Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas Dan Struktur Permodalan Perusahaan Periode 2010-2012
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA TERHADAP
PROFITABILITAS DAN STRUKTUR PERMODALAN PERUSAHAAN
PERIODE 2010-2012
OLEH
PESTA RIA PRATIWI HUTAHAEAN 100503180
PROGRAM STUDI S1-AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate
Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas dan
Struktur Permodalan Perusahaan Periode 2010-2012” adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin
dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,
NIM 100503180
(3)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY INDUSTRI
PERBANKAN INDONESIA TERHADAP PROFITABILITAS DAN STRUKTUR PERMODALAN PERUSAHAAN PERIODE 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap profitabilitas dan struktur permodalan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Menggunakan dua model regresi, penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA) sebagai indikator untuk mengukur profitabilitas dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai indikator untuk mengukur struktur permodalan perusahaan. Pengungkapan CSR diukur dengan Corporate Social Disclosure Index (CSDI) dan terdiri atas empat tema pengungkapan, yaitu tema lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta tema kemasyarakatan dan umum.
Hasil penelitian pada model pertama menunjukkan bahwa pengungkapan CSR secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Secara parsial, hanya tema ketenagakerjaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian pada model kedua menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR, baik secara serempak maupun secara parsial.
Kata Kunci : Tanggung Jawab Sosial, Pengungkapan CSR, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio
(4)
ABSTRACT
ANALYZIS THE INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY OF INDONESIAN BANKING INDUSTRIES TO ITS PROFITABILITY AND
CAPITAL STRUCTURE IN 2010-2012
This study is aimed to analyze the effect of disclosuring Corporate Social Responsibility (CSR) on profitability and capital structure of the banking companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2012. Using two regression models, this study uses Return on Assets (ROA) as an indicator to measure profitability and Capital Adequacy Ratio (CAR) as an indicator to measure the capital structure of the company. CSR disclosure is measured by Corporate Social Disclosure Index (CSDI) and has four themes of disclosure, those are environment-energy themes, labor themes, product-customer themes and social-general themes.
The results of the study show that the first model of CSR disclosure simultaneously has the positive significant effect on ROA. Partially, only labor themes have positive significant effect on ROA. The results of the second model show that the CSR has no significant effect on CAR, neither simultaneously nor partially.
Keywords : Corporate Social Responsibility, CSR Disclosure, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio
(5)
KATA PENGANTAR
Allahku, Bapa yang penuh cinta dan kasih sayang, Pencipta langit, bumi dan
segala isinya, Penguasa atas kehidupan pun maut, Pemilik kekekalan dan Yang
Abadi. Meski tak cukup layak diri menghadap, biarlah tekukan lutut ini
menyampaikan syukur tiada henti untuk setiap karya ajaibMu, Yesusku, dalam
tiap helaan napasku, dalam tiap dentuman jantungku, pun dalam tiap tetesan
darahku. Bahkan ketika skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate
Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas dan
Struktur Permodalan Perusahaan Periode 2010-2012”ini penulis selesaikan demi
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara, rasa syukur ini pun terus mengalir.
Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta penulis, Ayahanda Amestor
Hutahaean, SH., dan Ibunda Ratna Br. Hutapea yang tiada lelah membesarkan dan
mendidik ananda, terima kasih atas doa, kasih sayang dan kesabaran juga untuk
dukungan moril, materil dan spiritual semasa ananda hidup sampai detik ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.
Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA
2. Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi, Bapak Dr. Syafruddin Ginting
(6)
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi S1-Akuntansi, Bapak Drs. Firman
Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak
4. Dosen pembimbing, Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak, atas
bimbingan, arahan serta waktu yang diberikan semasa penulisan skripsi ini
berlangsung sampai selesainya
5. Dosen pembaca penilai, Bapak Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak, CPA
6. Ketiga adik yang penulis sayangi, Jonathan William Hamonangan
Hutahaean, Zustia Aprillah Hutahaean dan Cindy Dewi Margaretha
Hutahaean, terima kasih untuk tiap doa tulus kalian ya, dek, bahkan karena
telah hadir dan menjadi penyemangat bagi kakak.
Kepada Tulang Yessi, Tulang Bahal dan Uda Eric beserta seluruh keluarga,
terima kasih untuk semua bantuan, doa dan dukungan kalian bagi penulis.
Penulis mohon maaf telah banyak merepotkan selama ini.
Kepada sahabat seperjuangan di prodi S1-Akuntansi 2010, Hanum (Adek),
Rini, Eka, Putri, Mery, Friska (Eda), Sally, Inez, Bintang dan yang lainnya,
terima kasih untuk setiap pengalaman yang telah kita ukir bersama selama
hampir empat tahun ini.
Kepada sahabat seatap di Asrama Putri USU, kak Shinta, kak Delvi, kak
Nerly, kak Dina, kak Eirene, kak Anne, kak Veny, kak Monica, kak Repi,
Rani, Romian, Devi, Ivo, Nita, Sastri, Detta, Stephanie, Ocha, Novi dan
sahabat dari masa SD hingga sekarang, Obrin, terima kasih untuk setiap
(7)
dukaku dan telah memberi warna pada kanvas putihku di universitas,
semoga persahabatan ini tetap terjalin tiada berakhir.
Kepada kak Ekaristi Manaö, kakak kelompok penulis, dan teman-teman di
Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) terima kasih telah
memberikan pengalaman spiritual yang luar biasa dan sangat membantu
kebangunan rohani penulis.
Terima kasih juga kepada PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan Kemdiknas yang
telah memberikan beasiswa dan berbagai pengalaman serta kesempatan
berharga kepada penulis semasa perkuliahan.
Dan kepada semua pihak, sahabat dan keluarga yang tidak dapat dituliskan
satu per satu, kebaikan kalian akan selalu penulis kenang, terima kasih
untuk semua bantuan dan doanya.
Demikianlah, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
yang ada. Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan dan
kesalahan adalah milik manusia. Kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan kualitas di masa mendatang.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya. Selamat membaca.
Medan, Januari 2014 Penulis,
NIM 100503180
(8)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar BelakangMasalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuandan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Sustainable Development ... 10
2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 11
2.1.2.1 Definisi CSR ... 11
2.1.2.2 Manfaat CSR ... 13
2.1.2.3 Pengungkapan CSR ... 14
2.1.3 Stakeholders Theory ... 16
2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 18
2.1.5 Profitabilitas ... 22
Return on Assets (ROA) ... 23
2.1.6 Permodalan Bank ... 24
Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 25
2.2 Penelitian Terdahulu ... 27
2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ... 29
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 29
2.3.2 Pengembangan Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .. 32
3.1.1 Variabel Independen ... 32
Corporate Social Responsibility (CSR) ... 32
3.1.2 Variabel Dependen ... 33
Return on Assets (ROA) ... 33
Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 34
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
(9)
3.5 Metode Analisis Data ... 37
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif ... 38
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
3.5.2.1 Uji Normalitas ... 38
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ... 39
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39
3.5.2.4 Uji Autokorelasi ... 39
3.5.3 Uji Model (Goodness of Fit) ... 40
Koefisien Determinasi ... 40
3.5.4 Uji Hipotesis ... 41
3.5.4.1 Uji Statistik F ... 42
3.5.4.2 Uji Statistik t ... 42
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 44
4.2 Hasil UjiAsumsi Klasik ... 45
4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 46
4.2.1.1 Model I ... 46
4.2.1.2 Model II ... 49
4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
4.2.2.1 Model I ... 52
4.2.2.2 Model II ... 53
4.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 53
4.2.3.1 Model I ... 54
4.2.3.2Model II ... 55
4.2.4 Hasil UjiAutokorelasi ... 56
4.2.4.1 Model I ... 56
4.2.4.2 Model II ... 57
4.3 Hasil Uji Model (Goodness of Fit) ... 57
4.3.1 Model I ... 58
4.3.2 Model II ... 58
4.4 Hasil Uji Hipotesis ... 59
4.4.1 Uji Statistik F ... 59
4.4.1.1 Model I ... 60
4.4.1.2 Model II ... 61
4.4.2 Uji Statistik t ... 61
4.4.2.1 Model I ... 62
4.4.2.2 Model II ... 63
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis I ... 64
4.4.4 Hasil Uji Hipotesis II ... 66
4.5 Pembahasan Hasil Analisis ... 68
BAB V PENUTUP ... ... ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72
(10)
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN... ... 77
(11)
DAFTAR TABEL
Keterangan Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel ... 35
Tabel 4.1 Hasil Analisis StatistikDeskriptif ... 43
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov – Model I ... 46
Tabel 4.3 Hasil UjiKolmogorov-Smirnov – Model II ... 49
Tabel 4.4 Hasil UjiMultikolinearitas – Model I ... 52
Tabel 4.5 Hasil UjiMultikolinearitas – Model II ... 53
Tabel 4.6 Hasil UjiAutokorelasi – Model I ... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi – Model II ... 57
Tabel 4.8 Hasil UjiGoodness of Fit – Model I ... 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Goodness of Fit – Model II ... 58
Tabel 4.10 Hasil Uji F – Model I ... 60
Tabel 4.11 Hasil Uji F – Model II ... 61
Tabel 4.12 Hasil Uji t – Model I ... 62
Tabel 4.13 Hasil Uji t – Model II ... 63
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis I ... 65
(12)
DAFTAR GAMBAR
Keterangan Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30
Gambar 4.1 Grafik Histogram – Model I ... 47
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot – Model I ... 48
Gambar 4.3 Grafik Histogram – Model II ... 50
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot – Model II ... 51
Gambar 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas – Model I ... 54
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Keterangan Judul Halaman
Lampiran1 Daftar Populasidan Sampel ... 77
Lampiran2 Item-Item Tema Pengungkapan CSR ... 79
Lampiran3 Data Variabel PenelitianTahun 2010 ... 81
Lampiran4 Data Variabel PenelitianTahun 2011 ... 82
Lampiran5 Data Variabel PenelitianTahun 2012 ... 83
Lampiran6 Output SPSS – Model I ... 84
(14)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY INDUSTRI
PERBANKAN INDONESIA TERHADAP PROFITABILITAS DAN STRUKTUR PERMODALAN PERUSAHAAN PERIODE 2010-2012
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap profitabilitas dan struktur permodalan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Menggunakan dua model regresi, penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA) sebagai indikator untuk mengukur profitabilitas dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai indikator untuk mengukur struktur permodalan perusahaan. Pengungkapan CSR diukur dengan Corporate Social Disclosure Index (CSDI) dan terdiri atas empat tema pengungkapan, yaitu tema lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta tema kemasyarakatan dan umum.
Hasil penelitian pada model pertama menunjukkan bahwa pengungkapan CSR secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Secara parsial, hanya tema ketenagakerjaan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian pada model kedua menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR, baik secara serempak maupun secara parsial.
Kata Kunci : Tanggung Jawab Sosial, Pengungkapan CSR, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio
(15)
ABSTRACT
ANALYZIS THE INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY OF INDONESIAN BANKING INDUSTRIES TO ITS PROFITABILITY AND
CAPITAL STRUCTURE IN 2010-2012
This study is aimed to analyze the effect of disclosuring Corporate Social Responsibility (CSR) on profitability and capital structure of the banking companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2012. Using two regression models, this study uses Return on Assets (ROA) as an indicator to measure profitability and Capital Adequacy Ratio (CAR) as an indicator to measure the capital structure of the company. CSR disclosure is measured by Corporate Social Disclosure Index (CSDI) and has four themes of disclosure, those are environment-energy themes, labor themes, product-customer themes and social-general themes.
The results of the study show that the first model of CSR disclosure simultaneously has the positive significant effect on ROA. Partially, only labor themes have positive significant effect on ROA. The results of the second model show that the CSR has no significant effect on CAR, neither simultaneously nor partially.
Keywords : Corporate Social Responsibility, CSR Disclosure, Return on Assets, Capital Adequacy Ratio
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan segala sesuatu, setiap manusia pasti menginginkan
hasil terbaik atas usaha yang dilakukannya. Hasil dari proses pencapaian itulah
yang kemudian dijadikan tolok ukur atas keberhasilan usaha manusia. Namun
yang perlu ditegaskan adalah sebagian besar dampak usaha tersebut, baik berhasil
ataupun gagal, semua tak lepas dari peran orang lain yang berada di sekitar
manusia tersebut.
Tak ubahnya yang terjadi dalam dunia bisnis. Setiap industri yang
didirikan oleh para pengusaha pasti memiliki hasil akhir yang ingin dicapai.
Kebanyakan industri yang ada memilih profit atau keuntungan sebagai hasil atau
buah atas usaha maupun modal yang telah mereka pertaruhkan sebelumnya.
Keuntungan menjadi nadi perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
agar dapat menjaga keberlangsungan bisnis tersebut. Keuntungan pula yang dapat
menjaga kepercayaan para investor untuk turut menanamkan modal dalam upaya
perluasan sayap bisnis perusahaan dan menjaga kepercayaan masyarakat untuk
mendukung eksistensi perusahaan kedepannya. Terlihat bahwa perusahaan
memerlukan paling tidak investor dan masyarakat dalam proses pencapaian
keuntungan tersebut.
Berbagai cara dan strategi disusun perusahaan dalam upaya peningkatan
(17)
biaya dan menghemat waktu dalam proses bisnisnya, bahkan meniadakan
aktivitas perusahaan yang dinilai tidak efisien.
Seperti yang telah disebutkan diatas, upaya peningkatan keuntungan
perusahaan ini pun tak lepas dari peran masyarakat yang berada disekitar
perusahaan. Masyarakat merupakan pihak penting yang perlu diperhatikan
perusahaan karena dukungannya, baik langsung maupun tidak langsung bagi
perusahaan. Masyarakat juga menjadi pihak yang paling sering terkena dampak
dari aktivitas dan keberadaan perusahaan. Perusahaan sebaiknya menyadari hal ini
dan memberikan komitmen dan kontribusi yang sebesar-besarnya sebagai respon
dan tanggung jawab perusahaan atas dukungan masyarakat bagi mereka.
Dalam tulisannya, Birthcelia (2012:4) menyinggung konsep dalam buku
yang ditulis oleh Elkington (1997) yang berjudul Cannibals with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business yang menegaskan bahwa suatu
perusahaan tidak dapat hanya berpijak pada satu garis dasar unsur tanggung jawab
saja, yaitu aspek ekonomi seperti yang selama ini diperbincangkan. Tiga garis
dasar tersebut dinamakan konsep “3P”, yaitu profit, people dan planet.
Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Perusahaan
harus memusatkan perhatiannya kepada pencarian keuntungan (profit),
keterlibatan yang serius dan sungguh dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat
(people), serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan (planet). Perusahaan akan selalu diperhadapkan dengan dua tanggung
jawab lain tersebut yang memerhatikan aspek sosial, berupa kesejahteraan
(18)
Buruknya keadaan lingkungan dan jauhnya perbedaan taraf ekonomi
masyarakat dengan pelaku usaha sering menjadi pemicu rusaknya hubungan
diantara mereka. Masyarakat mulai melakukan berbagai protes terhadap
perusahaan. Hal ini kemudian dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi
perusahaan. Menyadari hal ini, perusahaan pun mulai menunjukkan kepedulian
dan mengusahakan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan mengadakan suatu
kegiatan sosial yang dilakukan secara rutin, yang kemudian dikenal dengan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan wujud tanggung jawab sosial perusahaan
dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan (Suhandari, 2007 dalam Untung, 2008:1).
Kegiatan CSR ini bahkan telah diwajibkan oleh pemerintah dengan
mengeluarkan kebijakan mengenai Perseroan Terbatas yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayatnya yang pertama yang
berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan.” Di ayat berikutnya dikatakan bahwa pemerintah juga akan
memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakannya. Peraturan ini
jelas memperlihatkan betapa seriusnya pemerintah dalam menyikapi hal ini.
Dari sekian banyak industri yang melaksanakan Corporate Socical
(19)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa industri perbankan
memiliki hubungan yang langsung kepada masyarakat dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, pihak bank sangat perlu untuk menjaga
keselarasan hubungan dengan masyarakat, baik untuk kepentingan keuntungan,
maupun citra perusahaan di mata pemegang saham dan masyarakat.
Namun sangat disayangkan, jangkauan industri perbankan dalam
melaksanakan kegiatan CSR masih terlalu sempit dan belum mengenai sasaran
utama kebutuhan masyarakat. Manajemen bank beranggapan bahwa mereka
belum terlalu perlu untuk melakukan kegiatan CSR dikarenakan teknologi yang
mereka gunakan adalah teknologi bersih dan tidak mencemari lingkungan, seperti
halnya yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan
limbah asap maupun limbah cair. Padahal, industri perbankan juga menghasilkan
sampah-sampah kantor yang tidak dapat dihindari, seperti kertas bekas dan barang
tak terpakai lainnya, yang jika tidak diolah dengan benar akan merusak kesehatan
lingkungan perusahaan.
Selain itu, kegiatan CSR juga dinilai akan menghabiskan banyak dana
dan dan hanya menambah beban dan biaya perusahaan. Dana yang disalurkan
kepada masyarakat biasanya berupa beasiswa pendidikan, santunan kepada
(20)
Perusahaan menganggap masyarakat adalah pihak yang sangat membutuhkan
bantuan mereka, sehingga perusahaan harus berbangga diri karena pertolongan
tersebut.
Kenyataan lainnya, yaitu ketika pihak internal perusahaan, seperti para
karyawan yang juga merupakan pihak yang menjadi sasaran kegiatan CSR
perusahaan, yang telah bekerja keras menjalankan aktivitas-aktivitas bisnis
perusahaan harus menggunakan fasilitas yang terbatas karena berbagai alasan
penghematan.
Dan yang sangat menyedihkan, yaitu ketika masyarakat masih bersikap
skeptis terhadap berbagai kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini bisa
dikarenakan kurangnya sosialisasi akan kegiatan CSR sehingga masyarakat tidak
mengetahui tujuan utama kegiatan ini ataupun dikarenakan kurangnya perhatian
perusahaan saat memberikan berbagai bantuan. Masyarakat menilai bahwa
perusahaan melakukan kegiatan CSR semata-mata sebagai “suapan” untuk
memperbaiki dan meningkatkan citra perusahaan, sehingga dapat menggunakan
masyarakat untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Manajemen perusahaan seharusnya melakukan sosialisasi yang benar
mengenai hakekat dan tujuan kegiatan CSR, terutama kepada para karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut sehingga mereka juga memiliki motivasi yang
benar dalam menjalankannya. Tidak perlu memaksakan keadaan, perusahaan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan CSR sesuai dengan visi, misi, budaya dan
(21)
Kegiatan CSR yang dilakukan industri perbankan juga merupakan salah
satu pertimbangan alternatif bagi investor dalam melakukan keputusan investasi.
Biasanya kegiatan CSR diungkapkan dalam media komunikasi perusahaan dengan
pihak eksternal, yaitu laporan tahunan (annual report) perusahaan, seperti yang
terdapat dalam PSAK No 1 Tahun 2009 (Revisi 1998) paragraf 9 tentang
penyajian laporan keuangan:
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Dengan adanya transparansi atas laporan keuangan dan berbagai kegiatan
perusahaan lainnya, maka akan memudahkan pihak eksternal dalam mengambil
keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi dalam industri perbankan
dapat dilihat melalui kinerja perbankan. Sofyan (2003) dalam Mahardian (2008:3)
menyatakan bahwa kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan
beberapa indikator, diantaranya rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat
bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Selanjutnya, Sofyan menyimpulkan
bahwa indikator yang paling tepat digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank
adalah profitabilitas, yang dinilai dengan tingkat Return on Equity (ROE) untuk
perusahaan umum, dan Return on Asset (ROA) untuk industri perbankan.
Masih dalam Mahardian (2008:4), Mawardi (2005) menyatakan bahwa
ROA dapat berfokus pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning
dalam operasi perusahaan. Jika terjadi peningkatan terhadap ROA, berarti
(22)
ROA berhubungan positif dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, seperti
kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2000 dalam Fathurrahman, 2012:3). Dengan
demikian, jika ROA meningkat, maka CAR juga akan meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah
pengungkapan CSR juga akan memiliki pengaruh yang sama terhadap ROA dan
CAR. Berbagai penelitian sejenis telah dilakukan untuk melihat hubungan antara
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan berbagai variabel
dependen. Penelitian-penelitian tersebut ternyata memiliki hasil yang
berbeda-beda.
Cahya (2010), dalam penelitiannya mengenai gambaran pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan perbankan di Indonesia dan untuk mengetahui
bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa variabel size dan
leverage yang digunakannya berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
CSR, sedangkan variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan.
Widaryanti (2007) menyatakan bahwa diantara berbagai tema
pengungkapan CSR yang ditelitinya, hanya tema lingkungan dan energi yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Syahnaz (2012), dalam hasil penelitiannya meyatakan bahwa CSR
berpengaruh positif terhadap variabel ROA dan ROE, sedangkan terhadap
(23)
Dalam penelitan ini akan dilakukan analisis untuk melihat pengaruh
pengungkapan CSR dengan dua variabel dependen yang telah disebutkan di atas,
yaitu ROA dan CAR. CSR akan dibagi ke dalam empat tema pengungkapan
seperti yang dilakukan oleh Widaryanti (2007), yaitu tema lingkungan dan energi,
tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta tema kemasyarakatan dan
umum. ROA akan digunakan sebagai representasi terhadap profitabilitas
perusahaan perbankan sedangkan CAR akan digunakan sebagai representasi atas
struktur permodalan.
Dilatarbelakangi berbagai hal di atas, peneliti kemudian mengangkat
judul penelitian “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas dan Struktur Permodalan Perusahaan Periode 2010-2012.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh tema-tema pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap Return on Asset (ROA) industri perbankan
di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh tema-tema pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) industri
(24)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui pengaruh tema-tema pengungkapan CSR terhadap ROA
industri perbankan di Indonesia
2. Mengetahui pengaruh tema-tema pengungkapan CSR terhadap CAR
industri perbankan di Indonesia
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi perusahaan dan pemegang saham, agar dapat digunakan sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
keberlangsungan perusahaan di masa mendatang melalui pelaksanaan
kegiatan CSR yang berkesinambungan
2. Bagi investor, agar dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi dalam suatu
perusahaan
3. Bagi akademisi, agar dapat digunakan sebagai referensi dalam
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sustainability Development
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup mulai berkembang setelah
munculnya buku “Silent Spring” oleh Rachel Carson pada tahun 1960-an yang
membicarakan persoalan lingkungan dalam ruang lingkup global. Secara
sederhana, pembangunan berkelanjutan (sustainability development) diartikan
sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan hidup masa sekarang dengan
memperhatikan kesinambungan hidup generasi mendatang. Konsep ini setara
dengan laporan “Our Common Future” oleh komisi bentukan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, World Commission on Environment and Development (WCED)
yang diketuai Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia pada tahun 1987
yang diterbitkan dengan tema Sustainable Development, dan kemudian dikenal
dengan “Laporan Brundtland”. Konsep ini merupakan gagasan dasar yang
berkembang hingga saat ini dengan mengikuti dinamika perubahan dan
menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar
lingkungan yang tinggi (Wibisono, 2007:14-15).
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting untuk dicapai.
Namun dalam prosesnya, kelestarian lingkungan hidup tidak perlu dijadikan
korban. Berbagai variabel, seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan selalu
(26)
ekonomi suatu negara juga dapat mempengaruhi rusaknya lingkungan sehingga
akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakatnya (Siagian dan Suriadi,
2012:63).
Masalah lingkungan merupakan suatu permasalahan kompleks yang
dialami hampir semua negara di belahan dunia. Berbagai isu penurunan kualitas
lingkungan pun semakin meluas. Oleh karena itu, saat ini kesadaran dan penilaian
masalah lingkungan harus segera diatasi, yaitu dengan meningkatkan
pembangunan bewawasan lingkungan (eco development) yang menggunakan dan
mengelola sumber daya alam secara bijaksana sehingga dapat meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.2.1 Definisi CSR
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep
yang legal dan semakin mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak.
Namun ternyata, CSR sendiri belum memiliki suatu definisi yang baku sehingga
menyebabkan banyaknya definisi yang diberikan oleh berbagai pakar dari seluruh
dunia.
Wibisono (2007:7-8) mencatat beberapa definisi Corporate Social
Responsibility (CSR) yang diambil dari berbagai kelompok. The World Business
Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya Making
Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai “continuing commitment by
(27)
improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Definisi tersebut mencoba menjelaskan beberapa hal pokok, misalnya
kesadaran yang muncul sendiri dari dalam diri perusahaan untuk dapat
melaksanakan praktik CSR, menjalankan praktik bisnis dengan tunduk terhadap
peraturan yang berlaku, dan kegiatan ekonomi perusahaan yang memberikan
manfaat kepada semua pihak (Siagian dan Suriadi, 2012:9).
Lain lagi dengan definisi CSR yang dikemukakan oleh World Bank, CSR
dipandang sebagai “the commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.” Definisi yang dikemukakan oleh
World Bank ini sudah melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam berbagai
kebijakan ekonomi perusahaan.
The Jakarta Consulting Group memberikan definisi tanggung jawab sosial
yang dapat diarahkan baik ke dalam (internal) maupun keluar (eksternal)
perusahaan. Tanggung jawab ke dalam, maksudnya diarahkan kepada pemegang
saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan, juga kepada karyawan, yaitu
dengan didasari pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually
beneficial). Tanggung jawab keluar berkaitan dengan peran perusahaan untuk
membayar pajak dan menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta pemeliharaan lingkungan untuk
(28)
Meskipun banyak definisi yang ditawarkan oleh para pakar, namun
hakekatnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) tetaplah memiliki
tujuan yang sama, yaitu keseimbangan antara aspek ekonomis dan aspek sosial
serta lingkungan.
Dalam ISO 26000 juga terdapat prinsip-prinsip dasar dari Corporate
Social Responsibility (CSR) sebagai berikut:
1. Accountability 2. Transparency 3. Ethical behaviour
4. Respect for stakeholder interests 5. Respect for the rule of law
6. Respect for international norms of behaviour 7. Respect for human rights
Prinsip-prinsip tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar pelaksanaan
yang menjadi informasi dalam pembuatan keputusan perusahaan.
2.1.2.2 Manfaat CSR
Adalah keuntungan, yang merupakan tujuan utama berdirinya suatu
perusahaan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas ekonominya
tersebut akan dibagikan kedalam bentuk dividen kepada para pemegang saham,
sebagian diberikan untuk pembiayaan pertumbuhan dan pengembangan usaha di
masa depan, serta pembayaran pajak kepada pemerintah. Perusahaan juga dapat
turut berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan kualitas kehidupan manusia dalam
jangka panjang, serta mengambil bagian dalam kegiatan manajemen bencana
melalui pemberian bantuan dan kegiatan pencegahan bencana. Bagi masyarakat,
(29)
kompetensi masyarakat di berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka (Susanto, 2009:13-16).
Bagi perusahaan, paling tidak ada enam manfaat yang dikemukakan oleh
Susanto (2009:13-16), yaitu:
1. CSR dapat mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak
pantas yang diterima perusahaan
2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan
meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis
3. CSR dapat membuat karyawan merasa terlibat dan bangga
4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholders-nya
5. CSR dapat membantu meningkatkan penjualan
6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan
khusus lainnya
Oleh karena itu, demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan CSR, sangat
diperlukan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak
yang peduli terhadap program yang penting ini, mengingat satunya planet yang
didiami manusia secara bersama-sama.
2.1.2.3 Pengungkapan CSR
Pengungkapan merupakan suatu usaha perusahaan yang dapat
menyeimbangkan berbagai komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
(30)
suatu perusahaan semakin luas dan tidak terbatas hanya kepada pencarian laba
untuk para pemegang saham saja.
Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam penelitian mengenai
pengungkapan CSR. Pendekatan pertama menyatakan bahwa pengungkapan CSR
perusahaan dapat diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi
konvensional. Pendekatan ini tentu akan menimbulkan anggapan bahwa
masyarakat keuangan adalah pemakai utama pengungkapan CSR dan cenderung
membatasi pandangan mengenai pelaporannya. Pendekatan kedua, yaitu dengan
meletakkan pengungkapan CSR perusahaan pada pengujian peran informasi
dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan inilah yang menjadi
sumber utama dalam kemajuan pemahaman tentang pengungkapan CSR, dan
kemudian menjadi sumber kritik yang utama pula terhadap pengungkapannya.
Pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan cenderung
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Henderson dan Peirson dalam
Widaryanti (2007:35-36) memberikan alasan perusahaan CSR secara sukarela,
yaitu:
1. Internal decision making. Alasan ini dikarenakan kebutuhan manajemen
akan informasi dalam menentukan efektivitas dari informasi sosial
tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.
2. Product differentiation. Alasan ini dikarenakan adanya keinginan dari
manajer perusahaan yang melaksanakan CSR untuk membedakan diri
(31)
3. Enlightened self interest. Alasan ini dikarenakan perusahaan ingin
menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholders karena mereka
dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.
Pengungkapan CSR memang sangat perlu untuk dilakukan mengingat
adanya nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan, termasuk
dari penggunaan sumber-sumber sosial yang jika menyebabkan kerusakan tentu
akan dapat menjadi biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung masyarakat,
dan akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit) apabila perusahaan
meningkatkan mutu sumber-sumber sosialnya tersebut.
Hingga saat ini, belum ada standar yang baku dalam pelaporan CSR yang
disebabkan oleh adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan
manfaat sosial. Oleh karena itu, perusahaan biasanya menentukan sendiri model
pelaporan CSRnya. Adapun kategori pengungkapan CSR menurut Cahya
(2010:29-30), yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain
tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.
2.1.3 Stakeholders Theory
Teori ini dimulai dengan asumsi nilai (value) secara eksplisit dan tidak
dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman et al., 2004 dalam
Indrawan, 2011:11).
Dalam dunia bisnis saat ini memang telah terjadi suatu pergeseran
orientasi dari shareholders kepada stakeholders yang kemudian menyebabkan
(32)
manajemen telah merubah cara pandang mereka mengenai pencapaian tujuan
perusahaan dengan lebih efektif. Adapun stakeholders adalah sekelompok orang
yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,
maupun operasi perusahaan. Jones dalam Indrawan (2011:10-11) menjelaskan
pembagian kategori stakeholders, yaitu:
1. Inside stakeholders, merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan
dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada dalam
organisasi perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah
pemegang saham, manajer dan karyawan.
2. Outside stakeholders, merupakan orang-orang maupun pihak-pihak yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula
karyawan perusahaan, namun mereka memiliki kepentingan terhadap
perusahaan dan turut dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini
adalah pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal dan
masyarakat umum.
Aktivitas CSR merupakan suatu elemen yang menguntungkan bagi
strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan
memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang
perusahaan.
Pendekatan stakeholders menuntut perusahaan untuk menanggapi
beragam permintaan yang diajukan oleh para pihak yang berkepentingan, yaitu
(33)
tindakan dan keputusan organisasi. Menurut pendekatan ini, suatu organisasi akan
berusaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan dari kelompok-kelompok seperti
para karyawan, pemasok dan investor serta masyarakat (Robbins dan Coulter,
1999 dalam Indrawan, 2011:12).
Dalam Widaryanti (2007:33) diungkapkan beberapa alasan yang
mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:
1. Isu lingkungan melibatkan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka
2. Era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan sehingga kesadaran konsumen terhadap produk yang tidak mencemari lingkungan semakin meningkat
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memiliki perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pecinta
lingkungan semakin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan
2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan
Terdaftarnya perusahaan-perusahaan dalam suatu bursa menandakan
perusahaan tersebut telah menjadi milik masyarakat. Pertanggungjawaban
terhadap aset yang ada dan operasi perusahaan oleh manajemen menjadi suatu hal
yang harus dilakukan secara maksimal. Terhadap stakeholders dan shareholders,
laporan atas kinerja perusahaan adalah hal yang wajib untuk dilakukan.
Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:15) dalam Resturiyani
(2012:108), kinerja didefinisikan sebagai:
suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti
(34)
biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
Sedangkan definisi kinerja menurut Indra Bastian (2001) dalam
Resturiyani (2012:109) adalah:
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan, skema strategis (strategic planning) suatu organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Adapun definisi kinerja keuangan oleh Syafarudin (2003) dalam
Resturiyani (2012:109) adalah “mengukur sampai sejauh mana prestasi,
peningkatan, posisi atau performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui
laporan keuangan, baik melalui neraca maupun laba rugi yang dibutuhkan oleh
pihak yang berkepentingan.”
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang digunakan perusahaan
untuk menentukan apakah tujuan perusahaan tersebut telah tercapai secara efektif
dan efiesien. Yang dimaksud dengan efektif adalah apabila alat yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuannya telah tepat digunakan, sedangkan efisien
maksudnya adalah dengan mengorbankan input tertentu dapat memperoleh output
yang optimal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
menurut Munawir (2007) dalam Resturiyani (2012:110), yaitu:
1. Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
(35)
2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjangnya pada saat
perusahaan tersebut dilikuidasi
3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
4. Stabilitas ekonomi, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menjalankan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan pertimbangan
terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dan
dividen secara teratur tanpa mengalami hambatan maupun krisis
keuangan
Laporan keuangan biasanya adalah hal yang dianalisis untuk melihat
kinerja perusahaan, yaitu dengan melakukan perbandingan terhadap kinerja
perusahaan lain dalam industri yang sama dan juga dengan mengevaluasi
kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Adalah analisis
rasio yang merupakan teknik yang biasanya digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan.
Pengukuran atau penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan
mempunyai tujuan utama seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001) dalam
Resturiyani (2012:116), yaitu:
untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
(36)
Penilaian terhadap kinerja perusahaan bagi manajemen menurut Mulyadi
(2001) dalam Resturiyani (2012:116), adalah:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi,transfer dan pemberhentian
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai
bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan
Dikarenakan banyaknya pertanyaan yang timbul dari berbagai pihak
mengenai hubungan kinerja keuangan dengan pengungkapan CSR, maka
muncullah prediksi yang berbeda-beda. Herremans et al. (1993) dalam Widaryanti
(2007:37) menyebutkan beberapa pokok pikirannya, antara lain:
1. Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan
konvensional berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial yang akan menurunkan profitabilitas
2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan menghasilkan dampak netral (balance) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut
3. Pokok pikiran yang memprediksikan bahwa tanggung jawab sosial berdampak profitabilitas dalam Herremans et al. (1995), Bruyn (1987) mengamati bahwa seluruh investasi memiliki dasar sosial, sehingga pencarian informasi mengenai faktor-faktor sosial akan menambah kemampuan para investor untuk memprediksikan hasil-hasil ekonomi (economic outcomes). Selain itu, kebijakan sosial yang proaktif mensyaratkan manajemen yang terampil atau berkualitas, dan pada akhirnya akan cenderung menghasilkan kinerja ekonomi yang lebih baik.
(37)
2.1.5 Profitabilitas
Diantara banyaknya penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertanggungjawaban sosial, profitabilitas adalah salah satunya.
Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan merupakan
cerminan dari pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang
sama dengan yang dilakukan pihak manajemen untuk menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.
Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi
perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan kerap
kali dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi finansial perusahaan
untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau
investasi. Perbandingan inilah yang disebut dengan rasio profitabilitas yang sering
dipakai sebagai pengujian akhir efektivitas operasi manajemen. Tujuan dari
profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan
meneruskan penyediaan modal bagi perusahaan (Simamora, 2000:528).
Heinze (1976) dalam Cahya (2010:22) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada
manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang
saham.
Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai faktor, seperti profit margin,
(38)
dan earning per share. Dalam penelitian ini, faktor yang akan digunakan untuk
mengukur profitabilitas adalah ROA.
Return on Assets (ROA)
ROA merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan.
Rasio ini membandingkan antara imbalan untuk para pemegang saham dan
kreditor dengan jumlah aset (jumlah sumber daya yang dipasok oleh para
pemegang saham dan kreditor). ROA dipakai untuk mengevaluasi apakah
manajemen telah mendapatkan imbalan yang memadai atas aset yang dikuasainya.
Menurut Suharli & Co. (2006:295) ROA dikenal sebagai ukuran kinerja
terbaik kedua dan signifikansinya tidak dapat dibantah. Adapun signifikansi
menurutnya, yaitu “ (1) sebagai satu-satunya penggerak ROE yang terbaik, (2)
sebagai ukuran efisiensi operasi yang utama, (3) sebagai rasio yang paling dapat
dikendalikan oleh manajemen perusahaan.”
ROA dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Total Pendapatan Total Aset
atau dapat juga dirumuskan:
ROA = Profit Margin x Assets Turnover
Berdasarkan rumus tersebut dapat dilihat bahawa perputaran aktiva
diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena
berarti aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba. ROA dapat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan penjualan, mengurangi biaya, mereduksi aset, dan
(39)
2.1.6 Permodalan Bank
Adalah para pemegang saham yang menempatkan modalnya di bank
dengan tujuan uang yang ditanamnya tersebut memberikan hasil pada akhir tahun
berupa dividen. Modal bank digunakan untuk memenuhi segala berbagai
kebutuhan yang akan menunjang operasional bank. Apabila maksud tersebut tidak
terpenuhi, maka modal bank dianggap tidak cukup. Modal memang faktor yang
memegang peranan penting dalam mengembangkan usaha bank.
Menurut Siamat (2001:287-288), modal bank paling tidak memiliki tiga
fungsi utama, yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan serta fungsi
pengamanan dan pengaturan. Adapun keseluruhan fungsi modal bank tersebut
adalah:
a. Memberikan perlindungan kepada nasabah b. Mencegah terjadinya kejatuhan bank c. Memenuhi kebutuhan kantor dan inventaris d. Memenuhi ketentuan permodalan minimum e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat f. Menutupi kerugian aktiva produktif bank g. Sebagai indikator kekayaan bank
h. Meningkatkan efisiensi operasional bank
Modal memang berfungsi sebagai perlindungan terhadap masyarakat
yang menyimpan dana pada saat bank dilikuidasi, namun harus diperhatikan
bahwa sekalipun bank memiliki modal yang kecil, bukan berarti bank tersebut
dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Dalam fungsi pengamanan, bank
tidak selalu menggunakan seluruh modalnya untuk menutupi kerugian yang
terjadi agar dapat beroperasi seperti biasa, kecuali dalam keadaan yang bersifat
sementara. Namun jika kerugian yang terjadi dalam skala besar, maka
(40)
Beberapa bank dengan modal dibawah rata-rata mengalami kesulitan bisa
dikarenakan lemahnya manajemen bank terutama karena pengelolaan likuiditas
yang kurang tepat. Faktor inilah yang menyebabkan banyak bank dengan modal
dibawah rata-rata mengalami kejatuhan. Banyak yang berpendapat bahwa fungsi
modal bank yang paling utama adalah memberikan perlindungan terhadap
nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah perkiraan
bank. Oleh karena itu, penyediaan modal bank yang cukup memungkinkan bank
meneruskan operasinya tanpa gangguan. Dengan demikian, fungsi utama modal
bank adalah untuk menjaga kepercayaan (Siamat, 2001:288).
Bank for International Settlement (BIS) mensyaratkan bank umum untuk
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR). Ketentuan ini telah diikuti Bank Indonesia, seperti yang termuat
dalam paket deregulasi 29 Pebruari 1991. Persentase kebutuhan modal minimum
ini sering disebut Capital Adequacy Ratio atau CAR (Irmayanto dkk, 2004:87).
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio antara modal yang dimiliki oleh bank dengan
jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal bank adalah
penjumlahan antara modal inti dan modal pelengkap.
Modal bank menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dibedakan atas bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dengan
kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Menurut Irmayanto dkk
(41)
1. Modal Inti:
a. Modal disetor, modal yang disetor efektif oleh pemiliknya
b. Agio saham, selisih lebih setoran yang diterima akibat harga saham melebihi nilai nominalnya
c. Cadangan umum, cadangan dan penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak setelah mendapat persetujuan dari RUPS
d. Cadangan tujuan, bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu
e. Laba ditahan, saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
f. Laba tahun lalu, laba bersih tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%
g. Laba tahun berjalan, laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut
2. Modal Pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang mendapat persetujuan Dirjen Pajak
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan
c. Modal kuasi adalah modal yang didukung instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal
d. Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan Bank Indonesia
Sedangkan ATMR adalah penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum
dalam neraca dengan ATMR aktiva yang bersifat administratif. Jika angka ATMR
(42)
CAR akan dapat diketahui dengan membandingkan rasio modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko, sehingga dapat dirumuskan:
CAR = Jumlah Modal
Jumlah ATMR x 100%
CAR merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada
bank lain) turut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh
dana-dana dari berbagai sumber diluar bank, seperti simpanan masyarakat,
pinjaman bank, dan sebagainya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah daftar beberapa penelitian terdahulu mengenai CSR yang
pernah dilakukan:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Widaryanti (2007) Analisis Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bersa Efek Jakarta)
Variabel Independen:
Tema CSR (tema lingkungan dan energi,tema Tenaga Kerja, tema konsumen dan produk, tema kemasyarakatan) Variabel Dependen:
Return on Assets (ROA) Secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan secara parsial hanya tema lingkungan dan energi yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
(43)
(2009) Responsibility (CSR) Dalam Annual Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance
CSR
Variabel Dependen:
ukuran perusahaan, tipe industri, return industri
performance berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam annual report.
Belaid Rettab et al.
(2009)
A Study of Management Perceptions of The Impact of CSR on Organisational Performance in Emerging Economies: The Case of Dubai
Variabel Independen: CSR Variabel Dependen: financial performance, employee commitment, corporate reputation CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial performance, employee
commitment, dan corporate reputation Siti Samsinar Anwar dan Gagaring Pagalung Haerani (2010) Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Harga Saham Variabel Independen: CSR Variabel Dependen:
EVA, ROA, ROE
Pengungkapan CSR memberikan pengaruh positif terhadap hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal. Danu Candra Indrawan (2011) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Variabel Independen: CSR Variabel Dependen:
Return on Equity (ROE), Cummulative Abnormal Return (CAR) Variabel Kontrol: leverage, size, growth, beta, unexpected earning
CSR dan leverage berpengaruh signifikan terhadap ROE, size
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE.
Beta berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR, sedangkan variabel kontrol leverage, size dan growth berpengaruh
(44)
negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, variabel unexpected earning berpengaruh positif signifikan terhadap CAR. Melisa Syahnaz (2012) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Variabel Independen: CSR Variabel Dependen:
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR)
CSR berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) serta berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Hettiarachchi dan
Gunawardana (2012)
The Impact of Corporate Social Responsibility Reporting (CSRR) on Financial Performance Empirical Evidence from Srilanka Variabel Independen: CSR Variabel Dependen:
Return on Assets (ROA), Tobin’s Q, Corporate Financial Performance Secara parsial, CSRR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dan Tobin’s Q, namun berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan.
2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan penelitian
terdahulu, maka peneliti akan menganalisis apakah terdapat pengaruh antara
tema-tema pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan profitabilitas dan
(45)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.2 Pengembangan Hipotesis
Laporan pelaksanaan kegiatan CSR yang diungkapkan industri
perbankan dalam laporan tahunannya mencakup beberapa tema pengungkapan.
Dalam penelitian ini, tema yang ingin di analisis dirangkum menjadi empat tema
pengungkapan, yaitu tema lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema
produk dan konsumen, serta tema kemasyarakatan dan umum.
Pelaksanaan dan pengungkapan kegiatan CSR oleh perusahaan
diharapkan akan dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut, misalnya
membangun image yang baik di mata publik sehingga akan menambah loyalitas
konsumen, menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya dalam
perusahaan, dan sebagainya.
Dengan baiknya respon publik terhadap perusahaan, maka diharapkan
perusahaan akan dapat meningkatkan penjualannya sehingga pada akhirnya akan
menambah profitabilitas perusahaan. X1 : Tema
Lingkungan dan Energi
X2 : Tema Ketenagakerjaan
X3 : Tema Produk dan Konsumen
X4 : Tema
Kemasyarakatan dan Umum
Y1 : ROA
Y2 : CAR H01
(46)
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui apakah masing-masing tema
pengungkapan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, dan jika
berpengaruh, tema pengungkapan manakah yang paling mempengaruhi
peningkatan profitabilitas suatu perusahaan yang akan diukur dengan nilai Return
on Assets (ROA). Oleh karena itu, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H01
Selain terhadap profitabilitas, peneliti juga ingin mengetahui apakah ada
pengaruh masing-masing tema pengungkapan CSR tersebut terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) dikarenakan ROA dan CAR memiliki hubungan yang
positif. Seelain itu, CAR juga merupakan representasi dari struktur permodalan
perusahaan dan modal yang tersedia sebagian besar berasal dari dana investor dan
masyarakat. Karena itu, hipotesis selanjutnya dapat dirumuskan:
: Tema lingkungan dan energi, ketenagakerjaan, produk dan konsumen
serta kemasyarakatan dan umum dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan tidak berpengaruh baik secara parsial dan serempak
terhadap ROA
H02: Tema lingkungan dan energi, ketenagakerjaan, produk dan konsumen
serta kemasyarakatan dan umum dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan tidak berpengaruh baik secara parsial dan serempak
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Independen
Variabel independen menurut Usman (2009:55) disebut juga dengan
variabel stimulus, variabel prediktor, variabel antecedent, dan ubahan bebas atau
variabel yang memengaruhi. Variabel inilah yang menjadi sebab berubah atau
timbulnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah
Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Untung (2008:1), Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung
jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) dibagi ke dalam empat tema
pengungkapan, yaitu tema lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema
produk dan konsumen, serta tema kemasyarakatan dan umum. Tingkat
(48)
menyatakan bagian pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunannya.
Pengukuran terhadap tema-tema pengungkapan CSR dilakukan dengan
menggunakan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Disclosure Index (CSDI) yang diperoleh dengan menggunakan
nilai dummy, yaitu memberi nilai 0 untuk setiap item yang tidak diungkapkan, dan
nilai 1 untuk setiap item yang diungkapkan. Dalam penelitian ini, nilai maksimal
yang dapat diperoleh setiap perusahaan adalah 40, karena terdapat jumlah total 40
item pengungkapan yang dapat dilihat pada lampiran.
CSDI = Jumlah item yang diungkapkan 40
3.1.2 Variabel Dependen
Variabel dependen menurut Usman (2009:53) disebut juga dengan
variabel output, variabel kriteria, variabel konsekuen, variabel terikat atau ubahan
tidak bebas. Variabel dependen dipengaruhi atau diakibatkan oleh pengaruh
variabel independen.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu
Return on Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Return on Assets (ROA)
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yang merupakan rasio
yang paling diperhatikan dalam analisis laporan keuangan. ROA mampu
(49)
lampau dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk kemudian
digunakan sebagai proyeksi di masa mendatang.
ROA = Total Pendapatan Total Aset
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio kinerja bank yang memperlihatkan sejauh mana
seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank.
CAR = Jumlah Modal
Jumlah ATMR x 100%
CAR yang minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 8%
bagi setiap perbankan nasional.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Indriantoro dan
Supomo (1999:147), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data diperoleh dari laporan tahunan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
(50)
merupakan tiga tahun teratas, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran
informasi terbaru seputar kinerja perusahaan perbankan.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive judgement
sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu, umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo,
1999:131). Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai 2012
2. Memiliki laporan tahunan yang lengkap pada periode penelitian
3. Memiliki laba yang positif selama periode penelitian
4. Mengungkapkan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) secara
berturut-turut selama periode penelitian
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat diperoleh sampel perusahaan
perbankan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012
No. Kode Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel 1 2 3 4
1 AGRO PT Bank Agroniaga Tbk √ √ √ x
2 BABP PT Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk √ √ x x
3 BACA PT Bank Capital Indonesia Tbk √ √ √ √ 1
(51)
5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk √ √ √ √ 3
6 BBKP PT Bank Bukopin Tbk √ √ √ √ 4
7 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk √ √ √ √ 5
8 BBNP PT Bank Nusantara Parahyangan
Tbk √ √ x x
9 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk √ √ √ √ 6
10 BBTN PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk √ x x x
11 BCIC PT Bank Mutiara Tbk √ √ √ √ 7
12 BDMN PT Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ √ 8
13 BEKS PT Bank Pundi Indonesia Tbk √ √ x x
14 BJBR PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk √ √ √ x
15 BJTM PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Timur Tbk x x x x
16 BKSW PT Bank QNB Kesawan Tbk Tbk √ √ x x
17 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ √ 9
18 BNBA PT Bank Bumi Arta Tbk √ √ √ x
19 BNGA PT Bank CIMB Niaga Tbk Tbk √ √ √ √ 10
20 BNII PT Bank Internasional Indonesia
Tbk √ √ √ √ 11
21 BNLI PT Bank Permata Tbk x x x x
22 BSIM PT Bank Sinarmas Tbk √ x x x
23 BSWD PT Bank of India Indonesia Tbk √ √ √ x
24 BTPN PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk √ √ √ √ 12
25 BVIC PT Bank Victoria International
Tbk √ √ √ √ 13
26 INPC PT Bank Artha Graha Internasional
(52)
27 MAYA PT Bank Mayapada Internasional
Tbk √ √ √ √ 15
28 MCOR PT Bank Windu Kentjana
International Tbk Tbk √ √ √ x
29 MEGA PT Bank Mega Tbk √ √ √ √ 16
30 NISP PT Bank OCBC NISP Tbk Tbk √ √ √ √ 17
31 SDRA PT Bank Himpunan Saudara 1906
Tbk √ x x x
32 PNBN PT Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ √ 18
Sumber :
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan studi
dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung berbagai
data yang berhubungan dengan penelitian.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
program SPSS Versi 16.0. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk
menentukan hubungan linier antara beberapa variabel independen dengan variabel
dependen (Situmorang, dkk, 2008:109). Terdapat empat analisis yang digunakan
dalam pengujian ini, yaitu uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji model
(53)
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif
Dalam penelitian, statistik deskriptif memberikan gambaran data
penelitian dalam bentuk tabulasi yang memudahkan pemahaman dan
penginterpretasian. Statistik deskriptif dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian, ukurannya dapat berupa frekuensi, tendensi
sentral (mean, median, modus), dispersi (deviasi standar dan varian) dan koefisien
korelasi antar variabel penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999:170).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi yang menggunakan metode Original Least Square
(OLS), ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar persamaan regresi tersebut
valid digunakan dalam penelitian. Asumsi-asumsi tersebut yang disebut dengan
asumsi klasik.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pengujiannya dilakukan dengan uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data dikatakan normal
apabila nilai signifikansinya diatas 0,05. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya
(54)
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Terjadinya
multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dengan kata lain,
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi
(VIF=1/Tolerance). Nilai yang digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10
(Situmorang dkk, 2008:104).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Terjadinya heteroskedastisitas atau tidak dapat dilihat
dari grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Heteroskedastisitas dikatakan tidak terjadi apabila tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y (Situmorang dkk, 2008:68).
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
(55)
pengganggu pada periode sebelumnya. Terjadinya korelasi atau tidak diketahui
dengan menggunakan Runs Test, yaitu untuk melihat apakah data residual terjadi
secara random atau sistematis. Autokorelasi tidak terjadi jika probabilitas
signifikan > 0,05 (Situmorang dkk, 2008:94).
3.5.3 Uji Model (Goodness of Fit)
Model regresi dalam penelitian ini meneliti hubungan antara tema
lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema konsumen dan produk serta
tema kemasyarakatan dan umum dengan Return on Assets (ROA) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Model regresi tersebut adalah sebagai berikut:
Model 1 : ROAit = β0 + β1TLit + β2TKit + β3TPKit + β4TKUit + εit Model 2 : CARit = β0 + β1TLit + β2TKit + β3TPKit + β4TKUit + εit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam membuat taksiran nilai
sebenarnya dapat diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik, setidaknya
dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.
Perhitungan statistik disebut signifikan jika nilai uji statistiknya berada dalam
daerah kritis, yaitu daerah dimana hipotesis yang diajukan ditolak. Sebaliknya,
disebut tidak signifikan jika nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana
hipotesis yang diajukan diterima (Ghozali, 2006 dalam Wahdikorin, 2010:58).
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
(56)
determinasi digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi
dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien
determinasi, semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Terdapat dua jenis koefisien determinasi, yaitu
koefisien determinasi biasa dan Adjusted R Square (Purbayu dan Ashari, 2005
dalam Wahdikorin, 2010:58).
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2
Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah nilai dari Adjusted R
Square, karena menurut Situmorang dkk (2008:114) jika variabel dalam penelitian
lebih dari dua variabel, maka yang digunakan adalah Adjusted R Square.
yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
3.5.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen, baik secara serempak maupun
secara parsial. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji statistik F dan uji
(57)
3.5.4.1 Uji Signifikansi Secara Serempak (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh secara
serempak terhadap variabel dependen. Menurut Suharyadi dan S.K (2009: 238),
jika:
a. Fhitung > Ftabel
b. F
, maka berarti pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen adalah nyata
hitung > Ftabel , maka berarti pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen tidak nyata
3.5.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Menurut Suharyadi dan S.K (2009: 238), jika:
a. thitung > ttabel
b. t
, maka berarti pengaruh dari variabel independen terhadap
variabel dependen adalah nyata
hitung > ttabel , maka berarti pengaruh dari variabel independen terhadap
(58)
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran mengenai sebaran nilai
dari masing-masing variabel. Statistik deskriptif dapat dilakukan sebelum
dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Deskripsi dari masing-masing variabel
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 54 .66 5.15 2.3859 1.14940
CAR 54 9.41 29.29 15.6117 3.59325
TL 54 .00 1.00 .4963 .25842
TK 54 .20 .90 .5704 .18595
TPK 54 .10 1.00 .6204 .21313
TKU 54 .30 .90 .6185 .17599
Valid N (listwise) 54
Sumber: Output SPSS, 2013
Dibawah ini akan dijelaskan hasil dari data deskriptif diatas:
1. Variabel ROA
Variabel ROA memiliki jumlah sampel sebanyak 54 dengan nilai
terendah 0.66 dan nilai tertinggi 5.15. Adapun nilai rata-ratanya yaitu
2.3859 dan tingkat standar deviasi sebesar 1.14940. Hal ini dikatakan
baik karena standar deviasi yang menunjukkan penyimpangan dari data
(59)
2. Variabel CAR
Variabel CAR memiliki jumlah sampel sebanyak 54 dengan dengan nilai
terendah 9.41 dan nilai tertinggi 29.29. Adapun nilai rata-ratanya yaitu
15.6117 dan tingkat standar deviasi sebesar 3.59325. Hal ini dikatakan
baik karena standar deviasi yang menunjukkan penyimpangan dari data
tersebut bernilai lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya.
3. Variabel CSR (Tema Lingkungan dan Energi)
Variabel Tema Lingkungan dan Energi (TL) memiliki jumlah sampel
sebanyak 54 dengan dengan nilai terendah 0.00 dan nilai tertinggi 1.00.
Adapun nilai rata-ratanya yaitu 0.4963 dan tingkat standar deviasi
sebesar 0.25842. Hal ini dikatakan baik karena standar deviasi yang
menunjukkan penyimpangan dari data tersebut bernilai lebih kecil
dibandingkan nilai rata-ratanya.
4. Variabel CSR (Tema Ketenagakerjaan)
Variabel Tema Ketenagakerjaan (TK) memiliki jumlah sampel sebanyak
54 dengan dengan nilai terendah 0.20 dan nilai tertinggi 0.90. Adapun
nilai rata-ratanya yaitu 0.5704 dan tingkat standar deviasi sebesar
0.18595. Hal ini dikatakan baik karena standar deviasi yang
menunjukkan penyimpangan dari data tersebut bernilai lebih kecil
dibandingkan nilai rata-ratanya.
5. Variabel CSR (Tema Produk dan Konsumen)
Variabel Tema Produk dan Konsumen (TPK) memiliki jumlah sampel
(60)
Adapun nilai rata-ratanya yaitu 0.6204 dan tingkat standar deviasi
sebesar 0.21313. Hal ini dikatakan baik karena standar deviasi yang
menunjukkan penyimpangan dari data tersebut bernilai lebih kecil
dibandingkan nilai rata-ratanya.
6. Variabel CSR (Tema Kemasyarakatan dan Umum)
Variabel Tema Kemasyarakatan dan Umum (TKU) memiliki jumlah
sampel sebanyak 54 dengan dengan nilai terendah 0.30 dan nilai tertinggi
0.90. Adapun nilai rata-ratanya yaitu 0.6185 dan tingkat standar deviasi
sebesar 0.17599. Hal ini dikatakan baik karena standar deviasi yang
menunjukkan penyimpangan dari data tersebut bernilai lebih kecil
dibandingkan nilai rata-ratanya.
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan dua model regresi linear berganda, dimana model pertama
merupakan pengujian pengaruh keempat tema pengungkapan CSR , yaitu tema
lingkungan dan energi, tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta
tema kemasyarakatan dan umum terhadap variabel ROA (Return on Assets), dan
model kedua yaitu pengaruh keempat tema CSR tersebut terhadap variabel CAR
(Capital Adequacy Ratio).
Untuk mendapatkan model regresi yang baik, maka terlebih dahulu harus
(61)
data sudah normal dan bebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi.
4.2.1 Hasil Uji Normalitas
Dalam pengujian multivariat, normalitas residual merupakan hal yang
penting. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Untuk melihat data residualnya
berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed ) diatas 0.05, maka variabel residual tersebut
berdistribusi normal (Situmorang dkk, 2008:62).
4.2.1.1 Model I
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov – Model I
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .97334678
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .824
Asymp. Sig. (2-tailed) .506
a. Test distribution is Normal. Sumber: Output SPSS, 2013
Pada tabel terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.506 dan
berada diatas nilai signifikan, yaitu 0.05. Oleh karena itu, variabel residual
(62)
Selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, uji normalitas juga dapat
dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan grafik normal P-P Plot
sebagai berikut:
Sumber: Output SPSS, 2013
Gambar 4.1
Grafik Histogram – Model I
Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal
ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng, tidak lebih condong
(1)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .97334678 Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .824
Asymp. Sig. (2-tailed) .506
a. Test distribution is Normal.
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.07402
Cases < Test Value 27 Cases >= Test Value 27
Total Cases 54
Number of Runs 31
Z .824
Asymp. Sig. (2-tailed) .410 a. Median
(2)
Lampiran 7
Output SPSS – Model II
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 TKU, TK, TPK, TLa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: CAR
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .154a .024 -.056 3.69229 1.915
a. Predictors: (Constant), TKU, TK, TPK, TL b. Dependent Variable: CAR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.288 4 4.072 .299 .877a
Residual 668.017 49 13.633
Total 684.305 53
a. Predictors: (Constant), TKU, TK, TPK, TL b. Dependent Variable: CAR
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 17.035 2.228 7.645 .000
TL -.417 2.769 -.030 -.151 .881 .502 1.991
TK .736 3.286 .038 .224 .824 .689 1.452
TPK .627 3.181 .037 .197 .845 .560 1.787
TKU -3.274 3.489 -.160 -.939 .353 .682 1.465 a. Dependent Variable: CAR
(3)
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) TL TK TPK TKU
1 1 4.747 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
2 .120 6.294 .12 .59 .01 .00 .01
3 .057 9.105 .02 .02 .70 .00 .31
4 .047 10.092 .02 .12 .13 .98 .06
5 .029 12.732 .84 .27 .16 .02 .62
a. Dependent Variable: CAR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 14.6659 16.7675 15.6117 .55437 54 Std. Predicted Value -1.706 2.085 .000 1.000 54 Standard Error of Predicted
Value .695 1.713 1.097 .247 54
Adjusted Predicted Value 14.2782 17.2469 15.5549 .65210 54
Residual -6.60703 13.37768 .00000 3.55022 54
Std. Residual -1.789 3.623 .000 .962 54
Stud. Residual -1.824 3.783 .007 1.009 54
Deleted Residual -6.86136 14.58431 .05676 3.91247 54 Stud. Deleted Residual -1.869 4.450 .019 1.066 54
Mahal. Distance .894 10.432 3.926 2.190 54
Cook's Distance .000 .258 .021 .044 54
Centered Leverage Value .017 .197 .074 .041 54 a. Dependent Variable: CAR
(4)
(5)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 3.55022368 Most Extreme Differences Absolute .097
Positive .097
Negative -.040
Kolmogorov-Smirnov Z .713
Asymp. Sig. (2-tailed) .690
a. Test distribution is Normal.
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.16596
Cases < Test Value 27 Cases >= Test Value 27
Total Cases 54
Number of Runs 28
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 a. Median
(6)