanya E-Government tidak ada kegiatan yang dilakukan melalui event besar pada tahun 2010 dan 2013.
5.5. Analisis Data
5.5.1.Implementasi E-Government pada Pemerintah Kota Medan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa pihak, melalui hasil pengamatan dan melalui data yang diperoleh dari rencana strategis Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan maka peneliti mengalisis ada beberapa hal atau faktor yang menggambarkan baik atau tidak nya implementasi E-Government pada pemerintah Kota Medan saat ini terutama guna menunjang kemudahan akses informasi bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci ada beberapa hal yang dapat kita soroti mulai dari faktor yang mendukung terimplementasinya E-Governmentdengan baik hingga faktor penghambatnya.Ada beberapa faktor yang menggambarkan bahwa implementasi E-Governmenttelah terlaksana dengan baik seperti tahap pengembangan website yang kini telah sampai pada tahap ke tiga yaitu tahap transaksi, kemudian munculnya aplikasi baru berbasis Android yang memungkinkan masyarakat melakukan pengaduan secara lebih cepat dan terus meningkatnya respon masyarakat terhadap informasi-informasi yang disampaikan melalui pemanfaatan teknologi Informasi seperti pengiriman e-mail dan
(38)
penyampaian aspirasi pada kolom komentar diwebsite.Ada pula beberapa faktor yang menjadi penghambat bagi tewujudnya E-Governmentyang baik, seperti minimnya sumber daya manusia yang ahli dalam memanfaatkan teknologi informasi, minimnya anggaran yang dipergunakan untuk menunjang pengembangan E-Governmentserta minimnya anggaran dan upaya yang dilakukan untuk mensosialisasikan informasi kepada masyarakat bahwa saat ini telah ada sebuah inovasi dibidang pelayanan publik yang memungkinkan masyarakat memperloeh informasi dengan sangat cepat dan juga memungkinkan mereka menyampaikan aspirasi tanpa perlu melakukan tatap muka atau demonstrasi inovasi tersebut bernama E-Government.
Sejalan dengan hasil wawancara yang diperoleh dari pihak yang mengimplementasikan E-Government pada Pemerintah Kota Medan maka hasil wawancara dengan masyarakat selaku objek yang merasakan manfaat dari adanya E-Government menunjukan bahwa masih sedikit sekali yang mengetahui tentang adanya E-Governmentini, terutama bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah. Sosialisasi yang dirasa belum optimal dari pihak pemerintah dan pelayanan publik yang belum menjadi skala prioritas dari masyarakat dengan ekonomi rendah membuat masyarakat menjadi acuh terhadap hal –hal baru yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Beberapa masyarakat yang paham akan E-Governmentmenilai bahwa implementasi E-Government di Kota Medan memang telah terlaksana hanya saja pengelolaan dan penyebarluasan tentang adanya E-Government ini sendiri masih sangat kurang. Adanya E-Governmentini memang mendukung terciptanya kemudahan akses informasi bagi masyarakat mengingat masyarakat sekarang
(39)
sudah semakin cerdas, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat dari adanya E-Governmentbelum dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
5.5.2.Masalah-Masalah yang dialami dalam Implementasi E-Government Pemerintah Kota Medan
Seperti yang telah dikemukakan pada anailisis sebelumnya tentang beberapa faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya pengimplementasian E-Government , maka berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa masalah atau hambatan yang menyebabkan terhambatnya pengimplementasian E-Governmentyang lebih baik.
a. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dilingkungan pemerintahan untuk pelayanan publik baik secara vertikal maupun horizontal masih rendah, sebagian besar masih mengandalkan layanan tatap muka (face to face). Hal ini menyebabkan pengembangan pelayanan transaksi online tidak menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik terutama untuk mendukung pengembangan E-Governmentdi berbagai sektor
b. Belum adanya model pelayanan transaksi online dalam sektor tertentu di lingkungan pemerintahan menyebabkan rendahnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang murah, mudah dan transparan.
c. Minimnya pengembangan aplikasi pelayanan piblik secara terpusat dan minimnya tuntutan pemerintah pusat terhadap pemerolehan data melalui
(40)
pemrosesan seketika (real time) yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik online . Hal ini menyebabkan kurang terdorongnya unsur pemerintah di daerah untuk mengembangkan pelayanan online. d. Minimnya sumber daya manusia yang menguasai pengoprasian
teknologi Informasi dan berinovasi pada pengembangan perangkat keras maupun lunak guna penunjang terimplementasinya E-Governmentdengan baik.
e. Minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh Diskominfo Kota Medan guna mendukung terwujudnya Implementasi E-Governmentyang bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
(41)
BAB VI PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat disimpulkan bahwa E-Government pada Pemerintah Kota Medan telah diimplementasikan dengan cukup baik, hanya saja implementasi E-Government tersebut masih memiliki kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari internal implementor E-Governmentitu sendiri atau pun dari masyarakat yang merasakan manfaat dari adanya E-Government.
Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya adalah :
a. Minimnya sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai guna mendukung terciptanya E-Government yang baik pada Pemerintah Kota Medan.
b. Minimnya sosialisai yang dilakukan untuk masyarakat oleh implementor E-Government guna mewujudkan manfaat dari pengimplementasian E-Government yang merata
c. Minimnya rasa ingin tahu masyarakat terhadap adanya inovasi-inovasi baru terhadap bentuk pelayanan publik yang memungkinkan
(42)
masyarakat memperoleh informasi dengan mudah dan menyampaikan aspirasi tanpa perlu melakukan tatap muka.
6.2.SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan, diusulkan beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak dalam pengimplementasian E-Government.
1. Perlu diadakan pelatihan bagi pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti perkembangan teknologi saat ini
2. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan sebaiknya lebih sering melakukan pengembangan dalam implementasi E-Governmentdan lebih gencar untuk melkukan sosialisasi kepada masyarakat terkait E-Government
3. Pemerintah perlu mengupayakan anggaran yang akan digunakan untuk menunjang fasilitas dan proses sosialisasi E-Government di Kota Medan.
4. Masyarakat Kota Medan sudah seharusnya menjadi masyarakat yang lebih peduli terhadap inovasi-inovasi baru di bidang pelayanan publik guna mendukung terciptanya pelayanan publik yang lebih baik
(43)
BAB II
KERANGKA TEORI
Menurut Rianto (dalam Singarimbun, 2008:29), kerangka teori/teoritical frame work adalah kerangka berfikir kita yang bersifat teoritis atau konseptual mengenai masalah yang kita teliti. Teori merupakan proposisi atau asumsi yang telah dibuktikan kebenarannya. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.1. Kebijakan Publik
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.
Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu.
(44)
Sedangkan Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:
a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.
b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Konsep kebijakan publik ternyata juga dimaknai dan dirumuskan secara beragam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar defenisi yang dikemukakan dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu
(45)
yang ingin dilihat. Pandangan pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.
R.S Parker dalam Wahab, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. Dye merumuskan kebijakan publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu.
Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (policy implementation). Mereka melihat kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu dan mempunyai dampak dan akibat-akibat yang diramalkan (predictable), atau dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal Wood dalam Wahab, bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksi/perintah dari para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai
(46)
Namun pada hakekatnya, bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi sehingga defenisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai. Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik, Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:
1. Agenda Setting (agenda kebijakan)
Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk menyelesaikan masalah publik tersebut.
2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)
Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan
(47)
memecahkan masalah yang di dalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih.
3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)
Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan. Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang dinginkan dan juga mengidentifikasi alternatif-alternatif dengan menggunakan kriteria-kriteria yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar dari pada efek negative yang akan terjadi.
4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)
Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor (birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program.
5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai
(48)
dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagaieksekutif) untuk mengetahui apakah program yang dibuat oleh pemerintah telah mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui apa penyebabnya sehinggga kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.
2.2. Implementasi
Menurut Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2004:64) yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya.
Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesedian dilaksanakan keputusan tersebut oleh kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan badan yang mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan perbaikan) terhadap undang- undang/ peraturan yang bersangkutan.
(49)
Meter dan Horn (Wibawa, 1994:15), mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan didalam kebijakan.
Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 1991:51), menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan, yang merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian
Selain itu Patton dan Sawicki (dalam Tangkilisan, 2003:78), berpendapat bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan.
Jones dalam Tangkilisan, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan.
(50)
Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu
(1) penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan,
(2) organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan,
(3) penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.
Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif.
Kemudian dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal dengan beberapa model, antara lain:
(51)
1. Model Gogin
Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk mensrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
2. Model Grindle
Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi, (2) jenis atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya tanggap.
3. Model Meter dan Horn
Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu: (1) standar kebijakan dan sasaran yang
(52)
sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan. 4. Model Deskriptif
William N. Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian; dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1) Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah sebuah proses pelaksanaan kebijakan yang telah direncanakan dan disetujui sebelumnya, guna mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan didalam kebijakan yang telah disetujui yang dimana proses keberhasilannya dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari faktor internal
(53)
2.3.E-Government
Electronic Government atau yang biasa kita dengar sebagai E-Government menurut Keppres No. 20 Tahun 2006 E-E-Government adalah pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkanefisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Peranan teknologi informasi dalam proses bisnis membuat organisasi berusaha untuk mengimplementasikan teknologi informasi untuk proses terintegrasi.
Menurut Heeks (2001), E-Governmentlahir karena revolusi informasi danrevolusi pemerintahan. Berbagai kendala implementasi E-Government di Indonesiabaik fisik maupun sosial ekonomi yang menjadi penyebabnya. Indonesia harusmampu mendayagunakan potensi teknologi untuk keperluan:
1. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasidan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial danekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapaiseluruh wilayah negara.
2. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembangdengan teknologi yang mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas.
3. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar
(54)
daya saing ekonomi nasional dalam persaingan global dapat diperkuat.
4. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, sertamemperlancar interaksi antarlembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkatpusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk pemerintahan yangefektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
World Bank Group (2001) menyatakan .E-Government refers to the use bygovernment agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, theInternet, and mobile computing) that have the ability to transform relations withcitizens, businesses, and other arms of government. These technologies can serve avariety of different ends: better delivery of government services to citizens, improveinteractions with business and industry, citizen empowerment throught access toinformation, or more efficient government management.. Artinya penggunaanteknologi informasi oleh aparat pemerintah mampu meningkatkan hubungan denganwarga negara, pelaku bisnis dan dengan sesama pemerintah itu sendiri. Teknologi Informasimemberikan banyak manfaat di bidang perbaikan pelayanan pemerintah,meningkatkan interaksi dengan pelaku bisnis dan industri, serta pemberdayaan warganegara melalui informasi atau menjadikan manajemen pemerintahan yang efektif danefisien.
(55)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa E-Government merupakan sebuah pemanfaatan teknologi informasi dalam pemerintahan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan banyak pihak selain masyarakat.
2.3.1. Manfaat E-Government
Dalam bukunya Electronic Government, Prof, Richardus Eko Indrajit menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep E-Government bagi suatu negara, antara lain:
• Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas danefisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
• Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraanpemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance;
• Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yangdikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;
• Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumberpendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan; dan
(56)
• Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepatmenjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahanglobal dan trend yang ada; serta
• Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
2.4.Implementasi E-Government
Implementasi E-Government merupakan pelaksanaan penerapan sistem Electronic Government pada pemerintahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Pada pelaksanaan E-Government, informasi, komunikasi, dan transaksi antara masyarakat dan pemerintah dilakukan via internet. Sehingga ada beberapa manfaat yang dihasilkan seperti misalnya, komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, bahkan mobile di manapun tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan atau tempat-tempat pelayanan umum. Akselerasi kecepatan pelayanan berarti juga merupakan penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya.
Untuk implementasi E-Government lebih ditekankan pada enam pilar besar yaitu: Perencanaan (Technology Blue Print), Infrastruktur (Hardware System andNetworking), Sistem Aplikasi (Software system), Procurement, Sumber Daya Manusia (Training and Procedure), dan Sistem Integrasi
(57)
(System Integrator). Model E-Government yang diterapkan di negara-negara luar adalah menggunakan model empat tahapan perkembangan yang meliputi: 1. Fase pertama, berupa penampilan website (web presence) yang berisi
informasidasar yang dibutuhkan masyarakat.
2. Fase kedua, fase interaksi yaitu isi informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website pemerintah.
3. Fase ketiga, tahap transaksi berupa penerapan aplikasi atau formulir untuk secaraonline mulai diterapka n.
4. Fase keempat, fase transformasi berupa pelayanan yang terintegrasi, tidak hanyamenghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi lainyang terkait (pemerintah ke antarpemerintah, sektor non pemerintah, serta sektorswasta).
Menurut Seifert dan Bonham (2003) ada empat tipe penerapan E-Government: 1. Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitudi mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologiinformasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi denganmasyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan dari dibangun aplikasi EGovernment;bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat denganmudah menjangkau pemerintahannya untuk pemenuhan berbagai kebutuhanpelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya
(58)
adalah sebagai berikut: DepartemenAgama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untukmelangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapatmempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai.
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuahlingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapatberjalan sebagaimana mestinya. Contoh dari aplikasi E-Government berjenis G-to-B ini adalah sebagai berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudahmenjalankan aplikasi berbasis web menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.
3. Government to Government
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Berbagai penerapan E-government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal antara lain: Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jendral untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang sedang berada di tanah air. Aplikasi yan menghubungkan kantor-kantor pemerintahan setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain di mana pemerintah setempat
(59)
menabung dan menanamkan uangnya. Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dan wilayah negara (cegah dan tangkal).
4. Government to Employees
Pada akhirnya aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat. Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini salah satunya: Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan, yang merupakan hak dari pegawai hak pemerintahan sehingga yang bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya.
Wujud nyata dari aplikasi E-Government yang telah umum dilaksanakan dan diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Pengembangan E-Government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu:
1. Tingkat 1 merupakan tingkat Persiapan berupa pembuatan situs web sebagaimedia informasi dan komunikasi pada setiap lembaga serta sosialisasi situs webuntuk internal dan publik.
(60)
2. Tingkat 2 merupakan tingkat Pematangan yang berupa pembuatan situs webinformasi publik yang bersifat interaktif dan pembuatan antarmukaketerhubungan dengan lembaga lain.
3. Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang berisi pembuatan situs web yang bersifattransaksi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan datadengan lembaga lain.
4. Tingkat 4 adalah tingkat Pemanfaatan yang berisi pembuatan aplikasi untukpelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government toBusiness (G2B), Government to Consumers (G2C).
Pada situs web pemerintah daerah ada sejumlah kriteria yang ditetapkan olehKementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) dalam bukupanduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah. Kriteria yang diberikan merupakan gambaran ciri-ciri kunci bentuk dasar situs web pemerintah daerah yang terdiri dari:
1. Fungsi, aksesibilitas, kegunaan; Isi informasi situs web pemerintah daerahberorientasi pada keperluan masyarakat, yaitu menyediakan informasi danpelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.
2. Bekerjasama; Situs web pemerintah daerah harus saling bekerjasama untukmenyatukan visi dan misi pemerintah. Semua dokumen pemerintah yang pentingharus memiliki URL (Uniform Resource Locator) yang tetap, sehingga mesinpencari (search engine) dapat menghubungkan kepada informasi yang diinginkansecara langsung.
(61)
3. Isi yang Efektif; Masyarakat pengguna harus mengetahui bahwa informasitertentu akan tersedia pada situs-situs pemerintah daerah manapun.
4. Komunikasi Dua Arah; komunikasi yang disediakan pada situs web pemerintahdaerah dalam bentuk dua arah (interaktif). Situs web pemerintah daerah harusmemberikan kesempatan pengguna untuk menghubungi pihak-pihak berwenang,menjelaskan pandangan mereka, atau membuat daftar pertanyaan mereka sendiri.
5. Evaluasi Kesuksesan; Situs-situs web pemerintah daerah harus memiliki sistem untuk mengevaluasi kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi kebutuhan penggunanya. Artinya Situs-situs web pemerintah daerah harus mengumpulkan, minimal statistik angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman, permintaan yang sukses dan tidak sukses, halaman yang sering dikunjungi dan jarang dikunjung, halaman rujukan utama. Informasi tambahan mengenai siapa yang menggunakan situs ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanansangatlah direkomendasikan.
6. Kemudahan Menemukan Situs; pihak pemda harus mempromosikan situs webnyadan mendaftarkannya ke mesin pencari.
7. Pelayanan yang diatur dengan baik; Pihak pemda harus menggunakan sumberyang terpercaya; strategi yang jelas, tujuan, dan target pengguna; serta strategipengembangan masa depan, termasuk langkah menuju pusat data yang dinamisdari media digital lainnya.
(62)
2.4.1. Elemen Sukses Implementasi E-government 1. Support
Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep E-Government, bukan hanya sekedar mengikuti zaman atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip E-Government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan E-Government dapat berjalan dengan mulus. Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen “top down”, maka jelas dukungan implementasi program E-Government yang efektif harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level tertinggi (Presiden dan para pembatunya – Menteri) sebelum merambat ke level-level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan dukungan di sini juga bukanlah hanya pada omongan semata, namun lebih jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk halhal sebagai berikut:
• Disepakatinya kerangka E-Governmentsebagai salah satu kunci sukses negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;
• Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu, informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun konsep ini dengan semangat lintas sektoral;
(63)
• Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan E-Government
• Disosialisasikannya konsep E-Governmentsecara merata, kontinyu, konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik.
2. Capacity
Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” E-Governmentterkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:
• Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif E-Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial;
• Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsepE-Government; dan
• Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan agar penerapan E-Governmentdapat sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu atau lebih elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya sebuah pemerintah
(64)
tertentu dalam usahanya untuk menerapkan E-Government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber daya krusialyang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol) pemerintah. Justru pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat memiliki ketiga prayarat tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra dengan pemerintah daerah/negara tetangga, merekrut SDM terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain sebagainya.
3. Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari sisi pemerintahselaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif E-Governmenttidak akan adagunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini, yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-Government bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah maka pemerintah harus benarbenar teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi E-Government apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-benar memberikan value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat justru akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang akan semakin mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep E-Government.
(1)
10. Terima kasih untuk sahabat – sahabat seperjuanganku atas dukungan, semangat, dan kebersamaan kita selama ini di masa kuliah
11. Buat teman – teman magangku terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini di masa kuliah internship
12. Buat rekan – rekan AN’13 terima kasih atas kebersamaannya selama ini
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktu, ide, dan saran yang membangun selama pembuatan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 8 Maret 2017
(2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………....i
DAFTAR ISI...………....iv
DAFTAR GAMBAR………...vi
DAFTAR TABEL …...……….……...vii
ABSTRAK………...…viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2.Rumusan Masalah ... ....6
1.3.Tujuan Penelitian...7
1.4.Manfaat Penelitian...9
1.5.Sistematika Penulisan...10
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka Teori...11
2.1. Pengertian Kebijakan Publilk...8
2.1. Pengertian Implementasi...12
2.2. Pengertian E-Government...17
2.2.1. Manfaat E-Government...19
2.3. Pengertian Implementasi E-Government... 20
2.3.1. Elemen Sukses Implementasi E-Government…....26
2.4. Definisi Konsep...29
(3)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian... 31
3.2. Fokus Penelitian...31
3.3. Lokasi Penelitian... .31
3.4. Informan Penelitian...32
3.5. Teknik Pengumpulan Data...32
3.6.Teknik Analisa Data...34
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kota Medan...36
4.2. Gambaran Umum Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan...40
BAB V DATA DAN ANALISA DATA 5.1. Data Hasil Wawancara...58
5.2. Data Pencapaian Kinerja Diskominfo 2011-2015...64
BAB VI PENUTUP 6.1.Kesimpulan...74
6.2. Saran...75
(4)
DAFTAR GAMBAR
4.2.3. Struktur organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika kota Medan……41
(5)
DAFTAR TABEL
4.2.5 Tabel Kepegawaian………54 4.2.5. Tabel Aset………..56
(6)
ABSTRAK
E-Government merupakan hal yang baru dalam bidang pelayanan publik dimana E-Government ini memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam pelayanannya sehingga memungkinkan agar masyarakat bisa memperoleh informasi dengan mudah dan cepat. Pada pemerintah Kota Medan E-Government telah diimplementasikan dibuktikan dengan adanya website yang dikelola oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan guna menungkatkan kualitas pelayanan publik tertutama dalan hal kemudahan akses Informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi E-Government pada Pemerintah Kota Medan dan masalah-masalah apa saja yang dihadapi pada saat pengimplementasiannya, selain itu penelitian ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pembaca dan masyarakat luas bahwasanya di era modern ini telah ada sebuah inovasi dibidang pelayanan publik yang memungkinkan kita untuk memperoleh informasi dengan cepat dan menyampaikan aspirasi pada pemerintah tanpa perlu melakukan tatap muka. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber datanya adalah dua informan kunci dan tujuh informan tambahan didukung oleh dokumentasi dan pustaka sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara.
Dari hasil wawancara dan observasi maka dapat diketahui bahwa implementasi E-Government pada Pemerintah Kota Medan telah berjalan dengan cukup baik, hanya saja dalam pengimplementasiannya masih terdapat beberapa kekurangan seperti fasilitas, sumber daya manusia dan minimnya partisipasi masyarakat Kota Medan guna mendukung terimplementasinya E-Government yang lebih baik.
Kata Kunci (keyword): Impementasi E-Government, Akses Informasi