mendapat dorongan positif dari orang tuanya faktor eksternal, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil
pembelajaran. Karena pengaruh-pengaruh faktor tersebut, muncul anak-anak yang berprestasi tinggi high-achievers, berprestasi rendah under-achievers atau
gagal sama sekali Syah, 2009.
2.2.2.1. Faktor Internal Anak
Faktor internal berasal dari diri sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisologis yang bersifat jasmaniah, dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah Syah,
2009.
2.2.2.1.1. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus otot anak menandai tingkat kebugaran organ- organ tubuh, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran Syah, 2009. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu Slameto, 2010. Kekurangan gizi biasanya
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan jasmani, seperti mudah mengantuk, lekas lelah, dan lesu, terutama pada anak-anak yang usianya masih muda
Mustaqim, 2012. Kondisi organ tubuh yang lemah, misal: pada nyeri kepala yang berat, dapat menurunkan kemampuan kognitif sehingga materi yang
dipelajari leih sulit diterima, bahkan tidak dapat diterima sama sekali Syah, 2009. Selain itu, daya tahan tubuh yang menurun lebih rentan untuk terserang
penyakit. Apabila keadaan ini semakin memburuk, aktivitas belajar dapat berhenti Mustaqim, 2012.
Kondisi organ-organ khusus anak, seperti: tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga mempengaruhi kemampuan anak dalam
menyerap informasi dan pengetahuan, terutama di kelas. Akibatnya, proses informasi oleh sistem memori anak terhambat. Penurunan rasa percaya diri self-
esteem atau self-convidence seorang anak juga dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Anak yang frustasi dapat berprestasi rendah under-achievers atau
Universitas Sumatera Utara
gagal, meskipun kapasitas kognitifnya normal atau lebih tinggi dari teman- temannya Syah, 2009.
2.2.2.1.2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis berperan penting dalam proses pembelajaran Mustaqim, 2012. Aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar
anak. Aspek psikologis tersebut pun dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor yang terdapat di dalam aspek psikologis tersebut, faktor yang
terpenting adalah tingkat kecerdasan intelegensi anak, sikap anak, bakat anak, minat anak, dan motivasi anak Syah, 2009.
1. Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak
Menurut Reber, umumnya intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko- fisik untuk bereaksi terhadap rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat Syah, 2009. Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar dan sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar anak Syah, 2009; Slameto, 2010. Dalam situasi yang sama, seseorang yang memiliki intelegensi tinggi
umumnya mudah mengikuti proses belajar dengan hasil cenderung baik. Sebaliknya, orang yang memiliki intelegensi rendah cenderung mengalami
kesukaran dalam belajar dan lambat berpikir, sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah Dalyono, 2009. Walaupun begitu, anak yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentiu berhasil dalam proses belajarnya. Sebab, belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi hanya salah satu faktor di antara faktor-faktor yang lainnya Slameto, 2010.
2. Sikap Anak
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau berespon response tendency secara relatif tetap
terhadap objek berupa orang, barang, dan sebagainya, baik secara postif
Universitas Sumatera Utara
maupun negatif. Sikap anak yang postif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diberikan, merupakan awal yang baik terhadap proses belajar
anak tersebut. Sebaliknya, sikap negatif anak terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan, apalagi diikuti dengan rasa benci, dapat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak tersebut Syah, 2009. 3.
Bakat Anak Secara umum, bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan Syah, 2009. Bakat dapat mempengaruhi tinggi-
rendahnya suatu prestasi belajar di bidang-bidang tertentu. Jika pelajaran yang dipelajari anak sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan
lebih baik karena anak tersebut senang dalam mempelajari hal tersebut. Selanjutnya, anak akan lebih giat lagi dalam belajar. Sebaliknya, pemaksaan
kehendak untuk menyekolahkan anak pada jurusan keahlian yang tidak sesuai dengan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik
academic performance atau prestasi belajarnya. Hal tersebut juga terjadi bila anak tidak sadar terhadap bakatnya sendiri dan memilih jurusan
keahlian yang bukan bakatnya Syah, 2009; Slameto, 2010. 4.
Minat Anak Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu Syah, 2009. Minat yang besar terhadap sesuatu hal merupakan modal yang besar untuk memperoleh tujuan yang
diminati Dalyono, 2009. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak dalam bidang-bidang tertentu Syah, 2009. Jika anak
tidak memiliki minat yang tinggi terhadap proses belajar dan bahan pelajaran yang dipelajari, maka anak tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya. Anak tidak merasakan daya tarik dan kepuasan dari bahan
Universitas Sumatera Utara
pelajaran tersebut, sehingga enggan untuk belajar. Akibatnya, anak cenderung berprestasi rendah. Namun, jika proses belajar dan bahan
pelajaran dapat menarik minat anak, maka bahan pelajaran akan lebih mudah dipelajari dan disimpan. Hal ini cenderung menghasilkan prestasi
yang tinggi Dalyono, 2009; Slameto, 2010. 5.
Motivasi Anak Motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan
sesuatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan Mustaqim, 2012. Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, umumnya karena kesadaran
akan pentingnya sesuatu. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang lebih signifikan bagi anak karena lebih murni dan tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan dari luar individu anak, misal: orang tua, guru, teman-teman, dan anggota
masyarakat, yang juga dapat mendorong anak untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ekstrinsik dapat berupa pujian, hadiah, peraturan atau tata
tertib sekolah, teladan orang tua, guru, dan sebagainya. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat akan belajar dengan sungguh-sungguh, penuh
gairah, atau semangat. Sedangkan, seseorang yang belajar dengan motivasi lemah akan malas belajar, bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pelajaran Dalyono, 2009; Syah, 2009.
2.2.2.2. Faktor Eksternal Anak