189
Evaluation. Lima bakso tersebut merupakan langkah- langkah dalam manajemen pelatihan yang dilakukan
secara berurutan mulai dari pengkajian kebutuhan hingga evaluasi. Pada dasarnya pengkajian kebutuhan,
perumusan tujuan, perancangan program dalam lima
bakso tersebut merupakan bagian dari perencanaan program. Hal ini membuktikan bahwa perencanaan
merupakan bagian yang sangat penting dalam program pelatihan. Langkah awal dari perencanaan adalah
dengan mengkaji kebutuhan pelatihan. Langkah ini dimaksudkan
untuk mengetahui
ada tidaknya
kesenjangan antara standard dan penampilan kerja, serta untuk mengidentifikasi penyebab kesenjangan
tersebut. Langkah awal inilah yang nantinya mendasari langkah-langkah selanjutnya.
2.1.2. Tujuan Program Pelatihan
Secara umum, dalam dunia pendidikan, program pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru.
menyesuaikan kemampuan guru dengan tuntutan zaman. Dengan kata lain, zaman yang semakin maju ini
akan menimbulkan
gap ketimpangan
antara kebutuhan dengan kompetensi guru. Oleh karena itu
pelatihan berperan
untuk menutup
gap atau
menyeimbangkan kompetensi guru dengan tuntutan zaman. Hal ini sebagaimana dikemukakan Basri dan
Rusdiana 2015: 31-32 bahwa tujuan umum pelatihan
190
dalam suatu organisasi adalah untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan
permintaan jabatan serta meningkatkan efisiensi dan aktivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja
yang ditetapkan. Seseorang yang dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, misalnya menjadi
kepala sekolah, tentu memerlukan pengetahuan yang lebih dari jabatan yang ia duduki saat ini. Kenaikan
jabatan tentu diikuti dengan semakin beratnya tanggungjawab yang diemban. Oleh karena itu,
diperlukan keterampilan yang mumpuni agar dapat mengerjakan tugas yang diembannya secara efisien.
Pelatihan juga memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk mempelajari dan mengembangkan bakat
yang dimiliki. Oleh karena itu pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
bakat Kamil, 2010: 10. Dalam
penelitian ini,
selain untuk
mengembangkan pengetahuan,
dan keterampilan,
pelatihan juga dimaksudkan untuk memperbaiki sikap Daryanto dan Bintoro, 2014: 32. Merupakan suatu
kewajiban bagi seorang guru untuk mempunyai sikap yang baik, yang bisa diteladani para siswanya. Tugas
seorang guru adalah “mendidik” para siswanya. Mendidik itu bukan hanya sekedar mentransferkan
pengetahuan yang ia miliki, tetapi juga mengajarkan sikap-sikap yang baik, bermoral, beradab, dan beriman
191
kepada Tuhan. Untuk bisa mengajarkan sikap yang baik kepada para siswanya, tentu saja seorang guru
wajib memiliki sikap tersebut karena mengajarkan sikap berbeda dengan mengajarkan pengetahuan. Sikap
hanya bisa diajarkan melalui perilaku guru sehari-hari yang dicontoh oleh siswa-siswanya. Hal itu pulalah
yang memunculkan istilah “guru sebagai teladan bagi siswanya”. Tanpa memiliki sikap yang baik, guru tidak
akan bisa mengajarkan sikap yang baik kepada para siswanya.
Adapun Simamora dalam Kamil 2010: 11 lebih rinci mengemukakan bahwa tujuan dari pelatihan
antara lain: 1 memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi, sehingga melalui
pelatihan maka
karyawan dapat
secara efektif
menggunakan teknologi-teknologi baru; 2 mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten
dalam pekerjaan; 3 mempersiapkan karyawan untuk promosi, dan; 4 mengorientasikan karyawan terhadap
organisasi. Zaman yang semakin maju diikuti oleh teknologi yang semakin berkembang dan hal ini
menyebabkan perlunya
seseorang untuk
mengembangkan keterampilan menggunakan teknologi itu. Penggunaan teknologi juga penting dalam dunia
pendidikan. Agar tidak tertinggal dengan Negara-negara lain, maka guru perlu mengembangkan keterampilan
menggunakan teknologi untuk mengajar. Oleh karena
192
itu penting bagi guru untuk selalu mengembangkan keterampilan mengikuti perkembangan teknologi. Guru
tidak harus mengikuti pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan untuk mengembangkan kompetensinya.
Guru dapat mengembangkan kompetensi melalui pelatihan. Berbeda dengan pendidikan, pelatihan tidak
memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karena itu pelatihan merupakan cara yang efisien
untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman.
Berdasarkan uraian mengenai tujuan-tujuan pelatihan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan pada
dasarnya dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan kognitif, keterampilan
psikomotor dan sikap afektif peserta pelatihan. Kognitif
mencakup pengembangan
kemampuan intelektual dan pengetahuan yang dikelompokkan
menjadi enam
tingkatan, yaitu:
pengetahuan, komprehensif, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Psikomotor mencakup
kemampuan dalam
mengkoordinasi gerakan
fisik dan
menggunakan motoris yang terbagi dalam lima kategori, yaitu: imitasi,
manipulasi, persisi,
artikulasi, dan
naturalisasi. Sedangkan afektif mencakup hal-hal yang berkaitan
dengan emosi seperti perasaan, apresiasi, antusiasme, motivasi, sikap yang terbagi dalam lima taksonomi,
yaitu receive, responding, valuing, organization, dan
193
characterization Daryanto dan Bintoro, 2014: 71-75. Akan tetapi tidak semua taksonomi tersebut digunakan
dalam penelitian ini. Sesuai dengan program IHT SD Muhammadiyah Plus Salatiga pada tahun ajaran
20132014 maka aspek kognitif terdiri dari dua taksonomi, yaitu pengetahuan dan aplikasi, aspek
afektif terdiri dari dua taksonomi, yaitu valuing dan characterization, serta aspek psikomotor terdiri dari
empat taksonomi, yaitu imitasi, persisi, artikulasi, dan naturalisasi. Ketiga aspek tersebut perlu ditingkatkan
agar para peserta memiliki kompetensi yang lebih bermutu sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
tempatnya bekerja
secara efektif
dan efisien.
Kompetensi perlu ditingkatkan agar relevan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan zaman.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Program Pelatihan