Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

telah diendapkan dalam tandon selama 1-2 hari. Media air tersebut kemudian dianalisis kualitasnya dan dibandingkan dengan kualitas air kolam budidaya bawal air tawar. Parameter yang diamati meliputi suhu, pH, DO, CO 2 , alkalinitas, amoniak, nitrat dan nitrit. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan bawal air tawar yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan bawal air tawar Parameter Kolam Budidaya Laboratorium Standar Satuan Suhu 26 27 25-30 o C pH 7,34 7,40 7-8 - DO 5,37 6,31 ≥5 ppm CO 2 1,85 3,96 Maks 25 ppm Alkalinitas 154,2 94 50-300 ppm Amonia 0,03 0,05 Maks 0,1 ppm Sumber: Kordi 2011 Hasil analisis kualitas media air akuarium pemeliharaan bawal air tawar secara umum menunjukkan kisaran yang tidak terlalu berbeda dengan air kolam budidaya sebagai habitat awal bawal air tawar. Air laboratorium yang digunakan sebagai media pemeliharaan memiliki suhu 27 o C; pH 7,40; DO 6,31, CO 2 3,96 , alkalinitas 94, amoniak 0,05 dan nitrit 0,03 ppm. Media air akuarium yang digunakan masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan bawal air tawar Kordi 2011. dan kegiatan budidaya air tawar Boyd 1982. Hal tersebut menunjukkan bahwa media pemeliharaan yang digunakan tidak mempengaruhi kondisi fisiologis kesehatan bawal air tawar sebelum diberikan perlakuan pembiusan serta pada saat pembiusan dan pembugaran dilakukan.

4.2 Penelitian tahap kedua

Penelitian tahap kedua dilakukan dengan melihat proses tingkah laku ikan selama proses pemingsanan, waktu onset pingsan ikan dan tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar setelah dilakukan proses anestesi.

4.2.1 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

Pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dilakukan setiap 15 menit dengan percobaan trial and run yang dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak sadar pingsan. Deret perlakuan yang dilakukan adalah ikan bawal diberi bahan anestesi hati pisang tunas , muda dan tua dengan konsentrasi 5 , 10 , dan 15 . Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7. Tabel 5 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan perlakuan tunas Rata-rata waktu pingsan ikan Hasil pengamatan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan tunas memberikan pengaruh yang lambat terhadap aktivitas ikan uji. Hal ini dapat terlihat dari lamanya waktu yang dibutuhkan oleh ikan uji hingga mencapai tahap pingsan. Perubahan aktivitas ikan uji mulai terlihat pada menit ke-105 hingga menit ke-120. Pada perlakuan konsentrasi 5 ikan dimasukkan ke dalam tempat pemingsanan ikan memasuki masa normal, memasuki menit ke 15-60 ikan mulai kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan pada menit ke 135, 150 dan 150. Perlakuan konsentrasi 10 ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada waktu 15-60 menit dan ikan memasuki tahap pingsan pada menit ke 125, 125, dan 140 , sedangkan pada perlakuan konsentrasi 15 ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada menit ke 15-60 dan ikan memasuki tahap pingsan pada menit ke 110, 115, 125. Kandungan kimia pada tunas pisang masih dalam tahap pembentukan sehingga kandungan kimia Waktu menit 5 10 15 0-15 Normal Normal Normal 15-30 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 30-45 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 45-60 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 60-75 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan 75-90 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan 90-105 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan 105-120 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan 116 120-135 Pingsan ringan Pingsan 130 135-160 Pingsan 145 yang bereaksi pada proses anestesi belum terlalu berpengaruh sehingga menyebabkan waktu pingsan yang lama. Tunas pisang adalah bentuk awal dari pembentukan hati batang pisang dan kandungan kimia yang terkandung belum banyak Maslukhah 2008. Pada perlakuan hati batang pisang muda juga diamati tingkah laku selama proses pemingsanan. Hasil pengamatan tingkah laku pada perlakuan ekstrak hati batang pisang muda dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan perlakuan hati batang pisang muda Rata-rata waktu pingsan ikan Hasil pengamatan pada Tabel 6 pada perlakuan hati batang pisang yang muda menunjukkan mulai memberikan pengaruh terhadap ikan yang diujikan. Pengaruh yang diberikan tersebut dilihat dari gerakan operkulum yang mulai melemah, sirip punggung yang meregang, sesekali mulut disembulkan ke permukaan serta sebagian ikan memasuki fase pingsan ringan dan pingsan berat. Perubahan aktivitas ikan uji mulai terlihat pada menit ke-60 hingga menit ke-100. Pada perlakuan konsentrasi 5 ikan dimasukkan dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada waktu 15-60 menit dan memasuki tahap pingsan pada menit ke 125, 145 dan 145. Perlakuan konsentrasi Waktu menit 5 10 15 0-15 Normal Normal Normal 15-30 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 30-45 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 45-60 Kehilangan keseimbangan Pingsan ringan Pingsan ringan 60-75 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan 75-90 Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan 90-105 Pingsan ringan Pingsan 90 Pingsan 90 105-120 Pingsan ringan 120-135 Pingsan ringan 135-150 Pingsan 138 10 ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada waktu 15-45 menit dan memasuki tahap pingsan pada menit ke 90, 95, dan 95, sedangkan pada perlakuan konsentrasi 15 ikan dimasukkan ke dalam wadah dalam keadaan normal. Ikan mulai kehilangan keseimbangan pada waktu 15-45 menit dan ikan memasuki tahap pingsan pada menit ke 80, 95, dan 95. Proses pingsan ringan yang terjadi ikan mulai mengalami kehilangan keseimbangan hingga kurangnya reaksi terhadap rangsangan. Menurut Mckelvey dan Wayne 2003 kesadaran mulai hilang namun refleks masih ada, pupil membesar dilatasi tetapi akan menyempit konstriksi ketika ada cahaya masuk. Tahap kedua atau stadium eksitasi berakhir ketika hewan menunjukkan tanda-tanda otot relaksasi, respirasi menurun dan refleks juga menurun. Pada perlakuan hati batang pisang tua juga diamati tingkah laku selama proses pemingsanan. Hasil pengamatan tingkah laku pada perlakuan ekstrak hati batang pisang tua dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan perlakuan hati batang pisang tua Waktu menit 5 10 15 0-15 Normal Normal Normal 15-30 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 30-45 Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan Kehilangan keseimbangan 45-60 Kehilangan keseimbangan Pingsan ringan Pingsan ringan 60-75 Pingsan ringan Pingsan 75 Pingsan 66 75-90 Pingsan ringan 90-105 Pingsan ringan 105-120 Pingsan ringan 120-135 Pingsan 130 Rata-rata waktu pingsan ikan Berdasarkan Tabel 7 pada perlakuan hati batang pisang yang tua menunjukkan mulai memberikan pengaruh terhadap ikan yang diujikann. Pengaruh yang diberikan tersebut dilihat dari gerakan operkulum yang mulai melemah, sirip punggung yang meregang, sesekali mulut disembulkan ke permukaan serta sebagian ikan memasuki fase pingsan ringan dan pingsan berat. Perubahan aktivitas ikan uji mulai terlihat pada menit ke-45 hingga menit ke-60. Pada perlakuan konsentrasi 5 memasuki tahap pingsan pada menit ke 130, 130 dan 145. Perlakuan konsentrasi 10 memasuki tahap pingsan pada menit ke 80,75, dan 75, sedangkan pada perlakuan konsentrasi 15 ikan memasuki tahap pingsan pada menit ke 60, 70, dan 70. Pada Tabel 5, 6 dan 7 tahap-tahap yang dilalui ikan saat dilakukan anestesi dimulai dari fase normal hinggan fase pingsan. Fase normal yaitu fase ketika ikan masih reaktif terhadap rangsangan luar, pergerakan operculum dan kontraksi otot normal selanjutnya ikan memasuki fase kehilangan keseimbangan. Fase ini ikan mengalami kontraksi otot lemah, berenang tidak teratur memberikan reaksi hanya terhadap rangsangan getaran dan sentuhan yang sangat kuat dan pergerakan operculum cepat. Fase pingsan ringan ikan mulai mengalami reaktifitas terhadap rangsangan luar sedikit menurun, pergerakan operculum melambat, keseimbangan normal Tidwel et.al 2004. Ikan memasuki fase pingsan ringan saat tidak mengalami reaktivitas terhadap rangsangan luar, kecuali dengan tekanan kuat. Pergerakan operculum lambat, keseimbangan normal. Menurut Pratisari 2010 ikan nila yang mengalami fase pingsan ringan, pingsan berat dan roboh memiliki tingkat respirasi dan metabolisme yang rendah. Dari saat ikan mengalami pingsan ringan sampai pingsan, pengaruh konsentrasi pada perlakuan 10 dan 15 tidak menunjukan perbedaan yang nyata secara visual hal ini diduga dosis yang diberikan sudah cukup untuk mempengaruhi sistem syaraf ikan. Pemberian dosis yang berlebih akan menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan akan berakibat overdosis atau kematian Arliansah 2009

4.2.2 Waktu onset pemingsanan