Harga pokok alat Lampiran SE Men PU no 2 thn 2013 Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan bidang PU

15 dari 339 Setiap jenis peralatan mempunyai umur ekonomisnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu jenis peralatan dengan jenis peralatan lain nya. Pada umumnya di nyatakan dalam tahun pengoperasian. Umur ekonomis suatu peralatan dapat berubah menjadi lebih singkat yang diakibatkan antara lain karena cara pengoperasian yang tidak baik dan tidak benar serta pemeliharaan dan perbaikannya tidak baik. Umur ekonomis peralatan yang di pakai untuk perhitungan dalam panduan ini di ambil sesuai data dalam referensi yang di pakai

e. Jam kerja alat per tahun

Pada peralatan yang bermesin maka jam kerja peralatan atau jam pemakaian peralatan akan dihitung dan di catat sejak mesin di hidupkan sampai mesin dimatikan. Selama waktu jam pelaksanaan kegiatan pekerjaan maka peralatan tetap dihidupkan, kecuali generating set gen set yang selalu tetap di hidupkan, untuk peralatan tidak bermesin maka jam pemakaiannya sama dengan jam pelaksanaan kegiatan pekerjaan. Jumlah jam kerja peralatan W dalam 1 satu tahun. CATATAN 1: - Untuk peralatan yang bertugas berat, dianggap bekerja terus menerus dalam setahun selama 8 jamhari dan 250 haritahun, maka : W = 8 x 250 = 2000 jamtahun - Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang, dianggap bekerja 200 hari dalam 1 tahun dan 8 jamhari, maka : W = 8 x 200 = 1600 jamtahun - Untuk peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja selama 150 haritahun dan 8 jamhari, maka : W = 8 x 150 = 1200 jamtahun

f. Harga pokok alat

Harga pokok perolehan alat B yang dipakai dalam perhitungan biaya sewa alat atau pada analisis harga satuan dasar alat. Sebagai rujukan untuk harga pokok alat adalah Perpres nomor 54 tahun 2010 pasal 66 ayat 7, dan perubahannya dalam Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Apabila tidak ada, dapat menggunakan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15KPTSM2004 tanggal 17 Desember 2004 dengan memperhitungkan faktor inflasi. Harga yang tercantum dapat terjadi melalui persyaratan jual beli apakah barang tersebut loko gudang, franco gudang, free on board, serta kadang-kadang penjual harus menanggung cost, freight, and insurance atas barang yang dikirim. 1 Loko Gudang Pada syarat jual beli ini, pembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual ke gudang pembeli. 2 Franco Gudang Kebalikannya syarat jual beli loko gudang, pada syarat jual beli ini, penjual menanggung biaya pengiriman barang sampai ke gudang pembeli. 3 Free on Board Bila terjadi perdagangan dengan luar negeri, pembeli bisa saja dikenakan syarat jual beli free on board. Pemberitahuannya biasanya dikirim lewat surat bisnis atau email. Free on board adalah syarat jual beli yang membebankan biaya pengiriman barang BALITBANG PU HAK CIPTA SESUAI KETENTUAN DAN ATURAN YANG BERLAKU, COPY DOKUMEN INI DIBUAT UNTUK SISTEM INFORMASI STANDAR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN TIDAK UNTUK DI KOMERSIALKAN 16 dari 339 kepada pembeli dari luar negeri. Biaya pengiriman barangnya meliputi biaya dari pelabuhan muat penjual sampai ke pelabuhan penerima yang digunakan oleh si pembeli. Penjual di dalam negeri, dalam hal ini Indonesia, hanya menanggung biaya pengangkutan sampai ke pelabuhan muatnya saja. 4 Cost, Freight, and Insurance Dalam surat perjanjian jual beli kadang-kadang disebutkan bahwa penjual harus menanggung cost, freight and insurance. Pembeli tidak perlu bingung dengan syarat jual beli ini. Cost, freight and insurance ini adalah syarat jual beli sehingga penjual harus menanggung biaya pengiriman barang dan asuransi kerugian atas barang yg dikirim.

g. Nilai sisa alat