dimana konsentrasi besi serum tertinggi terdapat pada pagi hari dan terendah di malam hari.
23
2.2. Retikulosit
Sel darah merah manusia dimulai dari sel berinti dan akhirnya menjadi tidak berinti. Perkembangan ini berada didalam sum-sum tulang
dan membutuhkan waktu 5 hari sampai akhirnya sel-sel prekursor menghasilkan sel yang lebih kecil. Beberapa bentuk dari sel darah merah
yang berubah secara dramatis adalah berkurangnya perbandingan inti : sitoplasma N:C, kromatin menjadi lebih padat dan warna sitoplasma juga
berubah sesuai dengan proses hemoglobinisasi yang semakin dominan.
30
Prekursor-prekursor eritroid berasal dari CFU-GEMM. Prekursor selanjutnya yang secara spesifik bekerja dalam lini eritroid adalah Burst-
Forming-Unit BFU-E, diikuti oleh pembentukan Colony-Forming-Unit CFU-E. Prekursor eritrosit awal yang dapat dikenali adalah rubriblast,
yang ditandai dengan nukleus yang menempati hampir 80 dari sel, dan pinggir sitoplasma yang basofilik. Pada tahap ini hanya sedikit jumlah
hemoglobin yang ditemukan.
21
Tahap pematangan selanjutnya adalah prorubrisit kemudian menjadi rubrisit. Prekursor bernukleus terakhir adalah
metarubrisit dimana sitoplasmanya hampir penuh dengan hemoglobin. Setelah inti diekstrusi, sel ini dikenal sebagai retikulosit. Sel-sel ini agak
lebih besar dari eritrosit dengan diameter 7-10 µm, mungkin volumenya 20 lebih besar dari eritrosit.
21,26
Retikulosit mengandung asam
ribonukleat RNA. Retikulosit mungkin tetap dalam sumsum tulang selama 3 hari untuk kemudian dilepaskan ke sirkulasi.
26
2.3. Pemeriksaan Status Besi
2.3.1. Retikulosit Hemoglobin RET-HE
Penilaian besi yang terkait eritropoiesis dapat dilakukan dengan penilaian pada sum-sum tulang tetapi tindakan ini terlalu invasif . Sel-sel
darah merah yang secara aktif menggunakan besi untuk sintesa hemoglobin berada di dalam sumsum tulang, tidak di dalam sirkulasi
perifer. Retikulosit adalah sel-sel darah merah yang belum matang tetapi yang paling dekat yang dapat dengan mudah dinilai dan diidentifikasi di
darah perifer.
30
Ketika produksi sel darah merah dalam keadaan normal, retikulosit akan berada dalam sirkulasi hanya 1 sampai 2 hari tapi
mencerminkan status besi yang ada 3 sampai 4 hari sebelum penggabungan besi ke hemoglobin berada pada saat maksimum.
11,14,16
Dengan demikian, ketersediaan besi fungsional untuk dimasukkan ke dalam sel darah merah pada sumsum tulang selama proses pembentukan
sel darah merah beberapa hari sebelumnya tercermin dari jumlah hemoglobin dalam retikulosit.
30,31
Hal ini lebih berguna daripada pewarnaan besi yang merupakan perkiraan deposit di sistem
retikuloendotelial.
12
Dengan demikian, jumlah hemoglobin dalam retikulosit adalah refleksi yang cukup baik dari seberapa banyak zat besi yang tersedia.
Daripada memeriksa kadar hemoglobin di keseluruhan eritrosit yang
mungkin berada di mana saja antara 1 sampai 120 hari, hemoglobin retikulosit akan memberikan gambaran berapa banyak besi tersedia untuk
produksi sel darah merah dalam jangka waktu yang relevan secara klinis. Oleh karena itu, secara teoritis retikulosit hemoglobin merupakan penanda
yang cukup baik.
31
Karena ukuran rata-rata sel digunakan untuk perhitungan retikulosit hemoglobin maka pengukuran ini memiliki keterbatasan diagnostik.
Retikulosit hemoglobin sering rendah pada pasien thalasemia yang sedang diberi terapi besi dan hemoglobinopati yang dapat menyebabkan
anemia mikrositer. Retikulosit hemoglobin dapat pula meningkat pada pasien defisiensi besi yang bersamaan dengan anemia megalobastik
karena MCV tinggi yang terkait dengan megaloblastik.
16
2.3.2. Feritin
Besi seluler yang tidak langsung digunakan akan disimpan dalam bentuk feritin. Feritin adalah protein yang memiliki berat 480 kDa yang
terdiri dari 24 monomer apoferitin. Feritin dapat mengikat hingga 4500 atom besi yang tersimpan dalam bentuk Fe
3+
. Feritin ditemukan hampir di seluruh sel walaupun umumnya akan ditemukan di dalam sel hepatosit
hati, makrofag pada sum-sum tulang dan limfa yang berfungsi untuk menyediakan besi untuk sintesa hemoglobin.
.32,33
Feritin dalam jumlah kecil juga akan terdapat di dalam darah. Pada orang sehat dan penderita defisiensi besi tahap awal, konsentrasi feritin di
dalam serum akan seimbang dengan yang tersimpan. Pada orang dewasa
setiap 1 µgL serum feritin mengindikasikan kurang lebih 8 mg dari besi yang tersimpan. Meskipun demikian, hubungan langsung antara besi yang
dikonsumsi dengan feritin tidak begitu baik. Hal ini disebabkan oleh karena feritin juga merupakan protein reaktan fase akut yang kadarnya
akan meningkat apabila terjadi proses infeksi, inflamasi, keganasan dan penyakit hati. Cut-off feritin untuk defisiensi besi menurut WHO adalah
15 µgL, tetapi apabila didapati infeksi cut off defisiensi besi adalah 30 µgL.
1,20,24
2.3.3. Serum Iron
Serum iron adalah banyaknya besi yang diangkut oleh apotransferin.
13
Secara fisiologis, konsentrasi besi serum memiliki irama diurnal, dimana besi serum akan berkurang di sore dan malam hari,
mencapai titik nadir dekat pukul 9 malam dan meningkat menjadi maksimum antara pukul 7 dan 10 pagi. Meskipun berbagai penelitian
menunjukkan bahwa variasi diurnal terjadi, sangat diragukan apakah hal ini cukup penting secara klinis untuk mewajibkan semua nilai besi serum
diambil pada pagi hari. Konsentrasi besi serum berkurang dengan adanya proses inflamasi baik akut maupun kronis, infeksi, dan keganasan.
26,28,34
2.3.4. Total Iron Binding Capacity TIBC
Besi akan ditransportasikan di dalam plasma dan cairan ekstraseluler oleh transferin. Metaloprotein ini memiliki afinitas yang
sangat tinggi terhadap besi. Hampir seluruh besi dalam plasma akan diikat oleh transferin. Oleh karena itu, sangat tepat untuk mengukur konsentrasi
plasma transferin secara indirek dengan mengukur jumlah total iron binding capacity TIBC yang merupakan jumlah total ikatan besi dengan
tranferin.
24
Hanya sepertiga bagian dari transferin yang berikatan dengan besi, sehingga masih tersedia cadangan yang cukup banyak untuk
berikatan dengan besi apabila terjadi kelebihan besi.
20
TIBC akan
meningkat apabila terjadi pengurangan simpanan besi. TIBC akan berkurang apabila terjadi infeksi, inflamasi ataupun keganasan.
29
2.3.5. Saturasi Transferin TfSat
Konsentrasi besi dalam serum dan saturasi transferin akan turun seiring dengan pasokan besi yang menurun. Level saturasi dibawah 16
mengindikasikan ketidakcukupan besi untuk mempertahankan sintesa hemoglobin dalam kadar yang normal.
29
Persen saturasi transferin dengan besi ditentukan dengan membagi serum besi dengan TIBC dikali
100.
20
= × 100
2.4. Perubahan-Perubahan pada Wanita Hamil
2.4.1. Kebutuhan Besi selama Kehamilan
Ketersediaan besi sangat penting bagi proses pematangan janin. Hampir 1000 mg besi diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
pematangan janin selama kehamilan. Untuk mengatasi kebutuhan besi, penyerapan besi di duodenum meningkat lebih dari dua kali lipat selama
kehamilan.
Kebutuhan janin terhadap besi sangat tinggi, oleh karena itu plasenta akan mengambil besi dari plasma ibu sejauh yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan janin. Mobilisasi cadangan besi ibu membantu memenuhi kebutuhan itu apabila absorpsi besi pada saluran
pencernaan tidak cukup. Rata-rata terjadi mobilisasi sekitar 8 dari cadangan besi terjadi selama usia kehamilan 280 hari. Hasilnya adalah
menipisnya cadangan zat besi ibu sampai dapat menimbulkan defisiensi besi.
Transferin dalam sirkulasi akan mengikat dan mentransportasikan besi ke semua sel dalam tubuh. Umumnya, sumsum tulang adalah tujuan
utama sebab hampir 90 besi digunakan untuk produksi heme. Pada kehamilan, plasenta merupakan tujuan kedua. Besi yang dikirim ke
plasenta meningkat seiring usia kehamilan.
21,35
2.4.2. Perubahan Hematologi selama Kehamilan
Terdapat dua perubahan hematologi yang paling menonjol selama kehamilan yaitu, peningkatan volume plasma dan jumlah sel darah merah.
Volume plasma meningkat sekitar 30 sedangkan jumlah sel darah merah meningkat hanya sekitar 20, hasilnya adalah penurunan
hematokrit, karena variabel ini didefinisikan sebagai volume sel darah merah dalam volume plasma tertentu.
21,35
Penurunan hematokrit ini disebut anemia fisiologis atau dilutional anemia. Kenaikan volume plasma dimulai sekitar minggu ke-6
kehamilan.
36
Kenaikan ini awalnya cepat kemudian melambat setelah
sekitar minggu ke-30. Volume plasma sekitar 1200 mL hampir 50 lebih besar daripada di saat tidak hamil. Jumlah sel darah merah juga
meningkat pada waktu ini, dengan kenaikan sekitar 250 sampai 400 mL 20 sampai 30 dibandingkan saat tidak hamil.
Hematokrit biasanya menurun sampai trimester kedua, tapi naik perlahan-lahan setelahnya. Akibatnya, nilai hemoglobin akan berfluktuasi
selama kehamilan, sehingga dapat menimbulkan kebingungan. Cara yang paling baik adalah untuk menetapkan kadar hemoglobin 11 gdL sebagai
batas bawah dari nilai hemoglobin normal selama kehamilan. Kenaikan nilai eritropoietin tampaknya menjadi faktor kunci
terjadinya peningkatan jumlah sel merah selama kehamilan. Eritropoietin dapat meningkat sekitar 50 saat trimester kedua sampai akhir semester
tiga. Kenaikan eritropoietin lebih tinggi pada wanita yang kekurangan besi.
21,35
2.4.3. Penilaian Defisiensi Besi selama Kehamilan
Sama seperti perubahan pada jumlah sel darah merah dan volume plasma yang diakibatkan oleh kehamilan, perubahan juga terjadi pada
parameter penilaian cadangan besi. Kehamilan meningkatkan nilai serum feritin, sehingga menurunkan nilai diagnostiknya dalam menilai cadangan
besi. Penggunaan besi dalam pembentukan heme sebagai akibat dari ekspansi jumlah sel darah merah ibu akan mengakibatkan penurunan
serum besi dan peningkatan transferin. Keadaan fisiologis selama
kehamilan ini mengurangi penggunaan dua kunci parameter laboratorium dalam menganalisa defisiensi besi.
Peningkatan jumlah prekursor eritroid akan meningkatkan jumlah transferin reseptor dalam tubuh serta jumlah soluble transferin reseptor
dalam sirkulasi. Kehamilan hanya sedikit mengganggu kadar soluble trasnferin reseptor, membuat indeks ini menjadi penanda penting dalam
deteksi defisiensi besi pada ibu hamil.
37
Defisiensi besi menghambat sintesis hemoglobin oleh prekursor eritroid
sehingga menurunkan
mean corpuscular
hemoglobin concentration MCHC dan mean corpuscular volume MCV. Namun
penilaian MCHC dalam mendeteksi defisiensi besi bukan merupakan indeks yang baik. Kesulitannya terletak dalam waktu paruh sel darah
merah. Seiring dengan perkembangan defisiensi besi, sel-sel merah dengan nilai MCHC rendah bercampur dengan sel-sel yang sudah lebih
tua dalam sirkulasi dengan nilai MCHC normal. Penilaian retikulosit hemoglobin menghilangkan masalah ini.
Retikulosit berada di sirkulasi selama 2-3 hari sebelum menjadi eritrosit matang. Karena retikulosit baru saja muncul dari sumsum tulang,
retikulosit adalah jendela untuk status eritropoiesis saat ini. Kekurangan zat besi untuk proses eritropoesis menghasilkan retikulosit dengan kadar
hemoglobin rendah. Retikulosit hemoglobin menyediakan ketersediaan besi untuk prekursor sel darah merah, secara realtime dan dinamis.
21,35
2.5. Defisiensi Besi Defisiensi besi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
berkurangnya cadangan besi tubuh akibat asupan yang tidak adekuat, kebutuhan meningkat, atau perdarahan menahun.
2.5.1. Penyebab Defisiensi Besi
Defisiensi besi umumnya terjadi oleh karena tiga faktor yang mempengaruhi keseimbangan zat besi, yaitu :
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah umumnya merupakan penyebab paling utama dari anemia defisiensi besi di nengara-negara berkembang.
Perdarahan gastrointestinal merupakan penyebab tersering pada pria dan wanita postmenapause. Perdarahan menstrual yang berat
merupakan penyebab yang sering pda wanita-wanita usia reproduksi.
2. Diet
Kekurangan zat besi terjadi ketika asupan tidak seimbang dengan penggunaan dan kehilangan zat besi. Di seluruh dunia,
penyebab paling umum adalah rendahnya kadar zat besi makanan, terutama dalam bentuk yang mudah diserap seperti daging.
Kejadian kekurangan zat besi relatif tinggi pada wanita remaja, seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi karena
pertumbuhan dan menstruasi.
3. Malabsorpsi
Malabsorpsi adalah penyebab defisiensi besi yang kurang umum. Beberapa pasien dengan short bowel syndrome, dan
dengan riwayat gastrektomi tidak dapat menyerap zat besi secara normal.
30,38
2.5.2. Tahapan Defisiensi Besi
Perjalanan defisiensi besi melalui 3 tahapan, tahap : 1. Tahap iron depletion
Ketika tubuh berada dalam kekurangan besi, peristiwa pertama yang terjadi adalah pengurangan dari penyimpanan besi
tubuh, yang digunakan untuk produksi hemoglobin. Penyerapan zat besi meningkat ketika simpanan dikurangi, sebelum anemia
berkembang dan bahkan ketika tingkat zat besi dalam serum masih normal, meskipun serum feritin sudah turun.
2. Tahap iron deficient erythropoiesis Apabila kekurangan zat besi terus berlanjut saturasi
transferin akan menurun hingga dibawah 15 karena peningkatan konsentrasi transferin dan penurunan besi serum. Hal ini akan
berkembang menjadi tahap kekurangan besi untuk eritropoiesis. Terjadi pula peningkatkan konsentrasi reseptor transferin dan red
cell protoporfirin. Pada tahap ini, hemoglobin, MCV dan MCH mungkin masih dalam batas normal meskipun dapat meningkat
secara signifikan ketika diberikan terapi besi.
3. Tahap iron deficiency anemia Tahap selanjutnya adalah tahapan anemia defisiensi besi.
Sel-sel darah merah menjadi jelas mikrositik hipokromik dan poikilositosis lebih nyata dijumpai. MCV dan MCH berkurang dan
dapat pula dijumpai sel target. Saturasi transferin biasanya kurang dari 10 diakibatkan jumlah besi serum yang semakin menurun
dan kenaikan TIBC. Jumlah eritroblast yang mengandung besi sideroblas berkurang pada tahap awal sampai akhirnya sama
sekali tidak dijumpai pada tahap ini.
21,26,38,39
2.5.3. Diagnosa
Diagnosa defisiensi besi adalah sebagai berikut : Jenis kelaminUmur tahun Hemoglobin gdL
Laki-laki dewasa 13 Perempuan dewasa tidak hamil 12
Perempuan hamil 11 Anak umur 6 - 12 tahun 12
Anak umur 6 bulan - 6 tahun 11 Feritin 15 µgL
sTfR 8.5 mgL Saturasi Transferin 16
Mean cell volume MCV 8285 fL RDW 14
Eritrosit protoporfirin 70 µgdL 15tahun 15 tahun
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosa Defisiensi Besi.
1,40
2.6. Kerangka Konseptual
Cadangan Besi :
Feritin dan Hemosiderin
Besi dalam plasma : Serum Iron, TIBC,
Saturasi Transferin
Eritropoesis : sTfR, MCV,MCH,Hb,Ht,
RDW, Eritrosit Protoporphrin,
RET-HE Usia Kehamilan
Inhibitor
Intake
Enhancer RES
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode pengumpulan data secara potong lintang.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU RSUP H. Adam Malik Medan bekerjasama dengan Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK USURSUP H. Adam Malik Medan, mulai bulan Maret - Mei 2013.
3.3. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang berkunjung ke Poliklinik Ibu Hamil RSUP H. Adam Malik Medan mulai
bulan Maret - Mei 2013. Penelitian dihentikan bila jumlah sampel minimal tercapai atau waktu pengambilan sampel telah mencapai tiga bulan.
3.4. Sampel Penelitian
3.4.1. Cara pengambilan sampel penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian.