Terlepas dari pemilihan humas internal maupun eksternal yang akan digunakan oleh perusahaan, ada enam kriteria yang merangkum kualitas diri
seorang praktisi humas yang baik, terlepas dari latar belakang pribadinya, di antaranya adalah; 1 Mampu menghadapi semua orang yang memilki aneka
ragam karakter dengan baik, hal itu berarti seorang praktisi humas harus mampu dan mau berusaha memahami dan harus berusaha setoleran mungkin terhadap
orang-orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi seorang penjilat; 2 Harus mampu berkomunikasi dengan baik, dalam arti bahwa ia mampu menjelaskan
sesuatu dengan jelas dan lugas baik secara lisan maupun tertulis atau bahkan melalui visualisasi gambar atau foto; 3 Pandai mengorganisir segala sesuatu,
hal ini nantinya akan menuntut kemampuan perencanaan yang prima; 4 Memiliki integritas personal yang baik di dalam profesi maupun kehidupan
personal pribadinya; 5 Memiliki imajinasi, dalam artian bahwa memiliki daya kreatif yang cukup baik sehingga akan membantu dia dalam pembuatan jurnal
internal, menulis naskah film atau video, menyusun rencana kampanye humas yang rinci dan jelas serta mampu menemukan cara-cara yang semula tak
terbayangkan guna memecahkan berbagai macam masalah; 6 Serba tahu, dalam artian seorang praktisi humas harus memiliki akses informasi yang seluas-luasnya.
Dalam hal ini mau ataupun tidak mau ia memang harus dituntut untuk menjadi “manusia super” Anggoro ,2000.
2.1.3. Opini Publik Sebagai Dasar Pembentukan Citra
Opini publik adalah pandangan atau anggapan yang dimiliki oleh masyarakat dan sekelompok orang yang berkaitan dan berkepentingan pada suatu
objek dalam perusahaan Muntaha,1985. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa peran humas adalah untuk menciptakan opini publik yang
berkualitas sehingga diperlukan sikap saling percaya dan terbuka antara publik dan perusahaan. Dengan adanya sikap terbuka terhadap publik akan memudahkan
orang untuk dapat membentuk dan mengembangkan opini publik. Bagi humas opini publik merupakan suatu konfirmasi dan merupakan
suatu pernyataan terhadap suatu keinginan dan kebutuhan yang diungkapkan melalui berbagai macam ide, pendapat, usulan, kritik, keluhan, tulisan dan
gambar. Bagi organisasi, lembaga atau perusahaan opini publik ini penting untuk mengadakan perbaikan dan koreksi, mengadakan perkembangan, menjadikan
organisasi semakin kompetitif dan mampu bersaing dengan organisasi sejenisnya dan menjadikan organisasi atau perusahaan unggulan sehingga dapat menjamin
eksistensinya. Kusumastuti, 2001. Sebelum menggunakan opini publik maka hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya adalah: siapa kelompok publiknya, apa tujuannya, kapan harus dicapai, mengapa hal tersebut harus dilaksanakan, media apa yang tepat bagi
pelaksanaan, apa yang harus dicapai, apa yang dapat dicapai, siapa yang harus melaksanakannya dan bagaimana evaluasi masing-masing kegiatan secara
keseluruhan Assumpta Rumanti, 2001. Menurut Djanalis 1993 hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk
dan mempengaruhi opini publik, yakni: 1 Pembentukan atau perubahan opini publik memerlukan keterbukaan yang akan mempermudah dan menguatkan opini
publik tersebut; 2 Humas dalam fungsinya bertujuan untuk mencapai sikap terbuka dan saling mengembangkan keterbukaan, maka humas merupakan bagian
dari keterbukaan suatu kehidupan manusia atau kehidupan publik; 3 Humas berusaha untuk mempengaruhi opini publik,sebaliknya opini publik akan
memberikan masukan pada humas. Dengan penjelasan tentang pentingnya kepercayaan dan keterbukaan dalam menciptakan opini publik dan pentingnya
opini publik bagi perusahaan maka humas dan opini publik akan sangat erat hubungannya dan akan saling berhubungan.
Opini publik akan mempengaruhi relasi terhadap keterbukaan humas. Misalnya, ketika organisasi mendapatkan masalah yang berhubungan dengan
lingkungan maka opini publik merupakan dasar dalam mengatasi masalah tersebut. Setelah diproses bersama manajemen, humas dapat menyampaikan hal
tersebut secara terbuka kepada umum. Keadaan terbuka untuk umum merupakan gejala umum pada publik yang ditekankan pada kegiatan sebagai relasi humas dan
opini publik. Misalnya, perkembangan masyarakat yang diwujudkan dapat merupakan kebutuhan publik yang penting terhadap strategi humas dalam
organisasi. Dengan kesadaran bahwa opini publik tersebut memiliki arti seimbang untuk saling mempengaruhi, adanya rasa saling percaya, saling pengertian, dan
mementingkan kepentingan umum Kasali,1994. Ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian untuk
menciptakan opini publik yang efektif, diantaranya yaitu: 1 Dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang tepat; 2 Dengan metode penyampaian
pesan atau cara mengadakan pendekatan pada publik; 3 Dengan intensitas informasi dan pesan yang tinggi.
Kegiatan humas internal dalam rangka menciptakan opini publik internal adalah dengan cara menciptakan komunikasi internal komunikasi
pegawaiemployee communication. Ada tiga bentuk komunikasi pegawai, yakni komunikasi ke bawah downward communication, komunikasi ke atas upward
communication dan komunikasi sejajar sideways communication. Komunikasi ke bawah adalah komunikasi dari atasan ke bawahan dalam hal ini adalah dari
pihak manjemen atau pimpinan perusahaan kepada para pegawai. Komunkasi ke atas adalah komunikasi dari atasan ke bawahan dalam hal ini adalah dari pegawai
ke pihak manajemen. Sementara komunikasi sejajar adalah komunikasi yang berlangsung antara sesama pegawai Anggoro, 2000.
Sementara menurut Greener 1995 menjelaskan bahwa tingkat efektifitas dari humas internal sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yakni: 1 Keterbukaan dari
pihak manjemen; 2 Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai; 3 Keberadaan seorang manajer
komunikasi atau manajer humas tidak hanya seorang ahli yang berpengalaman namun juga didukung oleh sumber daya teknis yang modern.
Dalam memilih perangkat bantu komunikasi media internal umumnya akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi, jumlah dan strata personel dan
juga lokasi kerja. Tujuan penggunaan media internal adalah untuk menjalin hubungan baik dan komunikasi yang berkesinambungan baik komunikasi ke atas,
ke bawah maupun komunikasi sejajar sehingga dapat meningkatkan citra positif perusahaan di mata publik internal Assumpta Rumanti, 2001.
Ada beberapa media internal yang dapat digunakan oleh humas untuk membentuk citra positif perusahaan terhadap publik internal di antaranya adalah:
1 Jurnal internal; 2 Papan Pengumuman; 3 Kotak saran; 4 Obrolan
langsung; 5 Literatur informasi; 6 Konfrensi staf; 7 Acara kekeluargaan Greener, 1995.
Semua pegawai berhak untuk mengetahui apakah per usahaannyaa masih layak dan bernilai untuk dijadikan tempat sandaran hidup, baik dari segi
penghasilan maupun prospek karir jabatan. Pertimbangan inilah yang kemudian merupakan intisari kepuasan kerja dari setiap orang. Seeorang akan bekerja jauh
lebih baik dan merasa puas terhadap pekerjaannya jika mengetahui nasib dan masa depannya. Dengan demikian kepuasan kerja itu sangat erat sekali
hubungannya dengan pengetahuan dan pemahaman yang merupakan tujuan inti dari dunia kehumasan. Hal penting terakhir yang dapat memicu tumbuhnya suatu
komunikasi positif antar pihak manjemen dan pegawainya adalah yang harus diupayakan adalah dengan menciptakan rasa saling memiliki dan tanggung jawab
bersama sehingga masing-masing pihak merasa dibutuhkan dan dihargai. Model iklan, gaya bangunan, nama perusahaan dan kemasan produk harus dapat
dimanfaatkan untuk dapat menumbuhkan sikap dan perusahaan positif tersebut Anggoro, 2000.
Komunikasi eksternal dapat menciptakan opini publik sebagai efeknya. Maka dari itu komunikasi eksternal akan menciptakan relasi dan
mengembangkannya yang selanjutnya akan menentukan keberlangsungan hidup sebuah organisasi. Ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan oleh seorang
praktisi humas dalam melakukan komunikasi eksternal dalam rangka menciptakan citra positif perusahaan, diantaranya adalah: 1 Seorang praktisi humas harus
mampu menyusun konsep dan menentukan strategi, sebagai penasehat harus mampu mengetahui isu-isu sentral yang akan diproses secara sistematis; 2
Sebagai seorang teknisi harus mampu mengoperasikan suatu konsep secara terkoordinir, terorganisir; 3 Perlu memiliki keahlian yang diperlukan dan
sebagai bagian dari tim kerja perlu memiliki berbagai macam ilmu Assumpta Rumanti, 2001.
Sementara menurut Greener 1995 dalam melaksanakan tugasnya, humas menggunakan media. Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk: 1
Membantu untuk mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa; 2 Menjalin komunikasi berkesinambungan; 3 Meningkatkan
kepercayaan publik; 4 Meningkatkan citra baik perusahaan. Untuk mendukung tujuan tersebut, secara garis besar media humas dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: 1 Media cetak, termasuk di dalamnya house journal, surat kabar, tabloid, majalah; 2 Broadcasting media
atau media audio visual; 3 Special event, termasuk di dalamnya konferensi pers, seminar, dan pameran; 4 Media luar ruang, termasuk di dalamnya spanduk,
papan reklame, dan lain-lain. Penggunaan dari variasi media publikasi yang ada bertujuan untuk
menciptakan atau mempertahankan reputasi perusahaan pada publiknya dengan cara membangun citra perusahaan melalui karakteristik, misi, maupun sifat-sifat
positif dari perusahaan yang akan disosialisasikan oleh media publisitas tersebut. Semua hal ini merupakan upaya humas dalam rangka menciptakan citra positif
perusahaan terhadap publik eksternal.
2.1.4. Mekanisme dan Kode Etik Profesi Humas