Keterlindungan Lokasi Batimetri HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Keterlindungan Lokasi

Keterlindungan lokasi menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya rumput laut. Arus dan gelombang besar akan menyebabkan kerusakan pada konstruksi budidaya rumput laut, selain itu tanaman rumput laut juga akan rontok atau rusak DKP, 2006. Penentuan keterlindungan lokasi dilakukan dengan membuat komposit citra dan dilakukan training area menggunakan klasifikasi supervis, sehingga didapatkan kelas baru berupa keterlindungan lokasi. Lokasi terlindung terdapat pada daerah teluk atau selat yang sempit, daerah laguna goba, dan daerah rataan karang Sulma et al.,2005. Pada daerah yang memiliki tutupan karang yang panjang akan berguna untuk meredam gelombang. Perairan terbuka yang mengalami hempasan gelombang besar dan angin kuat tidak direkomendasikan sebagai daerah budidaya rumput laut. Pada zona budidaya di Taman Nasional Karimunjawa sudah memiliki keterlindungan lokasi yang baik, hal ini dapat dilihat pada Gambar 14. Zona budidaya berada pada daerah dekat pantai, dimana pada daerah tersebut dikelilingi oleh tutupan karang panjang yang berfungsi meredam gelombang, gelombang yang mencapai zona budidaya akan lebih kecil dibandingkan pada daerah terbuka laut lepas, sehingga kegiatan budidaya rumput laut terlindung dari gelombang dan arus besar Lampiran 6. Pada pembahasan arus dan angin sebelumnya dapat dilihat arus dan angin berasal dari arah barat hingga timur dan bergerak ke arah selatan, sehingga pada bagian selatan Taman Nasional Karimunjawa lebih terlindung dibandingkan bagian barat, utara, dan timur. 37 Gambar 14. Kesesuaian berdasarkan keterlindungan wilayah perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

4.5 Batimetri

Batimetri perairan Kepulauan Karimunjawa berkisar antara 0 – 55 meter. Kedalaman perairan yang mengelilingi pulau-pulau dan gosong di Taman Nasional Karimunjawa relatif dangkal. Dapat dilihat pada Lampiran 7 sebaran kedalaman perairan semakin dalam saat menuju laut lepas. Kedalaman perairan pada zona budidaya tergolong sesuai untuk dilakukan metode tali rawai karena kedalaman perairan berkisar antara 0 – 30 meter Gambar 15. Namun pada daerah dekat darat kurang sesuai untuk metode tali rawai karena kedalaman perairan kurang dari 5 meter. Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut dengan sistem tali rawai long-line berada pada kisaran 5 – 20 meter DKP, 2006; SNI, 2010. Kedalaman perairan antara 5 – 20 meter dimaksudkan agar rumput laut terhindar dari penumpukan partikel dasar perairan jika substrat dasarnya lumpur pada saat arus terlalu kencang terjadi. Kedalaman seperti ini juga terkait untuk kemudahan saat pemasangan jangkar pada metode tali rawai Sulistijo, 2002. 39 Gambar 15. Kesesuaian berdasarkan kedalaman perairan pada zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa

4.6 Kecerahan