Persentase tutupan miselium Fase miselium pada jamur berlangsung di Pembentukkan tubuh buah dan produksi jamur tiram

Tabel 1 Nilai heat unit jamur tiram. Lokasi Ketinggian mdpl T Rata-rata o C Lama fase hari Heat unit degree days Inkubasi Budidaya Miselium Tubuh buah Miselium Tubuh buah Pandan Sari 437 27,4 26,8 56 39 974,6 652,9 Kukupu 169 28,5 27,7 49 28 907,0 494,3 Variasi 12,5 28,2 6,9 24,3 juga menunjukkan nilai koefisien variasi untuk lama fase tubuh buah yaitu sebesar 28,2 sedangkan nilai koefisien variasi heat unit fase tubuh buah terhitung sebesar 24,3. Nilai koefisien variasi lama fase dan nilai koefisien heat unit pada setiap fase mengalami kesalahan sehingga terjadi perbedaan nilai yang besar. Nilai koefisien lama fase menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien heat unit pada setiap fase. Kesalahan tersebut terjadi pada metode pengamatan sampel. Pengamatan yang dilakukan saat penelitian, dilakukan setiap minggu. Seharusnya, pengamatan fenologi tanaman dilakukan dalam durasi harian sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang diamati memiliki resolusi yang lebih tajam. Pada pengamatan fenologi yang dilakukan secara harian, nilai koefisien variasi lama fase dan koefisien variasi heat unit tidak akan mengalami perbedaan yang besar. Kondisi suhu rata-rata harian di Kukupu yang lebih tinggi menyebabkan jamur tiram mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada di Pandan Sari. Perkembangan pada jamur tiram membutuhkan sejumlah panas yang dapat dihitung dengan konsep heat unit. Semakin tinggi nilai suhu rata-rata harian maka perkembangan jamur tiram akan semakin cepat. Namun perkembangan yang cepat akan berakibat pada pertumbuhan jamur tiram yang kurang sempurna. Jamur tiram menjadi lebih cepat matang sebelum memasuki ukuran yang diharapkan. 4.5 Pertumbuhan Jamur Tiram

4.5.1 Persentase tutupan miselium Fase miselium pada jamur berlangsung di

dalam kumbung inkubasi. Pada kedua lokasi, kondisi kumbung inkubasi memiliki suhu rata-rata harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kumbung budidaya. Sedangkan kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi lebih rendah dibandingkan dengan di dalam kumbung budidaya. Hal ini disebabkan pada kumbung inkubasi tidak ada perlakuan untuk mengontrol kondisi suhu dan kelembaban. Kondisi suhu yang hangat cocok untuk merangsang pertumbuhan miselium jamur tiram. Berdasarkan sampling pada minggu pertama yang dilakukan tujuh hari setelah baglog di produksi dan diletakkan di kumbung inkubasi, persentase tutupan miselium di Pandan Sari lebih banyak pada nilai kurang dari 25 yaitu sebanyak 66 sampel dan sebanyak 34 sampel sudah mencakup 25 tutupan miselium. Sampling pertama yang dilakukan di Kukupu menunjukkan hasil yang lebih cepat sebanyak 59 sampel memiliki persentase tutupan miselium kurang dari 25, 32 sampel memiliki tutupan 25, dan sebanyak sembilan sampel sudah mencapai tutupan 50. Berdasarkan Gambar 22 dan Gambar 23 , laju persentase tutupan miselium yang paling cepat terjadi di Kukupu. Di Pandan Sari, semua sampel baru dipindahkan ke kumbung budidaya setelah delapan minggu di dalam kumbung inkubasi. Sedangkan di Kukupu, seluruh sampel sudah dipindahkan ke kumbung budidaya setelah tujuh minggu. Pemindahan sampel dilakukan setelah penutupan miselium 100 pada permukaan baglog.

4.5.2 Pembentukkan tubuh buah dan produksi jamur tiram

Pembentukkan tubuh buah terjadi di dalam kumbung budidaya. Kumbung budidaya mengalami modifikasi lingkungan melalui beberapa perlakuan, yaitu penyiraman dan pengaturan sirkulasi udara sehinggan kondisinya berbeda dengan kumbung inkubasi yang rata-rata suhunya lebih hangat dan kelembabannya lebih rendah. Bila suhu terlalu tinggi dan kelembaban rendah, tubuh buah jamur bisa menguning dan mengalami kekurangan bobot. Suhu juga berpengaruh pada laju pembentukkan tubuh buah. Pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung budidaya Kukupu lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung budidaya Pandan Sari. Penimbangan bobot panen sampel dilakukan menggunakan timbangan dengan akurasi 10 gram. Bobot panen yang ditimbang adalah bobot panen pertama seluruh sampel yang telah dipindahkan ke dalam kumbung budidaya pada kedua lokasi. Berdasarkan uji t dua sampel yang dilakukan terhadap data bobot panen di kedua lokasi, kondisi bobot panen kedua lokasi sangat berbeda. Bobot rata-rata panen pertama di Pandan sari sebesar 214 gramlog sedangkan bobot rata-rata panen pertama di Kukupu sebesar 189 gramlog. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi iklim mikro kumbung budidaya Pandan Sari lebih mendukung untuk menghasilkan tubuh buah jamur tiram yang lebih baik daripada di dalam kumbung budidaya Kukupu. Gambar 22 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Pandan Sari. Gambar 23 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Kukupu. Tabel 2 Bobot hasil panen pertama. Lokasi Jumlah Sampel Bobot Rata-rata gramlog Bobot Total gram Pandan Sari 93 214 19870 Kukupu 91 189 17010

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Suhu rata-rata harian lingkungan di Pandan Sari terukur sebesar 27,4 o C, sedangkan di Kukupu terukur sebesar 29,4 o C. Kelembaban relatif lingkungan di Pandan Sari terhitung sebesar 87, sedangkan di Kukupu terhitung sebesar 81. Fase miselium di Pandan Sari berlangsung selama 56 hari sedangkan di Kukupu berlangsung selama 49 hari. Suhu rata-rata di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari terukur sebesar 27,4 o C, sedangkan di dalam kumbung inkubasi Kukupu terukur sebesar 28,5 o C. Kelembaban relatif di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari terhitung sebesar 87, sedangkan di dalam kumbung inkubasi Kukupu terhitung sebesar 82. Fase pembentukan tubuh buah di Pandan Sari berlangsung selama 39 hari, sedangkan di Kukupu berlangsung selama 28 hari. Hal ini disebabkan oleh kondisi suhu dan kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya kedua lokasi sangat berbeda. Suhu rata-rata harian di dalam kumbung budidaya Pandan Sari terukur sebesar 26,8 o C, sedangkan di Kukupu terukur sebesar 27,7 o C. Kelembaban relatif di dalam kumbung budidaya Pandan Sari terhitung sebesar 88, sedangkan di Kukupu terhitung sebesar 86. Nilai heat unit pada fase miselium di Pandan sari terhitung sebesar 974,6 derajat hari, sedangkan di Kukupu terhitung sebesar 907,0 derajat hari. Nilai heat unit pada fase tubuh buah di Pandan Sari terhitung sebesar 652,9 derajat hari, sedangkan di Kukupu terhitung sebesar 494,3 derajat hari. Perbedaan nilai heat unit pada kedua lokasi terjadi karena hilangnya resolusi akibat pengamatan yang tidak dilakukan setiap hari. Hasil produksi jamur tiram di Pandan Sari lebih baik daripada di Kukupu. Bobot rata- rata panen pertama di Pandan Sari sebesar 214 gramlog. Sedangkan bobot rata-rata panen pertama di Kukupu hanya sebesar 189 gramlog. Hal ini disebabkan oleh waktu tumbuh jamur tiram. Jamur tiram yang tumbuh lebih cepat memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan yang lebih lama tumbuhnya.

5.2 Saran

Melakukan analisa pengaruh cuaca terhadap pertumbuhan jamur tiram pada lokasi yang sama dengan periode yang berbeda serta pengukuran intensitas cahaya di dalam kumbung dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pengukuran laju penutupan miselium pun sebaiknya dilakukan setiap hari agar memperoleh resolusi pengamatan fenologi yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ahrens CD. 2007. Meteorology Today. Belmont: Thomson BrooksCole. Chazali S, Pratiwi PS. 2009. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Bogor: Penebar Swadaya. Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Gusdorf J, Szadkowski F, Simpson C, Swinton MC, Hwang TJ. 2006. Modified Air Circulation: Energy Saving and Indoor Air Quality. Prosiding Konferensi ACEEE Summer Study on Energy Pacific Grove CA. 13-18 Agustus 2006. Hlm 1-12. Iqbal M, Rauf A, Sheikh MI. 2005. Yield Performance of Oyster Mushroom on Different Substrates. International Journal of agriculture biology. Vol. 7 No. 6. Ismal G. 1981. Penggunaan Metode Satuan Panas Untuk Menentukan Umur Jagung Zea mays [Tesis]. Bogor: FPS-IPB. Iwata F. 1979. Heat Unit Concept Of Crop Maturity. New Delhi: Oxford IBH Publishing co. Khonga EB. 2003. Highlights of Oyster Mushroom Pleurotus sp Production Reasearch In Botswana. UNISWA Journal of Agriculture. Vol. 12 : 45-52. McIlveen R. 1986. Basic Meteorologi a Physical Outline. Workingham : Van Nostrand Reinhold UK co. Ltd. Miller P, Lanier W, Brandt S. 2011. Using Growing Degree Days to Predict Plant Stages. Montana State University Nair MC. 1994. Advance in Mushroom Biotechnology. Scientific Publ India. p. 40-51. Naiola E. 1993. Budidaya Jamur Merang dan Jamur Tiram Putih Pada Pekarangan di Daerah DAS Cisadane. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH. 14 Juni 1993. Hlm 1-6. Parjimo, Andoko A. 2007. Budidaya Jamur Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 2 14

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 2 16

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Dengan Penambahan Limbah Batang Dan Tongkol Jagung.

0 3 14

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 2 15

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 3 15

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 0 16

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 1 13

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 4 15

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Molase Dengan Dosis Yang Berbeda.

0 3 15