mempunyai arti. Sehingga dapat dikatakan terjadinya perubahan verba tidak bisa dilepaskan dari proses morfologis pada verba tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas proses morfemis verba bahasa Jepang, serta bentuk-bentuk perubahan yang terdapat pada verba bahasa Jepang.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1. Tinjauan Pustaka
Dalam mempelajari tata bahasa khususnya bahasa Jepang, penguasaan tata bahasa dalam pembentukan atau perubahan kata keja sangat penting. Hal ini
disebabkan agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar Karena kesalahan tata bahasa dalam perubahan bentuk verba yang kita gunakan akan mengakibatkan
kesalah pahaman antar penutur dan pendengar atau penulis dan pembaca. Koizumi 1993: 89 mengatakan
形態論
けいたいろん
は語形
ご け
い
の分析
ぶんせき
が 中心
ちゅうしん
Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan Sutedi 2003: 41 yang mengatakan bahwa morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji
tentang kata dan proses pembentukannya. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata
語・単語 ‘gotango’ dan morfem 「 形態素 ‘ketaiso’」. Sutedi 2003:
41mengatakan morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa di pecah lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Koizumi
1993:91 mengatakan morfem adalah potongan yang terkecil dari kata yang mempunyai arti.
となる。
ketairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru. ‘ morfologi adalah suatu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata’.
Koizumi 1993:93 membagi morfem berdasarkan bentuk menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. 自由形 ’jiyuukei’ atau Bentuk bebas : morfem yang dilafalkan
diucapkan secara tunggalberdiri sendiri. 2.
結 合 形 ’ketsugoukei’ Bentuk terikat : morfem yang biasanya
digunakan dengan cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat silafalkan secara tunggal berdiri sendiri.
Sutedi 2003:43 juga mengatakan kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi suatu kalimat tunggal disebut morfem bebas. Sedangkan kata yang tidak bisa
berdiri sendiri dinamakan morfem terikat. Menariknya dalam bahasa Jepang, lebih banyak morfem terikatnya daripada morfem bebasnya.
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya, sedangkan morfem terikat adalah morfem
yang tidak dapat berdiri sendiri dan yang hanya dapat meleburkan diri pada morfem yang lainVerhaar 2001: 97 - 98.
Koizumi 1993:95 juga menggolongkan morfem berdasarkan isinya menjadi dua yaitu
1. akar kata
語幹‘gokan’ : morfem yang memiliki arti yang terpisah
satu per satu dan kongkrit. 2.
afiksasi 接 辞 ‘setsuji’: morfem yang menunjukkan hubungan
gramatikal. Sutedi 2003: 44-45 berpendapat, dalam bahasa Jepang, selain terdapat
morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi menjadi dua, yaitu morfem isi dan morfem fungsi. Morfem isi
内容形態素
な い よ う け い た い そ
adalah morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan gokan dari verba atau
Universitas Sumatera Utara
adjektiva, sedangkan morfem fungsi 機能形態素
き の
う け い た
い そ
adalah morfem yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula dan
morfem pengekpresi kala 時制形態素
じ せ
い け い た
い そ
Dapat diketauhi, dalam pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdapat dua unsur penting antara lain dilihat bedasarkan bentuknya, yaitu bentuk bebas dan bentuk
terikat, serta berdasarkan isi, yaitu akar kata dan afiksasi atau dari segi gramatikalnya. .
1.4.2. Kerangka Teori