Bureaucratic Authoritarian HUBUNGAN NEGARA-MASYARAKAT PADA ERA SOEHARTO

Indonesia dimasa Orde Baru bersifat otoriter birokratik dan koorporatis Negara. Hubungan antara Negara dengan masyarakatpun terbatas. Dimana kekuasaan dan partisipasi dalam keputusan nasional hampir seluruhnya terbatas pada pegawai negeri, khususnya perwira dan birokrat tingkat tinggi, yang dikenal sebagai teknokrat. Hubungan antara Negara dan masyarakat

1.4 Bureaucratic Authoritarian

Model ini diperkenalkan oleh Dwight Y.King, yang mengambil konsep yang semula digunakan oleh Juan Linz dalam studi empirsinya tentang Spanyol dibawah Jenderal Franco. Kepolitikan otoritarian birokratik memusatkan suatu dominasi politik yang jelas, modern, dan relative stabil yang timbul dibawah kondisi-kondisi histroris, lingkungan,dan politik tertentu. Karena kelebihan pada struktur dan prosesnya, kepolitikan ini mampu bertahan dan mengontrol berbagai tekanan yang dapat menimbulkan destabilisasi selama berlangsungnya modernisasi. Model ini menumbuhkan legitimasi kompleks berdasarkan prinsip- prinsip perpaduan tradisional yang diperhitungkan. Model ini sendiri ditandai dengan empat hal: 1. Kewenangan tertinggi berada pada sebuah oligarki atau militer sebagai suatu institusi, dibandingkan dengan seorang penguasa yang eksklusif. Sehingga asumsinya, pengambilan keputusan yang bersifat teknokratik-birokratik dapat diterima melalui cara konstruktif dan 54 Arief Budiman, Ibid, hal.59. Universitas Sumatera Utara musyawarah antara kelompok penguasa dan peranan sentral dalam struktur birokrasi yang lebih luas, bukan oleh militer semata-mata. 2. Mentalitas teknokratik yang merata sebagai lawan dari ideology yang dikembangkan. Inilah yang membedakannya dengan rezim totaliter yang lainnya. 3. Kemauan massa untuk bekerja dalam kerangka berpikir penerimaan apatis terhadap rezim. Hal ini sesuai dengan kurangnya kepentingan bangunan elite penguasa dalam mobilisasi massa untuk mendukung suatu basis yang berkesinambungan. Seperti kebijakan depolitisasi, deparpolisasi, floaring mass, dan pandangan bahwa aktifitas politik di luar Golkar adalah tidak proporsional dan ketinggalan zaman primordialistik. 4. Upaya mencapai suatu pluralisme terbatas dengan menggunakan cara- cara yang represif, kooptasi, dan tipikal dalam suatu jaringan kerja organisasi korporatis. Kelemahan model ini sendiri adalah, ciri-ciri politik Orde Baru tidak selamanya sama dengan ciri-ciri Negara OB versi Donnel atau koorporatisme versi Schmitter. Mochtar Mas’oed mengidentifikasikan tiga kelemahan model OB: 1. sedikitpun tidak menyinggung masalah perwakilan rakyat,2 Konsep OB itu sangat bersifat Amerika Latin, dan 3 Gagal memahami dinamika kantor Universitas Sumatera Utara kepresidenan sebagai sesuatu yang berbeda dengan lembaga birokrasi lainnya serta dengan kepentingannya sendiri. 55 Varian dari proses menguatnya Negara dalam fenomena industrialisasi yang paling berpengaruh dan berwibawa dalam perdebatan “teori Negara” di dunia ketiga adalah konsepsi Negara otoriter birokratis dari O Donnell. Konsep ini Dalam Negara Orde Baru, peran Soeharto sangat besar, namun terlalu sederhana jika kita hanya menyebutnya sebagai dictator. Kelihaiannya menjaga status Quo lewat jalur konstitusional, yang direkayasa dan citra dirinya sebagai abdi Negara membuat tidak mudah memasukkannya sebagai dictator. Ditambah lagi dengan keahliannya mengkooptasi elemen-elemen masyarakat supaya mereka patuh dan loyal kepadanya. Masyarakat melakukan penundukan diri dimasa pemerintahan Soeharto. Militer sendiri merupakan institusi yang paling berpengaruh dan ujung tombak dari Negara Orde Baru ini. Tidak mudah juga mengatakan, bahwa Negara Orde Baru berkuasa layaknya junta militer atau menyebutnya diktator militer. Sebab, dominasi ABRI sendiri tidak diawali dengan kudeta militer yang banyak terjadi di Negara yang lainnya. Perlu kita ketahui bersama, bahwa kekuasaan militer juga melibatkan peranan masyarakat sipil, serta tidak melulu mengandalkan represi untuk membangun kepatuhan masyarakat. Dalam hal ini Negara Orde Baru mampu dan telah berhasil menciptakan gaya atau ciri khas sendiri kepemimpinannya dalam praktek kekuasaannya. 55 Mochtar Mas’oed, Ekonomi danStruktur Politik: Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3ES, 1989, hal.9-10. Universitas Sumatera Utara memperjelas hubungan antara kekuasaan Negara yang semakin meluas dengan taraf pembangunan ekonomi khususnya industrialisasi di Negara-negara berkembang. Stabilitas menjadi suatu keharusan , di sinilah peranan militer dan birokrasi menjadi penting karena mampu menjawab persoalan yang ada.

1.5 Negara Birokratik Otoriter Korporatis