Waktu dan tempat penelitian Kelembaban relatif Bobot panen

Ismal 1981 menjelaskan bahwa metode ini merupakan pendekatan antara agronomi dan klimatologi dengan cara melihat hubungan suhu rata-rata harian dengan suhu dasar tanaman. Suhu dasar adalah suhu minimum yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Menurut Saxena dan Rai 1994, dalam Nair 1994, suhu dasar jamur tiram adalah 10 o C. Dibawah suhu 10 o C, jamur tiram tidak bisa mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu pada bulan April –Juli 2011 di Desa Pandan Sari Gadog Ciawi, Kabupaten Bogor dan pada bulan September –November 2011 di Desa Kukupu, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. 3.2 Bahan dan Peralatan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer bola kering, termometer bola basah, penggaris, alat tulis, timbangan, kamera digital, Global Positioning System GPS, seperangkat komputer dengan aplikasi Microsoft office dan MINITAB 14.

3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Bibit F2 jamur tiram putih Pleurotus ostreatus yang sudah dikemas di dalam 200 baglog steril.

3.2.3 Rancangan percobaan Rancangan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dua sampel. Uji t dua sampel digunakan untuk menentukan perbedaan kondisi dua sampel yang dibandingkan. Pada penelitian ini, sampel yang dibandingkan meliputi : suhu dan kelembaban di luar dan di dalam kumbung pada kedua lokasi dan bobot panen. Pada uji t dua sampel, nilai P-Value digunakan untuk menentukan perbedaan kondisi pada kedua sampel. Perbedaan kondisi yang diuji meliputi : P-Value lebih rendah dari 1 artinya nilai tengah kedua populasi sangat berbeda nyata, P-Value antara 1-5 artinya nilai tengah kedua populasi berbeda nyata, P-Value diatas 5 artinya nilai tengah kedua populasi tidak berbeda nyata. 3.3 Metoda Penelitian 3.3.1 Pengambilan data Pengambilan data dilakukan di lapangan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan di Desa Pandan Sari Gadog, Kabupaten Bogor dan tahap kedua dilakukan di Desa Kukupu, Kota Bogor. Pengambilan dua tahap dilokasi yang berbeda bertujuan untuk memperoleh kondisi suhu dan kelembaban yang sangat berbeda. Data pertumbuhan jamur tiram yang diukur dilapangan, meliputi: data persentase penutupan miselium, dan bobot panen. Data persentase penutupan miselium diukur setiap tujuh hari selama masa inkubasi dan data bobot panen pertama diukur setelah sampel dipanen pada masa budidaya. Unsur cuaca yang diukur di lapangan adalah suhu bola kering dan suhu bola basah. Pengukuran suhu bola kering dan suhu bola basah dilakukan setiap pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Pengukuran suhu bola kering dan bola basah dilakukan di luar kumbung dan di dalam kumbung.

3.3.2 Analisa data penelitian a.

Pertumbuhan miselium jamur tiram putih Pertumbuhan miselium jamur tiram putih diukur menggunakan penggaris. Data hasil pengukuran di konversi ke dalam bentuk persentase. Konversi ke dalam bentuk persentase dilakukan karena ukuran baglog jamur yang berbeda-beda. Persentase tutupan miselium jamur pada baglog diperoleh dengan menggunakan rumus : mise ium tin i mise ium Tin i ba o Kondisi tutupan miselium yang diamati adalah pada saat kurang dari 25, 25, 50, 75 , dan 100. Saat tutupan miselium mencapai 100, baglog jamur dipindahkan ke kumbung budidaya. b. Suhu udara Pengukuran suhu bola kering dan suhu bola basah dilakukan di luar dan di dalam kumbung pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Pengukuran dilakukan di dalam kumbung inkubasi maupun kumbung budidaya. Suhu bola kering digunakan sebagai nilai suhu udara. Penentuan rumus suhu rata-rata ditentukan dengan pengukuran suhu minimum dan maksimum diurnal pada hari- hari tertentu sebagai sampel sehingga pada hari tersebut dapat ditentukan rumus suhu rata-rata : T rata-rata = T max + T min 2 Berdasarkan kalibrasi, nilai suhu rata-rata harian dapat didekati menggunakan rumus: T rata-rata = 2T 8 +T 12 +T 16 4 Suhu udara di luar dan di dalam kumbung dianalisa menggunakan uji t dua sampel untuk menentukan perbedaannya.

c. Kelembaban relatif

Nilai kelembaban relatif diduga dengan menggunakan data hasil pengukuran suhu udara dan suhu bola basah di lapangan. Menurut Ahrens 2007 Nilai kelembaban relatif diperoleh menggunakan rumus : RH = {eaesTBK}100 Dimana : ea = esTBB-0,66TBK-TBB esTBK = 6,1078 EXP17,139TBK TBK+237,3 esTBB = 6,1078 EXP17,139TBB TBB+237,3 Keterangan : es : Tekanan uap air jenuh ea : Tekanan uap air aktual TBK : Suhu bola kering o C TBB : Suhu bola basah o C Perbedaan nilai kelembaban di kedua lokasi kemudian dianalisa menggunakan uji t dua sampel.

d. Bobot panen

Bobot panen diukur menggunakan timbangan dengan nilai ketepatan 10 gram. Bobot panen yang ditimbang yaitu pada panen pertama. Data bobot panen pada kedua lokasi kemudian diolah menggunakan uji t dua sampel untuk menentukan perbedaannya. e. Heat unit Data heat unit dihitung untuk setiap fase pertumbuhan jamur tiram putih, yaitu fase miselium, dan fase pembentukkan tubuh buah. Data yang digunakan untuk menghitung besaran heat unit adalah data suhu rata-rata harian dan data suhu dasar temperature base jamur tiram. Nilai suhu dasar jamur tiram yang digunakan adalah 10 o C. Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai heat unit adalah : Heat unit = Tmean – Tbase Sementara untuk menduga akumulasi heat unit pada tanaman pada setiap fase digunakan rumus : i Akumulasi heat unit = ∑ HU n=1 Keterangan : HU : Heat unit tanaman hari ke-i Tmean : Suhu udara rata-rata harian Tbase : Suhu dasar tanaman 10 o C Saxena dan Rai 1994 dalam Nair 1994 n : Hari ke-i i : 1, 2, 3, 4, .. f. Koefisien variasi CV Nilai koefisien variasi yang dicari adalah nilai koefisien variasi lamanya fase pertumbuhan dan heat unit. Koefisien variasi digunakan untuk mencari korelasi antara lamanya fase dengan nilai heat unit. Nilai koefisien variasi dicari menggunakan rumus : CV HU = HU PS -HU KP x 100 HU PS CV LF = LF PS -LF KP x 100 LF PS Keterangan : CV HU : Koefisien variasi heat unit CV LF : Koefisien variasi lama fase HU PS : Heat unit di Pandan Sari HU KP : Heat unit di Kukupu LF PS : Lama fase di Pandan Sari LF KP : Lama fase di Kukupu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Pada penelitian ini, karakteristik lokasi penelitian ditinjau berdasarkan dua aspek, yaitu kondisi karakteristik lingkungan dan kondisi karakteristik kumbung jamur tiram.

4.1.1 Karakteristik lingkungan Lokasi penelitian pertama terletak di Jalan

Raya Puncak Gadog, tepatnya di desa Pandan Sari Ciawi Bogor. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Bogor. Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada 6,650 o LS dan 106,862 o BT dengan ketinggian 437 mdpl. Desa Pandan Sari terletak di bagian timur Kabupaten Bogor. Desa Pandan Sari merupakan desa pertanian yang didominasi oleh pertanian jamur tiram dan padi. Lokasi ini berada di DAS Ciliwung dan diapit oleh saluran-saluran irigasi. Lokasi penelitian kedua terletak di Kelurahan Cibadak, tepatnya di desa Kukupu Tanah Sareal Bogor. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kota Bogor. Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada koordinat 6,544 o LS dan 106,776 o BT dengan ketinggian 169 mdpl. Desa Kukupu terletak di bagian utara Kota Bogor dan diapit oleh perumahan Tamansari Persada dan Bukit Cimanggu City.

4.1.2 Karakteristik kumbung jamur tiram

Pada lokasi penelitian di Desa Pandan Sari, kumbung inkubasi berukuran panjang 15 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 8 meter. Dinding kumbung inkubasi tidak ditutupi sehingga terkena paparan kondisi lingkungan di luar secara langsung. Kumbung inkubasi Pandan Sari memiliki kapasitas penyimpanan 60.000 baglog. Kumbung inkubasi Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Kumbung inkubasi Pandan Sari Sumber : dokumentasi pribadi. Kumbung budidaya di Pandan Sari memiliki ukuran panjang 20 meter, lebar 10 meter dan tinggi 8 meter. Kumbung budidaya Pandan Sari sudah dilengkapi dengan dinding berventilasi. Kumbung budidaya Pandan Sari memiliki kapasitas 35.000 baglog. Kumbung budidaya Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Kumbung budidaya Pandan Sari Sumber : dokumentasi pribadi. Pada lokasi penelitian kedua, yaitu di Desa Kukupu, kumbung inkubasi berukuran panjang 10 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 7 meter. Kumbung inkubasi di Kukupu tertutup rapat oleh bilik bambu dengan ventilasi sedikit. Kapasitas penyimpanan kumbung inkubasi Kukupu adalah sebanyak 50.000 baglog. Kumbung inkubasi Kukupu dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Kumbung inkubasi Kukupu Sumber : dokumentasi pribadi. Kumbung budidaya Kukupu memiliki ukuran panjang 10 meter, lebar 7 meter dan tinggi 7 meter. Kumbung budidaya Kukupu dilengkapi ventilasi pada dindingnya. Kumbung budidaya Kukupu memiliki kapasitas sebanyak 25.000 baglog. Kumbung budidaya Kukupu dapat dilihat pada Gambar 7.

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 2 14

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 2 16

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Batang Dan Tongkol Jagung.

0 3 14

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 2 15

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 3 15

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 0 16

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 1 13

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 4 15

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 3 15