dengan bantuan Extention Gird Contur sehingga terbentuk kontur, selanjutnya kontur tersebut di convert to polygon yang menghasilkan tema itu sendiri. Hasil
dari poligon atau coverage layer ini yang digunakan untuk proses overlay. b Proses Tumpang Susun overlay
Sebelum proses tumpang susun dilakukan, setiap tema dinilai tingkat pengaruhnya terhadap penentu kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-
masing tema ini menggunakan pembobotan weighting. Setiap tema dibagi dalam beberapa kelas yang disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian diberi skor
sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Setiap kelas akan memperoleh nilai akhir yang merupakan hasil dari penjumlahan skor dari semua parameter.
3.5 Pembobotan Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut
Setiap parameter memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengaruh dari masing-masing parameter terhadap hasil akhir kesesuaian lahan
rumput laut. Tabel 1 berikut merupakan penilaian setiap parameter untuk kesesuaian lahan budidaya rumput laut :
Tabel 1. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut
Sumber : DKP 2006; SNI 2010 No
Parameter Tidak sesuai
1 Sesuai
3 Sangat Sesuai
5 Bobot
B 1
Keterlindungan Terbuka
Terlindung Sangat
Terlindung 2
2 Arus ms
0.1 0.4 0.1 – 0.2
0.3 – 0.4 0.2 – 0.3
2 3
Kedalaman m 5 20
10 – 20 5 – 10
2 4
Dasar Perairan Lumpur
Karang hidup Pasir
Karang mati Makro alga
1
5 Salinitas ppt
28 35 28 - 32
32 - 35 2
6 Suhu
o
C 20 32
20 – 26 26 - 32
2 7
Kecerahan m 1 10
1 – 2 5 - 10
2 – 5 1
Setiap zona akan memiliki nilai kesesuaian dari setiap parameter yang dianggap paling penting dalam penentuan kesesuaian lahan. Didasarkan pada
perhitungan dengan rumus sebagai berikut scoring : N = ΣBi x Si
.......................................................... 2 Dimana :
N = Total bobot nilai
Bi = Bobot pada tiap kriteria
Si = Skor pada tiap kriteria
Interval kelas kesesuaian lahan diperoleh berdasarkan metode Equal Interval Prahasta, 2002, selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian
nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian dibagi jumlah kelas, kelas kesesuaian dibagi 3 yaitu
sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Maka dapat dinyatakan dengan rumus dibawah ini :
Selang tiap kelas = Σ Bi x Simax – Σ Bi x Simin ......................... 3
3 Berdasarkan rumus di atas, selang masing-masing kelas ditetapkan nilainya
sebagai berikut : Kelas sangat sesuai S1 : 44 - 60
Kelas sesuai S2 : 28 - 43
Kelas tidak sesuai S3 : 12 - 27 Masing-masing kelas di atas didefinisikan sebagai berikut Suwargana et
al., 2006 : Kelas Sangat sesuai S1, lahan ini tidak memiliki faktor pembatas yang
berarti untuk suatu penggunaan secara lestari. Hambatan tidak mengurangi produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dan tidak akan meningkatkan
masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas yang masih dapat diterima. Kelas sesuai S2, lahan yang tergolong dalam kelas ini memiliki faktor
pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang diperoleh. Pembatas yang ada meningkatkan masukan atau biaya yang diperlukan.
Kelas tidak sesuai S3, lahan ini disarankan untuk dibiarkan tanpa dikelola atau dikelola secara alami, karena faktor pembatasnya bersifat permanen.
Selain faktor ekologis diatas ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu : faktor resiko keamanan, keterlindungan, dan konflik
dan kemudahan aksesibilitas, faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan berpengaruh DKP, 2006. Taman Nasional Karimunjawa sudah membuat zonasi
di masing-masing tempat BTNKJ, 2010 sesuai kebutuhan , zonasi tersebut mempertimbangan kelestarian lingkungan, konflik, dan lain-lain, sehingga akan
terwujud pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan fungsinya.
25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Substrat Dasar Perairan Dangkal
Pengolahan citra untuk mendapatkan penampakan substrat dasar perairan maka dilakukan transformasi citra dengan pendekatan “Standard Exponential
Attenuation Model”. Dilakukan ekstrak nilai digital band 1 dan band 2 dari citra Landsat 7 ETM+ sehingga didapatkan nilai koefisien attenuasi perairan kikj
yaitu 2,357859718 contoh perhitungan pada Lampiran 1. Setelah didapat nilai koefisien attenuasi perairan kikj maka persamaan algoritmanya yaitu Y= ln
Band
1
– 2,357859718ln Band
2
. Dari hasil transformasi citra maka didapatkan perbedaan penampakan pada
citra antara karang hidup, karang mati, lamunmakro alga, dan pasir. Karang hidup berwarna cyan, karang mati berwarna merah, lamunmakro alga berwarna merah
menuju kuning bercak coklat, dan pasir berwarna kuning. Substrat dasar perairan di Taman Nasional Karimunjawa lebih didominasi
oleh pasir kemudian karang hidup, lamunmakro alga, dan karang mati. Luas masing-masing substrat dasar perairan dapat dilihat pada Tabel 2. Umumnya
substrat dasar yang mengelilingi pulau-pulau di Taman Nasional Karimunjawa dimulai dengan substrat pasir, lamunmakro alga, karang mati, dan karang hidup
Lampiran 2. Klasifikasi substrat dasar perairan dapat dilihat pada Gambar 8. Tabel 2. Luas substrat dasar perairan Kepulauan Karimunjawa
Substrat dasar Luas m
2
Luas ha
Karang hidup 16282380
1628,23 Karang mati
13631442 1363,14
Lamun makro alga 15812335
1581,23 Pasir
34707346 3470,73