setiap negara yang menggunakannya. Metode-metode yang selama ini digunakan diantaranya fumigasi, iradiasi, perlakuan dingin cold treatment, perlakuan panas
heat treatment termasuk di dalamnya perlakuan Vapor Heat Treatment VHT.
2.5.1 Fumigasi
Teknologi fumigasi telah diaplikasikan secara luas oleh berbagai negara. Fumigan yang sering digunakan diantaranya metil bromida, aluminium pospin,
hidrogen sianida, karbondioksida dan lain sebagainya. Fumigasi dilakukan pada ruang tertutup dengan dosis dan aturan tertentu, komoditas di tempatkan dalam
ruang tertutup tersebut. Keunggulan fumigasi dalam mengendalikan hama pasca panen adalah dapat diaplikasikan dalam komoditas yang jumlahnya besar pada
waktu yang bersamaan sehingga dapat menghemat waktu. Metil bromida adalah salah satu fumigan yang sudah umum dipergunakan,
karena dapat mengendalikan berbagai serangga secara efektif, tidak mudah meledak dan relatif aman digunakan serta dapat diaplikasikan pada suhu yang
rendah. Namun metil bromida terbukti dapat merusak lapisan ozon dan residu yang ditinggalkan pada komoditas pertanian yang difumigasi disinyalir berbahaya
bagi kesehatan manusia. Aluminium pospin umumnya digunakan untuk memfumigasi serangga di
ruang penyimpan biji-bijian. Bentuk aluminium pospin ini berupa tablet atau tepung. Sementara hidrogen sianida adalah gas fumigan yang biasa digunakan
pada komoditas perishable seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga potong. Sedangkan gas karbondioksida yang digunakan sebagai fumigan tidak
meningalkan residu pada komoditas yang difumigasi dan cukup efektif untuk mengendalikan beberapa hama pada gudang penyimpan biji-bijian dengan waktu
aplikasi yang tidak terlalu lama. Namun dilaporkan bahwa fumigan karbondioksida ini tidak dapat mengendalikan pupa serangga yang ada pada beras
secara efektif.
2.5.2 Iradiasi
Iradiasi dosis rendah dapat mengendalikan cendawan dan memperlambat pematangan buah-buahan sehingga dapat memperlambat umur simpan komoditas
tersebut. Pematangan pisang, pepaya dan mangga dapat ditunda dengan
mengiradiasi dengan 0.25-1 kGy. Stroberi yang biasanya diserang oleh cendawan jenis Botritis dapat diperpanjang umur simpannya selama 14 hari dengan
meradiasinya dengan 2-3 kGy dan kemudian disimpan pada suhu 10 C. Selain itu
iradiasi 0.15-0.3 kGy pada jeruk, pepaya dan mangga dapat mengontrol serangan lalat buah.
Penerapan iradiasi hingga 1 kGy 100 krad pada buah-buahan dan sayuran pada awalnya diijinkan, dimana tujuannya adalah untuk memperpanjang
umur simpan dan memperlambat proses pembusukan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dosis 0.75 kGy dapat mensterilkan serangga dan dosis yang
lebih besar dari 1 kGy mengendalikan pembusukan, namun pada penggunaan dosis 0.80 kGy pada buah-buahan akan menurunkan kualitasnya. Selain itu proses
iradiasi dikhawatirkan akan menyebabkan mutagen pada komoditas yang diiradiasi sehingga membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
Oleh karena itu iradiasi hanya diijinkan di beberapa negara tertentu. Perlakuan iradiasi menyebabkan ionisasi, sementara ionisasi menyebabkan
perubahan kimia pada komponen dinding sel seperti selulosa, hemi selulosa dan pektin sehingga dinding sel menjadi lunak karena kehilangan kalsium. Hal ini
umumnya terjadi pada perlakuan iradiasi 6 kGy atau lebih, bahkan pada level yang lebih tinggi kehilangan kalsium mencapai 80 atau lebih. Akibat kehilangan
kalsium ini, buah menjadi bermasalah ketika dalam proses transportasi karena daging buah menjadi cepat sekali lunak. Komoditas pertanian yang mengalami
proses iradiasi sensitif terhadap suhu dingin, sehingga mudah terjadi chiling injury, seperti pada buah pisang, jeruk, lemon dan tomat. Karel 2007
menambahkan bahwa pengaruh iradiasi yang tidak diinginkan diantaranya menurunnya citarasa, rusaknya tekstur dan penampilan fisik bahan makanan.
2.5.3 Perlakuan Dingin