BAB II KEABSAHAN PUTUSAN PERCERAIAN YANG DIKELUARKAN OLEH
PENGADILAN DARI NEGARA LAIN TERHADAP WARGA NEGARA INDONESIA
A. Macam-macam Kekuatan Putusan Pengadilan
Ditinjau dari sifatnya, kekuatan putusan hakim dapat bercorak macam-macam, ini tergantung dari isi putusan itu. Ada putusan yang mengandung satu hukuman
kepada seseorang “condemnatoir”, supaya melakukan perbuatan atau supaya tidak melakukan suatu macam perbuatan. Putusan semacam ini hanya mempunyai arti yang
nyata, apabila putusan itu dapat dijalankan dieksekutir. Contoh-contoh ialah : putusan, yang menghukum seorang untuk membayar sejumlah uang atau memberikan
suatu barang kepada orang lain atau untuk meninggalkan suatu perkarangan atau rumah.
Mengenai ciri putusan condemnatoir, di dalamnya tercantum amar atau diktum yang berisi kalimat :
1. menghukum untuk membayar, menyerahkan, membongkar, membagi dan
sebagainya, atau 2.
memerintahkan untuk membayar, menyerahkan, membongkar, membagi dan sebagainya.
42
Ada putusan hakim yang menciptakan suatu keadaan hukum konstitutif. Putusan konstitutif constitutief vonnis adalah putusan yang memastikan suatu
keadaan hukum, baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum, maupun yang
42
M. Yahya Harahap [2]. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta : Gramedia, 1995, hal. 13
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menimbulkan keadaan hukum baru.
43
Misalnya putusan perceraian merupakan putusan yang meniadakan keadaan hukum yakni tidak ada lagi ikatan hukum antara
suami dan isteri sehingga putusan itu meniadakan hubungan perkawinan yang ada, dan bersamaan dengan itu timbul keadaan hukum baru pada suami-isteri sebagai
janda dan duda.
44
Begitu juga putusan pailit, putusan yang mengandung pembatalan suatu persetujuan perdata atau pemecahan suatu perkawinan atau pengangkatan
seorang wali “voogd” atau seorang pengawas “curator”. Putusan-putusan semacam ini tidak membutuhkan suatu tindakan menjalankan putusan eksekusi itu,
melainkan menetapkan suatu keadaan sebagai hal yang melimpahkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum kepada yang berkepentingan.
Ada putusan hakim yang mengandung pernyataan belaka dari adanya suatu peristiwa hukum “declaratoir”, menerangkan atau menyatakan apa yang sah,
45
misalnya suatu putusan tentang sah atau tidaknya suatu perkawinan, tentang ada berdirinya suatu perseroan tertentu yang sah, tentang siapa yang mempunyai hak
milik terhadap suatu barang. Putusan-putusan semacam ini pun tidak membutuhkan suatu tindakan menjalankan putusan itu. Putusan semacam ini tidak melimpahkan
secara langsung hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum kepada orang-orang yang bersangkutan, melainkan dapat menjadi dasar dari tindakan orang-orang yang
bersangkutan di kemudian hari.
43
H.M. Abdurrachman. Hukum Acara Perdata, Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2008, hal. 105
44
M. Yahya Harahap [3]. Hukum Acara Perdata, Jakarta : Sinar Grafika, 2008,hal. 877
45
Bambang Sugeng A.S dan Sujayadi. Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 85
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Menurut M. Yahya Harahap : Putusan declaratoir adalah yang berisi pernyataan atau penegasan tentang suatu
keadaan atau kedudukan hukum semata-mata. Misalnya putusan yang menyatakan ikatan perkawinan sah, perjanjian jual beli sah, hak kepemilikan
atas benda yang disengketakan sah atau tidak sah sebagai milik penggugat; penggugat tidak sah sebagai ahli waris atau harta terperkara adalah harta
warisan penggugat yang berasal dari harta peninggalan orang tuanya. Dari berbagai contoh di atas, putusan yang bersifat deklaratoir declaratoir vonnis
adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak atau
titel maupun status. Dan pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau diktum putusan. Dengan adanya pernyataan itu, putusan telah menentukan dengan pasti
siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai kedudukan atas permasalahan yang disengketakan.
46
Semua putusan tersebut di atas mempunyai kekuatan lain, yaitu kekuatan
pembuktian di muka hakim dalam pemeriksaan suatu perkara perdata.
Ada golongan putusan lagi yang juga tidak membutuhkan dijalankan, yaitu putusan hakim yang mengandung suatu penolakan dari gugatan. Putusan semacam ini
sangat berarti juga, terutama bagi pihak yang digugat, oleh karena diputuskan tidak adanya
atau tidak terbuktinya suatu peristiwa. Dengan putusan semacam ini, tergugat dapat menangkis beberapa tindakan dari orang lain, terutama penggugat.
Kalau seorang hakim dalam suatu negara telah mengambil suatu keputusan, maka sudah jelas keputusan-keputusan itu mempunyai bermacam-macam kekuatan
seperti diuraikan di atas bagi daerah hukum negara itu. Apakah keadaan hukum semacam ini tidak seharusnya diakui, juga oleh penguasa-penguasa di negara lain,
sebagai penghormatan terhadap negara bersangkutan?
46
Ibid, hal. 876
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
B. Pengakuan Putusan Hakim Asing