Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga. Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah dan telah memiliki SK pendirian sekolah 028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional 163/421.3/DIKDAS/II/2009.

SD yang dahulu bernama HIS Muhammadiyah dan sempat berubah nama menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun 1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai murid dengan berbagai latar belakang agama, khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan berkurangnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah


(2)

dan membuat SD ini hampir ditutup. Untuk menyikapi kondisi ini, pada tahun 2002 para tokoh Muhammadiyah mengadakan rapat yang hasilnya diputuskan bahwa sekolah akan dikembangkan menjadi sekolah unggulan dan namanya diubah menjadi SD Muhammadiyah (Plus).

Perubahan nama sekolah juga berimbas pada perubahan strategi untuk mewujudkan cita-cita sebagai sekolah unggulan. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut maka sekolah bersama yayasan mencanangkan beberapa strategi yang memerlukan kerjasama dan kesiapan SDM-nya. Salah satunya adalah diadakannya program IHT agar SDM sekolah mempunyai kesiapan, sikap dan keterampilan dalam mencapai cita-cita sekolah. Selain itu, merujuk pada Standar Nasional Pendidikan pada penerapan KTSP, diperlukan analisis konteks agar sekolah senantiasa berbenah. Adapun analisis konteks yang dilakukan SD Muhammadiyah (Plus) tersebut dirangkai dalam kegiatan IHT (In House Training). IHT sendiri merupakan kegiatan terprogram setiap tahun yang secara intensif sudah berjalan selama 7 (tujuh) tahun.

Pada saat ini SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga telah berkembang pesat dan telah memiliki 44 orang guru yang aktif mengajar. Berdasarkan


(3)

hasil studi dokumen diketahui bahwa seluruh guru telah menempuh pendidikan S1, bahkan ada beberapa diantaranya, yaitu sebanyak 11% guru telah menempuh pendidikan S2. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga diketahui bahwa sebagian guru yang telah memiliki gelar sarjana saat ini tengah menempuh pendidikan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Berdasarkan data lapangan yang diperoleh, maka diketahui bahwa visi SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga adalah “Pusat keunggulan di bidang

IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan (The centre of “faith and devotion” and “science and technology” excellence with nationalism and environmental caring based)”.

Berdasarkan visi yang telah ditetapkan, kemudian dijabarkan ke dalam 10 misi berikut: 1) Menumbuhkan sikap kemandirian dalam beribadah (To grow an attitude of being independent in worship); 2) Membentuk pribadi sopan dalam bersikap, santun dalam berucap, dan berempati (To form a personality which is polite in attitude, mannered in saying, and emphatic); 3) Menghargai


(4)

dan membentuk karakter peserta didik (To appreciate and form the character of students); 4) Mengembangkan budaya lokal dan kreativitas peserta didik (To develop local culture and student’s creativity); 5) Menciptakan, menumbuhkan budaya bersih dan sehat serta memelihara lingkungan hidup (To create, grow clean and healthy culture and keep the living environment); 6) Menumbuhkan belajar mandiri (To grow self study); 7) Mengembangkan budaya disiplin dan berprestasi (To develop discipline and highly achieved culture); 8) Menggali, menumbuhkan, dan melejitkan potensi peserta didik (To dig, grow, and publish student’s potency); 9) Memberikan bekal dasar keterampilan TIK dan berbahasa asing (To give basic skill of Information Technology and Foreign Language); 10) Meraih posisi sekolah bertaraf internasional (To achieve international standard school).

Adapun yang menjadi tujuan pendidikan

Muhammadiyah, yaitu “Mengusahakan

terbentuknya pelajar muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air, berguna bagi masyarakat dan Negara.


(5)

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang telah terkumpul, selanjutnya diperlukan pendeskripsian yang berkaitan dengan program pelatihan IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun ajaran 2013/2014. Pendeskripsian diperlukan guna menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu bagaimana instructional, institutional, dan behavior dari program pelatihan IHT tersebut. Pada tahap pendeskripsian ini data diperoleh melalui wawancara terhadap wakil kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, angket yang disebarkan kepada guru-guru dan studi dokumen yang berkaitan dengan program pelatihan IHT. Adapun informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut.

4.2.1. Dimensi Instructional

Data angket yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan tabulasi untuk menentukan masing-masing indikator dalam dimensi instructional termasuk dalam kategori rendah, sedang, atau tinggi. Melalui pengkategorian tersebut akan diketahui sejauh mana program IHT dilaksanakan sehingga dapat diberikan rekomendasi perbaikan program jika diperlukan. Hasil dari tabulasi dari dimensi instructional dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.


(6)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap materi

pelatihan

9 7 0 0 0 14,6 2 Kesesuaian topik pelatihan IHT

dengan kebutuhan peserta sebagai seorang guru

14 2 0 0 0 15,6 3 Metode penyampaian materi dalam

pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

4 Kesesuaian metode penyampaian materi dengan materi yang diberikan dalam pelatihan IHT

3 13 0 0 0 13,4 5 Interaksi antara pemateri dengan

peserta dalam pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14 6 Penggunaan teori belajar dalam pelatihan

a Minat peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 14 2 0 0 0 15,6 b Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8 c Pengurutan materi pelatihan IHT dari

yang mudah menuju kepada yang sulit

6 10 0 0 0 14 d Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

e Ketepatan waktu penyampaian materi atau kesesuaian materi dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4 f Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2 g Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2 h Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

i Kelengkapan peralatan atau media

yang digunakan dalam pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8 j Ketersediaan alat tulis untuk peserta

pelatihan IHT yang disediakan panitia 10 6 0 0 0 14,8 7 Pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT berikut:


(7)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

a Variasi makanan yang disediakan 7 9 0 0 0 14,2 b Kenyamanan tempat penginapan

yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

c Kenyamanan ruang presentasi yang

digunakan 14 2 0 0 0 15,6

d Kualitas media audio visual yang

digunakan saat presentasi 15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 14,7

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata indeks pada dimensi Instructional sebesar 14,7 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat pada indikator motivasi untuk mengikuti program pelatihan dan kualitas media yang digunakan dengan nilai indeks sebesar 15,8 yang tergolong kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu pada indikator kesesuaian metode penyampaian dengan materi pelatihan, partisipasi peserta dalam pelatihan, dan ketepatan waktu penyampaian materi.

Selain data angket, terdapat pula data-data yang didapatkan dari wawancara dan studi dokumen. Adapun hasil yang ditemukan pada masing-masing teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan per sub variabel berikut.


(8)

a. Organisasi

Peserta IHT yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) merupakan seluruh guru di SD tersebut. Oleh karena itu materi dalam IHT pun disesuaikan dengan profesi keguruan. Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa persepsi guru mengenai kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan dengan profesi peserta memiliki nilai indeks 15,2 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti materi yang disampaikan dalam IHT sesuai dengan level peserta atau tidak melenceng dari profesi peserta sebagai guru di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Selain itu, dalam dokumen Panduan Kegiatan IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui bahwa selain diberikan materi mengenai kurikulum yang merupakan materi untuk meningkatkan pengajaran, IHT juga menitikberatkan pada membangun budaya unggul sekolah. Oleh karena itu materi tidak hanya sekedar konten kurikulum tetapi juga bagaimana merubah pola pikir, meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan membangun sekolah unggul. Materi yang disampaikan meliputi Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building pendidikan Muhammadiyah,


(9)

refleksi dan peneguhan Komitmen, serta pendidikan kreatif.

Pemberian materi pun diurutkan dari materi mudah ke materi sulit. Pengurutan materi dari yang mudah menuju ke yang sulit juga ditegaskan oleh wakil kepala sekolah melalui wawancara tanggal 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia dan guru. Cuplikan wawancara mengenai pengurutan materi adalah sebagai berikut:

“Materi yang diberikan disini diurutkan. Pada hari pertama ada orientasi dari pengurus; lalu ada materi Kemuhammadiyahan, supaya semua guru

dan karyawan teguh terhadap

Kemuhammadiyahannya sebagai karakter budinya; kemudian ada kompetensi pembelajaran; lalu ada kurikulum 2013 yang disini sifatnya hanya suplemen saja karena guru-guru juga sudah mendapat materi tentang K-13 dari pemerintah, materi kurikulum ini termasuk kompetensi pembelajaran atau pengetahuan yang berkaitan dengan profesionalisme guru; lalu ada akselerasi dan peningkatan prestasi, yang berisi tentang capaian-capaian; refleksi, yaitu merefleksi setahun yang lalu. Kemudian pada hari kedua terdapat Qiyamul Lail atau kerohanian, sehingga kegiatan IHT selain berhubungan dengan fisik atau intelijen juga diberikan materi mengenai kerohanian melalui

Qiyamul Lail, sholat subuh dan Kultum“

Para peserta pun memberikan penilaian yang baik pada pengurutan materi IHT. Hal ini terbukti pada indikator mengenai pengurutan materi dari mudah menuju ke sulit diperoleh nilai indeks persepsi peserta sebesar 14, sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Sebagian besar peserta, yaitu sebanyak 62,5%


(10)

menyatakan pengurutan materi tersebut sudah baik, selebihnya sebanyak 37,5% peserta menyatakan bahwa pengurutan materi tersebut sangat baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil kepala sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia dan guru diketahui bahwa durasi untuk IHT yang diselenggarakan di hotel biasanya dilakukan selama dua hari. Hasil wawancara tersebut senada dengan data yang ditemukan melalui studi dokumen bahwa IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun ajaran 2013/2014 dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada hari Senin, tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan hari Selasa, tanggal 2 Juli 2013. IHT dimulai pada pukul 11.00 WIB dan ditutup pada hari selanjutnya pada pukul 12.00 WIB. Setiap materi yang disampaikan oleh pemateri dijadwalkan selama sembilan puluh (90) menit. Persepsi peserta terhadap jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap materi pelatihan memperoleh nilai indeks sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Sebanyak 56% peserta menilai bahwa jadwal IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap materi sudah sangat baik, dan 44% lainnya menilai baik.

Organisasi yang meliputi tiga indikator, yaitu kesesuaian materi terhadap level peserta yang dalam penelitian ini pesertanya adalah guru, pengurutan


(11)

materi dari mudah ke sulit, dan durasi waktu dalam materi memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Materi yang diberikan merupakan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta sebagai seorang guru sehingga dapat meningkatkan kompetensinya. Materi pun diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya agar peserta dapat memahami isi materi dengan baik. Adapun durasi waktu yang digunakan dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini didasarkan pada waktu yang telah ditentukan untuk melakukan IHT.

b. Konten

Dari hasil wawancara kepada wakil kepala sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia diketahui bahwa:

“Setiap kegiatan yang diselenggarakan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah. Ini juga berlaku untuk program IHT. Oleh karena itu topik yang dipilih dalam IHT pun didasarkan pada visi dan misi sekolah. Selain itu tentunya juga didasarkan pada kebutuhan guru dan tujuan program yang akan

diselenggarakan.”

Topik IHT yang merupakan kebutuhan guru pun ditentukan oleh semua warga sekolah, khususnya kepala sekolah, dan guru. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dapat menentukan topik yang akan diberikan dalam IHT jika memang guru memerlukan


(12)

materi mengenai topik tersebut untuk menunjang kompetensinya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa guru terkadang juga memiliki kebutuhan lain selain dari keputusan kepala sekolah, khususnya dalam menambah wawasan ataupun keterampilan di bidang pengajaran. Oleh karena itu, sekolah mempunyai inisiatif untuk menampung ide-ide untuk dijadikan topik IHT yang disampaikan para guru melalui perkumpulan guru yang diadakan setiap minggu atau disampaikan langsung kepada kepala sekolah. Hal ini senada dengan cuplikan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia IHT berikut ini

“Program IHT ini selain didasarkan visi dan misi juga disesuaikan dengan kebutuhan. Topik pelatihan bisa dari pimpinan jika memang kebutuhan guru itu penting untuk dikembangkan dan bisa juga dari guru melalui perkumpulan yang diadakan setiap minggu. Tetapi kadang-kadang ide atau topik pelatihan tidak melalui forum resmi, justru kita banyak yang tidak melalui forum resmi.”

Persepsi peserta terhadap kesesuaian topik IHT dengan kebutuhan peserta yang berprofesi sebagai guru mencapai nilai indeks sebesar 15,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan seorang guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak hanya bertugas untuk memberikan pengajaran kepada siswanya, tetapi juga memiliki tugas untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.


(13)

(Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia IHT)

Hal senada juga tercantum dalam dokumen Panduan Kegiatan IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai berikut:

“Materi IHT juga menitikberatkan pada membangun budaya unggul sekolah, merubah pola pikir, meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan membangun sekolah unggul. Kelima hal tersebut merupakan bagian dari visi dan misi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.”

Konten dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga dengan indikatornya adalah topik-topik yang diberikan dalam pelatihan dan kesesuaian topik dengan tujuan ini memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Tujuan dari program yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah. Adapun topik-topik IHT yang diberikan didasarkan pada kebutuhan guru dan visi misi sekolah.

c. Metodologi

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia IHT, didapatkan informasi bahwa:


(14)

“Metode penyampaian materi dalam IHT disesuaikan dengan materi yang diberikan. Selain itu juga disesuaikan dengan media yang disediakan oleh di tempat IHT. IHT biasanya kami selenggarakan di hotel-hotel, jadi metode yang digunakan pun menyesuaikan fasilitas yang diberikan hotel itu sendiri. Media yang paling umum dan paling sering digunakan itu IT, karena tidak dapat dipungkiri peran IT sangat penting dalam penyampaian materi”

Berdasarkan dokumen yang ada, IHT tahun ajaran 2013/2014 ini diselenggarakan di Hotel Green Valley Ambarawa dan berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia IHT diketahui bahwa fasilitas yang biasa diberikan dan yang sering dimanfaatkan dalam penyampaian materi adalah IT (Teknologi Informasi) karena IT merupakan media yang sangat berperan dalam penyampaian materi. Oleh karena itu, sesuai dengan fasilitas yang diberikan hotel tersebut maka dipilih metode yang sesuai, yaitu metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Nilai indeks persepsi guru terhadap metode penyampaian materi ini pun sebesar 14, sehingga termasuk kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa guru menilai metode yang digunakan dalam penyampaian materi IHT sudah baik.

Adapun penggunaan metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi pun disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, tidak semua materi


(15)

menggunakan ketiga metode tersebut secara bersamaan. Adakalanya hanya menggunakan ceramah dan Tanya jawab, namun adakalanya menggunakan diskusi saja. (Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia IHT)

Persepsi guru mengenai kesesuaian metode penyampaian dengan materi yang diberikan dalam pelatihan IHT sebesar 13,4, sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti para guru setuju bahwa metode yang digunakan dalam penyampaian materi sesuai dengan materi yang diberikan.

Adapun persepsi guru terhadap interaksi antara pemateri dan peserta mendapat nilai indeks sebesar 14, sehingga termasuk kategori tinggi. Ini berarti pemateri melakukan interaksi secara baik kepada para guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, juga diteliti mengenai penggunaan teori belajar yang digunakan dalam IHT. Adapun indikator untuk penggunaan teori belajar tersebut beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Penggunaan Teori Belajar

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks 5 4 3 2 1


(16)

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks 5 4 3 2 1

program pelatihan IHT

2 Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8 3 Pengurutan materi pelatihan IHT

dari yang mudah menuju kepada yang sulit

6 10 0 0 0 14 4 Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

5 Ketepatan waktu penyampaian materi atau kesesuaian materi dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4 6 Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2 7 Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2 8 Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8 9 Kelengkapan peralatan atau media

yang digunakan dalam pelatihan IHT

10 6 0 0 0 14,8 10 Ketersediaan alat tulis untuk

peserta pelatihan IHT yang disediakan panitia

10 6 0 0 0 14,8

Rata-rata 14,6

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai rata-rata indeks pada penggunaan teori belajar sebesar 14,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Nilai indeks paling besar berasal dari indikator motivasi. Berdasarkan angket terbuka yang dibagikan diisi oleh guru, didapat informasi bahwa guru termotivasi untuk mengikuti IHT karena para guru telah menyadari pentingnya kegiatan tersebut untuk menambah


(17)

wawasan, meningkatkan komitmen dalam bermuhammadiyah, menyatukan visi misi, mempererat keakraban, serta meningkatkan semangat dan etos kerja.

Sub variabel metodologi berisi indikator aktivitas mengajar (pemilihan dan kesesuaian metode penyampaian materi), tipe interaksi, dan prinsip-prinsip pembelajaran atau teori belajar yang digunakan memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Hal ini dapat dilihat dari persepsi peserta terhadap masing-masing indikator yang termasuk dalam kategori tinggi. Jika salah satu dari indikator tersebut tidak ada, maka keberhasilan program tidak dapat tercapai secara maksimal. Metode penyampaian materi sendiri dipilih dan disesuaikan dengan materi dan fasilitas yang disediakan di tempat diselenggarakannya IHT. Adapun tipe interaksi yang digunakan menyesuaikan dengan metode penyampaian materi yang dipilih.

d. Fasilitas

Fasilitas merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan program pelatihan. Fasilitas yang diberikan dalam IHT yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus)


(18)

Salatiga merupakan fasilitas yang disediakan oleh tempat IHT diselenggarakan, yaitu di Hotel Green

Valley Ambarawa. Berdasarkan Wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia diketahui bahwa fasilitas yang diberikan oleh pihak Hotel berupa penginapan, makan, dan tempat untuk pertemuan. Adapun kepuasan para peserta terhadap fasilitas yang diberikan tersebut dapat dilihat melalui nilai indeks pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Pelayanan dan Fasilitas IHT

No Indikator Frekuensi Jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Variasi makanan yang

disediakan 7 9 0 0 0 14,2

2 Kenyamanan tempat

penginapan yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6 3 Kenyamanan ruang

presentasi yang digunakan 14 2 0 0 0 15,6 4 Kualitas media audio visual

yang digunakan saat presentasi

15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa persepsi peserta pelatihan terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan dalam IHT sebesar 15,3 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Variasi makanan, kenyamanan tempat penginapan, kenyamanan ruang presentasi, dan kualitas audio visual yang digunakan


(19)

saat presentasi seluruhnya terdapat dalam kategori tinggi. Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT sudah memuaskan.

Fasilitas yang terdiri atas indikator pelayanan dan fasilitas yang diperlukan dalam IHT seperti ruang IHT, media, dan sebagainya memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan IHT. Fasilitas sendiri berperan dalam memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan IHT. Jika fasilitas yang diberikan baik, maka IHT pun dapat dilaksanakan dengan baik pula. Oleh karena itu, IHT sering diselenggarakan di hotel-hotel karena lebih terjamin kenyamanan yang ditawarkannya, mulai dari makanan, penginapan, ruang presentasi hingga media untuk presentasi.

e. Biaya

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia diketahui bahwa:

“Seluruh biaya yang diperlukan untuk IHT berasal dari anggaran sekolah. Tetapi karena IHT memerlukan biaya yang tidak sedikit, terkadang anggaran dari sekolah tidak mencukupi sehingga panitia mencari cara untuk memenuhi anggaran yang diperlukan itu. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mencari donasi kepada para relasi dari pimpinan-pimpinan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.”


(20)

Perencanaan anggaran untuk IHT secara resmi dilakukan melalui rapat-rapat pimpinan, yang terdiri dari kepala sekolah beserta wakil-wakilnya. Anggaran tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan sekolah. Apabila memungkinkan maka IHT dapat diselenggarakan di Hotel, tetapi jika kondisi tidak memungkinkan maka IHT diselenggarakan di sekolah, atau tempat lain. (Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT)

Biaya baik itu perolehan maupun penggunaannya mempunyai pengaruh positif. Tanpa adanya biaya maka IHT ini tidak dapat diselenggarakan. Biaya sendiri harus sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan. Jika biaya yang ada kurang dari anggaran yang telah direncanakan, maka panitia mencari beberapa donatur untuk menutup kekurangan tersebut.

4.2.2. Dimensi Institutional

Dimensi Institutional pada penelitian ini membahas tentang personil-personil yang ikut berperan dalam terselenggaranya IHT. Adapun data mengenai dimensi ini didapat dari angket, wawancara serta dokumentasi. Pada angket terdapat lima


(21)

indikator dan nilai indeks pada masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Dimensi Institutional

No Indikator Frekuensi jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Penguasaan materi oleh pemateri dalam pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8 2 Kejelasan materi yang

disampaikan pemateri dalam pelatihan IHT

9 7 0 0 0 14,6

3 Kesempatan yang diberikan pemateri kepada peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban pemateri

12 4 0 0 0 15,2

4 Dukungan keluarga peserta terhadap program pelatihan IHT di sekolah

14 2 0 0 0 15,6

5 Dukungan komunitas guru yang diikuti terhadap program pelatihan IHT

16 0 0 0 0 16

Rata-rata 15,4

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata nilai indeks peserta pada dimensi Institutional sebesar 15,4 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat pada indikator dukungan komunitas guru yang diikuti terhadap program IHT, yaitu sebesar 16 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks terendah masih dalam kategori tinggi sebesar 14,6 yaitu pada indikator kejelasan materi yang disampaikan pemateri dalam IHT.


(22)

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa:

“Pemateri merupakan orang-orang professional yang dipilih melalui rapat pimpinan. Pada rapat pimpinan itu ditentukan topik yang akan diangkat, materi yang akan diberikan, serta pemateri yang sekiranya kompeten untuk memberikan materi. Untuk pemateri di IHT tahun ajaran 2013/2014 ini kita ambil dari Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid dan juga guru sekolah.“

Data wawancara tersebut sejalan dengan hasil studi dokumen bahwa pemateri dalam IHT tahun ajaran 2013/2014 berasal dari Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

Persepsi guru terhadap penguasaan materi dari pemateri sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti para guru menilai bahwa para pemateri merupakan orang kompeten yang dapat menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru. Selain itu persepsi guru terhadap kejelasan materi yang disampaikan pemateri mendapat nilai indeks sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran


(23)

dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan. Penilaian dari guru ini menguatkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT, pemateri merupakan para ahli di bidangnya.

Selain itu, didapat pula data dari dokumen yang memperkuat data hasil tabulasi angket dan wawancara yang telah disebutkan. Berdasarkan dokumen Panduan Kegiatan IHT diperoleh informasi bahwa

Pembukaan dengan materi mengenai “Meneguhkan

Ideologi ber-Muhammadiyah” disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, selanjutnya Orientasi Kegiatan IHT disampaikan oleh Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Selain itu materi mengenai Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building Pendidikan Muhammadiyah

disampaikan oleh Kepala Sekolah Teladan Nasional dari Yogyakarta, Kurikulum 2013 disampaikan oleh Pengawas TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan Sidomukti, Akselerasi dan Peningkatan Prestasi disampaikan oleh Komite SD Muhammadiyah (Dewan Pendidikan Salatiga), serta materi Komisi disampaikan oleh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang dipilih.

Selain kejelasan dalam penyampaian materi, kesempatan pemateri untuk melakukan Tanya jawab


(24)

juga penting agar guru dapat memahami materi yang belum dipahami dengan baik. Adapun persepsi guru mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang diberikan pemateri mendapat nilai indeks sebesar 15,2 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Melalui nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pemateri selalu memberikan kesempatan kepada para guru untuk menanyakan materi yang belum dipahaminya.

Walaupun secara umum pemateri mendapat penilaian yang baik dari para peserta, namun masih ada yang kurang bagi peserta. Peserta mengharapkan agar pada IHT yang diselenggarakan tahun depan dihadirkan seorang motivator agar lebih termotivasi lagi untuk mengajar. Hal ini diungkapkan guru melalui angket terbuka yang diisi langsung oleh guru.

Pemateri dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program IHT. Pemateri harus dipilih yang kompeten karena jika tidak kompeten akan menghambat kerberhasilan program. Jika pemateri tidak kompeten dan tidak menguasai materi maka akan menghambat peserta dalam memahami materi yang disampaikan. Terlebih jika ada peserta yang meminta penjelasan yang lebih, maka pemateri yang


(25)

tidak kompeten tidak dapat memberikan penjelasan yang benar.

b. Peserta pelatihan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang guru dan panitia IHT diketahui bahwa peserta pelatihan merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang mengajar dari kelas satu sampai enam. Berdasarkan angket yang diisi oleh para guru diketahui bahwa guru yang mengikuti IHT mempunyai masa kerja selama 3-10 tahun. Sebanyak 53% guru berusia 21-30 tahun, 40% guru berusia 31-40 tahun, dan 7% guru berusia 41-50 tahun. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga masih berusia 21-30 tahun.

Melalui angket terbuka yang diisi oleh para guru diketahui bahwa guru termotivasi untuk mengikuti IHT karena program IHT merupakan program wajib yang harus diikuti oleh seluruh guru yang mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Selain itu, tidak sedikit pula yang menyatakan bahwa program IHT penting untuk menambah wawasan yang dapat menunjang profesinya. Ada juga yang menyatakan bahwa IHT dapat menyatukan visi misi, meningkatkan komitmen guru sebagai bagian dari SD Muhammadiyah (Plus)


(26)

Salatiga, meningkatkan semangat dan etos kerja, mempererat tali persaudaraan antar teman sekerja, dan dapat menyusun program-program berkualitas yang akan berdampak pada kemajuan sekolah.

Peserta dalam program IHT ini memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Peserta yang mengikuti IHT ini merupakan seluruh guru sehingga sudah dapat ditentukan kebutuhannya. Terlebih lagi seluruh guru di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga memliki kewajiban untuk mengikuti IHT agar dapat mewujudkan cita-cita sekolah melalui visi misinya.

c. Administrator/ panitia

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa

“Panitia ditentukan oleh seluruh warga sekolah, yaitu

kepala sekolah, guru, dan karyawan. Panitia IHT dibentuk melalui rapat yang dihadiri seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, panitia ditentukan melalui

musyawarah dalam rapat.”

Berdasarkan studi dokumen diketahui bahwa susunan panitia yang dibentuk dalam rapat tersebut meliputi penanggung jawab IHT, ketua, sekretaris, bendahara, sie acara, sie dokumentasi, sie perlengkapan dan dekorasi, sie humas/publikasi, sie pembantu umum. Panitia yang telah terbentuk


(27)

tersebut selanjutnya disahkan dan laporan pembentukan panitia ditandatangani oleh Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Panitia dalam program IHT ini memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Panitia berperan dalam mengatur jalannya IHT mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tanpa adanya panitia maka IHT tidak akan berjalan secara efektif. Panitia memiliki tugas diantaranya merencanakan anggaran, mengatur jadwal, menentukan pemateri, menentukan tempat pelatihan, dan sebagainya.

d. Spesialis pendidikan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT spesalis pendidikan terlibat sebagai pemateri yang memberikan materi kepada peserta IHT. Seperti yang tercantum dalam dokumen Panduan IHT bahwa seluruh pemateri merupakan para ahli yang dinilai kompeten untuk memberikan materi kepada peserta dalam IHT. Sebagai contoh keterlibatan Pengawas TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan Sidomukti yang merupakan seorang spesialis pendidikan yang memberikan materi mengenai K-13.

Spesialis pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program IHT SD


(28)

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hal ini dikarenakan spesialis pendidikan memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah yang hendak mengembangkan kompetensi guru melalui pelatihan yang diadakan secara mandiri. SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pun melibatkan spesialis pendidikan sebagai salah satu pemateri dalam IHT.

e. Keluarga

Berdasarkan hasil tabulasi angket diketahui bahwa nilai indeks untuk dukungan keluarga peserta pelatihan terhadap program IHT di sekolah sebesar 15,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Sebanyak 88% guru menilai bahwa dukungan yang diberikan keluarga sangat baik, sisanya sebanyak 12% menilai baik. Dari hasil nilai indeks tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh guru mendapat dukungan dari keluarga untuk mengikuti kegiatan IHT. Keluarga sangat mendukung guru untuk mengembangkan kompetensinya sebagai seorang pengajar dengan melalui kegiatan IHT yang diadakan sekolah.

Sub variabel keluarga memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan IHT. Dukungan dari keluarga yang memberi kesempatan dan kebebasan kepada para peserta inilah yang memberikan kotribusi terhadap keberhasilan program IHT. Keluarga menyadari bahwa kegiatan IHT merupakan kegiatan yang wajib untuk


(29)

diikuti peserta sebagai bagian dari profesionalisme kerja di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

f. Komunitas

Menurut para guru, komunitas guru yang diikuti sangat mendukung guru terhadap program IHT. Hal ini nampak dari nilai indeks pada hasil tabulasi angket sebesar 16 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT bahwa:

“Seluruh guru memiliki komunitas atau

perkumpulan sendiri yang terbentuk berdasarkan

grade kelas. Setiap perkumpulan wajib melakukan pertemuan yang diadakan setiap minggu dan juga saling berkomunikasi via online lewat WhatsApp. Perkumpulan guru itu dibentuk agar setiap guru dapat mengutarakan masalah-masalah yang dihadapi pada saat mengajar dan dapat mencari

solusi bersama.”

Setiap perkumpulan terdapat seorang coordinator yang bertugas untuk mengkoordinir para guru dan untuk menyampaikan aspirasi dari guru ke kepala sekolah atau pun sebaliknya. Salah satu contoh hasil dari perkumpulan adalah guru ingin melakukan kegiatan studi banding untuk mempelajari model pembelajaran terbaik untuk kelas satu, maka coordinator mengusulkan aspirasi guru untuk melakukan studi banding tersebut kepada kepala


(30)

sekolah. Jika usulan tersebut diterima oleh kepala sekolah, maka guru mengatur jadwal, menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan, dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan maka guru wajib memberikan laporan, yang berisi hal-hal apa yang akan dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) tempatnya bekerja serta hal-hal apa saja yang bisa diterapkan di sekolah karena tidak semua yang dilakukan di sekolah lain dapat diterapkan di sekolah ini. Begitu juga sebaliknya sekolah lain tidak bisa mencontoh kita, tetapi mungkin ada sebagian yang bisa karena kan karakteristiknya beda-beda, misalnya anaknya, masyarakatnya, orang tuanya, fasilitasnya, kompetensi gurunya.

Wakil kepala sekolah juga menjelaskan bahwa sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar bersama dengan sesama guru. Kegiatan tersebut biasa disebut sebagai pelatihan mandiri yang rutin dilakukan pada hari sabtu. Wakil kepala sekolah menjelaskan jika kegiatan itu penting untuk dilakukan karena guru harus selalu belajar walaupun tidak melalui pelatihan yang mumpuni tetapi belajar juga dapat dilakukan dengan sesama teman atau sering disebut tutor sebaya.

Komunitas merupakan sub variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan program IHT. Guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga


(31)

membentuk komunitas per-level kelas yang diampu. Komunitas ini berfungsi sebagai perantara pemimpin sekolah dalam memonitor perubahan perilaku guru pasca IHT untuk mencapai tujuan program IHT. Di dalam komunitas yang telah terbentuk tersebut para guru dapat menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan program IHT dengan leluasa. Oleh karena itu kepala sekolah beserta para pimpinan lain dapat mecari solusi yang sesuai dengan masalah secara efektif.

4.2.3. Dimensi behavior

Dimensi behavior dalam penelitian ini merupakan tujuan khusus dari program IHT yang di selenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa tujuan khusus dari IHT adalah untuk meningkatkan kompetensi guru. Dalam wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa

“Kompetensi yang hendak dicapai adalah

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek untuk penting untuk dimiliki dan dikembangkan karena sesuai dengan visi dan misi sekolah. Guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak hanya harus pintar dan terampil dalam mengajar, tetapi juga


(32)

harus mempunyai sikap yang baik sehingga akan

berimplikasi pada siswa.”

Adapun tujuan khusus pada IHT yang diselenggarakan tahun ajaran 2013/2014 tersebut dibagi dalam tiga sub variabel, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Indikator untuk masing-masing sub variabel beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Dimensi Behavior

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi

5 11 0 0 0 13,8

5 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran

8 8 0 0 0 14,4

6 Kontribusi IHT dalam menambah kemampuan guru dalam memadukan variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam

mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan karakter

Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan IHT


(33)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Afektif

9 Dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

10 Minat mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8 11 Ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6 12 Penyesuaian diri Anda di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Psikomotor

13 Kemampuan guru untuk menilai hasil belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13 14 Kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

15 Kemampuan guru dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

16 Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT

6 9 0 0 0 13,8

17 Kemampuan merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 9 2 0 0 13,4

18 Kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

19 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 14

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa rata-rata nilai indeks dari dimensi behavior sebesar 14 sehingga termasuk kategori tinggi. Ini berarti program IHT yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga


(34)

sudah berhasil dalam mencapai tujuan khsusus program. Nilai indeks tertinggi terdapat pada sub variabel afektif, yaitu pada indikator dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia, dan minat mengajar guru setelah mengikuti IHT. Hampir seluruh guru menilai bahwa kontribusi IHT dalam meningkatkan dukungan guru terhadap misi sekolah dan kontribusi IHT dalam meningkatkan minat guru sangat baik. Akan tetapi, walaupun rata-rata nilai indeks termasuk kategori tinggi ada satu indikator yang masih termasuk dalam kategori cukup, yaitu sebesar 10,8 yang terdapat pada indikator kontribusi IHT dalam meningkatkan kemampuan penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

Keberhasilan IHT dalam mencapai tujuan khusus program ini juga dinyatakan oleh wakil kepala sekolah dalam sebuah wawancara tanggal 28 Januari 2017 dan telah dikonfirmasi salah seorang panitia IHT. Keberbasilan tersebut tidak terlepas dari pengawalan oleh pimpinan sekolah, pernyataan ini sebagaimana cuplikan wawancara berikut:

“Keberhasilan program IHT dalam mencapai tujuan

khusus ini tidak lepas dari pengawalan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil-wakilnya. Alur pengawalan tersebut antara lain: pada hari senin para coordinator level kelas melaporkan kendala-kendala yang dihadapi guru, kemudian pada malam selasa kepala sekolah beserta para pimpinan mencari solusi bersama untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru, lalu pada hari sabtu ada


(35)

pembinaan dari kepala sekolah kepada seluruh

guru.”

a. Kognitif

Sub variabel kognitif pada penelitian ini hanya dibatasi pada kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan pengetahuan. Adapun kontribusi IHT dalam menambah dan mengaplikasikan pengetahuan oleh guru tersebut disesuaikan dengan isi program IHT yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Indikator untuk sub variabel kognitif beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Sub Variabel Kognitif

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi

5 11 0 0 0 13,8


(36)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran

6 Kontribusi IHT dalam menambah kemampuan guru dalam

memadukan variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam mengaplikasikan

Kemuhammadiyahan dan pendidikan karakter

Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan IHT

4 12 0 0 0 13,6

Rata-rata 14

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata nilai indeks pada variabel kognitif mencapai nilai 14 sehingga termasuk kategori tinggi. Pada variabel kognitif terdapat dua indikator yaitu menambah pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan pengetahuan. Pada indikator menambah pengetahuan wawasan dijabarkan menjadi tujuh aspek sesuai dengan materi atau isi dari pelatihan. Ketujuh aspek pengetahuan dan wawasan beserta nilai indeksnya adalah sebagai berikut: kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan mendapat nilai indeks 14,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter Muhammadiyah mendapat nilai indeks 14,6 sehingga


(37)

termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum 2013 mendapat nilai indeks 12,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi mendapat nilai indeks 13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran mendapat nilai indeks 14,4 sehingga termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi IHT dalam menambah kemampuan guru dalam memadukan variasi bahan ajar mendapat nilai indeks 14 sehingga termasuk dalam kategori tinggi, dan kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis prestasi mendapat nilai indeks 13,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Adapun pada indikator mengaplikasikan pengetahuan terdapat satu aspek yang sesuai dengan IHT, yaitu kemampuan guru dalam mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan karakter Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan IHT yang mendapat nilai indeks 13,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Nilai indeks tertinggi terdapat dalam indikator kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan dengan nilai indeks sebesar 14,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.


(38)

Hal ini dikarenakan materi banyak yang membahas dan berdasar pada kemuhammadiyahan. Adapun nilai indeks terendah ada pada indikator kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar Kurikulum 2013, yaitu sebesar 12,6 dan masih termasuk kategori tinggi. Bahkan ada beberapa guru yang menilai bahwa IHT kurang atau tidak memiliki kontribusi dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar Kurikulum 2013. Alasannya adalah karena guru tersebut tidak mendapat kesempatan untuk mempraktekan penilaian hasil belajar Kurikulum 2013 tersebut secara langsung. Keterangan tersebut nampaknya sesuai dengan dokumen Panduan Kegiatan IHT yang tertulis bahwa metode yang digunakan hanya ceramah, Tanya jawab, dan diskusi tanpa ada praktek atau simulasi.

b. Afektif

Sesuai dengan isi program IHT, maka sub variabel afektif dalam penelitian ini adalah kontribusi IHT dalam menambah dukungan guru terhadap misi sekolah, meningkatkan minat mengajar guru, meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah. Adapun indikator beserta nilai indeks pada sub variabel afektif dapat dilihat pada tabel 4.7.


(39)

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Sub Variabel Afektif

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Afektif

1 Dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

2 Minat mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8 3 Ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6 4 Penyesuaian diri Anda di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai indeks untuk indikator dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator minat mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar 15 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Rata-rata nilai indeks pada variabel afektif berdasarkan tabel 4.7 adalah 15,3 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat


(40)

pada indikator dukungan guru terhadap misi sekolah dam minat mengajar guru yaitu sebesar 15,8 yang termasuk dalam kategori tinggi. Guru banyak yang beralasan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan IHT selain untuk melaksanakan kewajiban tetapi juga ingin menyatukan misi dan untuk meningkatkan minat mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Adapun nilai indeks terendah terdapat pada indikator ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah. Walaupun memiliki indeks terendah, tetapi indikator tersebut masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa IHT telah berhasil mencapai tujuan khusus program dari segi afektif peserta IHT.

c. Psikomotor

Sesuai dengan isi program IHT maka indikator untuk sub variabel psikomotor dibatasi pada kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa sesuai K13, kemampuan melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran, kemampuan melakukan inovasi teknologi dalam pembelajaran, penggunaan bahan ajar yang bervariasi, merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi, penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan prestasi guru. Adapun nilai indeks pada masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.8.


(41)

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Sub Variabel Psikomotor

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Psikomotor

1 Kemampuan guru untuk menilai hasil belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13 2 Kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

3 Kemampuan guru dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

4 Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT

6 9 0 0 0 13,8

5 Kemampuan merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 9 2 0 0 13,4

6 Kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

7 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 13,2

Berdasarkan tabel 13 nilai indeks untuk indikator kemampuan guru untuk menilai hasil belajar siswa sesuai K-13 adalah 13, sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 14, sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan guru dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti


(42)

pelatihan IHT adalah 13,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 13,4 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator Kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 10,8 sehingga termasuk dalam kategori cukup. Terakhir adalah indikator kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT yang mendapat nilai indeks 13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa rata-rata nilai indeks pada sub variabel psikomotor sebesar 13,2 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun rata-rata nilai indeks termasuk kategori tinggi tetapi ada satu indikator yang masih termasuk kategori cukup, yaitu pada kategori kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dengan nilai indeks sebesar 10,8. Hal ini nampaknya terjadi karena kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris bukan menjadi prioritas dalam tujuan khusus program. Sedangkan nilai indeks tertinggi terdapat


(43)

pada indikator kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT, yaitu sebesar 14 dan termasuk kategori tinggi.

Menurut wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT, program IHT sudah berhasil dalam mencapai tujuan khusus pada sub variabel psikomotor. Sebagai contoh prestasi yang dicapai para murid hingga tahun 2016 sudah mencapai 50 prestasi untuk. Selain itu, ada juga guru yang berprestasi. Ada seorang guru yang sudah berprestasi se-kota Salatiga, seorang guru lain berprestasi se-Jawa Tengah, dan seorang lagi sudah berprestasi pada tingkat Nasional. Namun begitu, berdasarkan angket terbuka yang diisi langsung oleh guru diketahui bahwa peningkatan prestasi yang ditargetkan sekolah lebih mengarah kepada peningkatan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan temuan bahwa ada guru yang menyarankan agar sekolah juga memberikan perhatian kepada peningkatan prestasi guru.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Dimensi Instructional

Dimensi Instructional membahas segala hal yang mendukung terselenggaranya IHT dan terbagi dalam


(44)

lima variabel, yaitu: organisasi, konten, metodologi, fasilitas dan biaya. Pembahasan atas temuan yang diperoleh mengenai variabel pada dimensi Instructional tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Organisasi

Berdasarkan pada hasil temuan diketahui bahwa kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan dengan profesi peserta sebagai seorang guru termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa materi yang diberikan sesuai dengan level peserta yang dalam penelitian ini adalah guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hasil temuan ini berbeda dengan temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa pengelompokan materi pelatihan yang belum tersusun berdasarkan level membuat peta kompetensi pendidik sulit terlacak yang akhirnya dapat menghambat keberhasilan program. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesesuaian antara level peserta dengan materi yang diberikan akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan program pelatihan. Sebaliknya ketidaksesuaian antara level peserta dengan materi yang diberikan dapat menghambat keberhasilan program.

Sehubungan dengan pelatihan yang merupakan bagian dari pembelajaran, maka pelatihan atau IHT


(45)

pun harus mempertimbangkan prinsip belajar. Prinsip belajar sendiri menurut Kamil (2010) adalah belajar harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit, atau dari yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui. Akan tetapi pengurutan materi ini tidak disebutkan pada penelitian terdahulu, sehingga tidak diketahui materi yang diberikan dalam pelatihan diurutkan atau tidak. Adapun dalam penelitian ini diketahui bahwa prinsip ini juga diterapkan dalam IHT yang diselenggarakan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. IHT tersebut dimulai dengan materi mengenai kemuhammadiyahan, kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2013 yang mana materi mengenai kurikulum ini merupakan suplemen tambahan karena secara umum guru sudah mendapat pengetahuan mengenai kurikulum 2013. Terakhir peserta diberikan materi mengenai branding sekolah atau strategi sekolah untuk menjadi unggul. Pengurutan materi dalam IHT ini pun mendapat nilai yang baik berdasarkan persepsi guru.

Pembagian durasi waktu untuk setiap materi yang terdapat pada jadwal IHT juga perlu dipertimbangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta tidak merasa terbebani karena durasi waktu yang terlalu lama atau terlalu pendek sehingga konsentrasi peserta tetap terjaga. Waktu yang terlalu lama, maka peserta akan merasakan bosan. Sedangkan apabila


(46)

waktu terlalu pendek tidak akan cukup untuk memberikan materi yang cukup banyak sehingga peserta akan merasa kebingungan dan kurang memahami materi yang disampaikan. Penelitian yang dilakukan Riza (2014) pun diungkapkan bahwa jadwal diklat yang terlalu padat akan menyulitkan peserta dalam membagi waktu untuk berbagai aktivitas dalam diklat. Pengaturan jadwal yang tidak efektif tersebut dikarenakan terlalu banyak materi yang diberikan. Lain halnya dengan temuan dalam penelitian ini, pembagian waktu dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini penilaian yang baik dari para peserta. Hal ini dibuktikan dengan persepsi peserta terhadap jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap materi pelatihan termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persepsi peserta tersebut dikarenakan materi yang diberikan tidak terlalu banyak dan waktu yang dialokasikan cukup untuk penyampaian materi dan tanya jawab.

Pada sub variabel organisasi ini seluruh indikator dapat dikatakan memperoleh nilai baik. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian materi pelatihan terhadap level peserta sudah baik. Jadwal yang dibuat oleh panitia pun tergolong baik karena durasi waktu tidak terlalu lama atau terlalu pendek dan materi yang diberikan pun tidak terlalu padat. Materi yang diberikan pun termasuk baik karena sesuai dengan


(47)

prinsip belajar, yaitu diurutkan dari materi yang mudah ke materi sulit. Oleh karena itu, seluruh indikator dalam variabel organisasi ini dapat memberikan sumbangan terhadap keberhasilan program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

b. Konten

Pahlevi (2016) mengemukakan bahwa diperlukan analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan tujuan penyelenggara untuk menentukan topik pelatihan agar dapat meningkatkan kompetensi pesertanya. Hal ini senada hasil temuan dalam penelitian ini bahwa topik IHT dipilih berdasarkan kebutuhan guru di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Topik sendiri dipilih dengan cara musyawarah antar warga sekolah, terutama guru dan para pimpinan sekolah. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah telah melakukan perencanaan dengan baik yang didasarkan pada analisis kebutuhan guru di sekolah. Berdasarkan temuan tersebut maka secara teori pemilihan topik ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan program. Pernyataan tersebut didasarkan pada pendapat Bartram S. dan Gibson dalam Daryanto dan Bintoro (2014: 2) bahwa dalam pelatihan perlu adanya penyiapan arah dan


(48)

fokus investasi apa yang harus dilakukan oleh organisasi untuk pengembangan sumber daya manusianya yang dapat dilakukan melalui analisis kebutuhan.

Adapun persepsi peserta terhadap kesesuaian topik IHT dengan kebutuhan peserta yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti guru setuju bahwa seluruh materi dalam IHT penting untuk menunjang kompetensinya. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Riza (2014) bahwa materi diklat merupakan komponen yang paling penting untuk menunjang pekerjaan, tetapi tidak semua materi dalam diklat dapat menunjang pekerjaan peserta, ada beberapa materi saja yang menjadi prioritas peserta. Temuan ini hampir sama dengan temuan Uysal (2012) bahwa materi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan guru sehingga tujuan program tidak dapat tercapai dengan baik. Pentingnya seluruh materi dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini dikarenakan topik IHT yang dipilih oleh panitia penyelenggara dapat membantu guru dalam meningkatkan komitmen terhadap organisasi tempatnya bekerja, khususnya dalam hal kemuhammadiyahan. Selain itu topik IHT juga memotivasi guru untuk lebih menyatu dengan visi, misi dan tujuan sekolah serta aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kesesuaian antara topik dengan


(49)

kebutuhan peserta dalam pelatihan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan program pelatihan.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel konten, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh indikatornya termasuk baik. Pemilihan topik didasarkan pada kebutuhan peserta dan visi, misi sekolah, dan topik tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta sebagai guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Oleh karena itu sub variabel konten dapat memberikan sumbangan terhadap keberhasilan program IHT.

c. Metodologi

Metode penyampaian materi harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dalam pelatihan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Basri dan Rusdiana (2015) bahwa tidak ada metode yang paling baik karena semua metode yang dapat digunakan dalam pelatihan saling melengkapi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa metode pelatihan yang digunakan dalam diklat adalah metode ceramah, dan praktek langsung karena materi diklat lebih menitikberatkan pada bidang kejuruan. Senada dengan penelitian Uysal (2012) bahwa sehubungan dengan topik pelatihan mengenai keterampilan mengajar bahasa maka panitia menggunakan metode simulasi agar peserta dapat


(50)

mempraktekkan secara secara langsung tugas yang diberikan pelatih, tetapi kelas tidak disetting dengan baik sehingga kelas terlalu sesak. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa selain disesuaikan dengan topik atau materi yang akan disampaikan, pemilihan metode juga perlu didasari pada fasilitas yang ada di tempat pelatihan.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa metode yang digunakan dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Pemilihan metode ini pun mendapat respon yang baik dari para peserta karena nilai indeks persepsi peserta terhadap metode penyampaian materi termasuk dalam kategori tinggi.

Metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi ini dipilih karena sesuai dengan materi yang hendak disampaikan dalam IHT yang lebih banyak pada teori dan penyusunan strategi. Selain itu, pemilihan metode tersebut didasarkan pada fasilitas yang ditawarkan oleh hotel tempat IHT diselenggarakan. Adapun fasilitas hotel yang sering ditawarkan dan sering digunakan dalam IHT adalah IT. Kesesuaian antara metode dan materi pun dinilai baik oleh peserta pelatihan yang dibuktikan dengan nilai indeks persepsi peserta terhadap kesesuaian metode dengan materi termasuk dalam kategori tinggi. Temuan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012) bahwa


(51)

pelatihan yang tidak memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah, dan penyampaian materi yang membosankan karena materi tidak terorganisir dengan baik ini akan menghambat keberhasilan program.

Selain metode penyampaian materi, keberhasilan program pelatihan juga ditentukan oleh interaksi yang dilakukan pemateri kepada peserta. Adapun persepsi peserta terhadap interaksi antara pemateri dan peserta termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti pemateri melakukan interaksi secara baik kepada para guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada saat IHT berlangsung. Sebagaimana Basri dan Rusdiana (2015) yang mengemukakan bahwa pemateri harus menciptakan suasana yang menyenangkan dengan cara memberikan kesan yang baik, dan menunjukkan suasana yang diharapkan peserta. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012) bahwa pemateri yang baik adalah pemateri yang dapat memainkan peran yang menyenangkan sesuai dengan harapan para peserta, sebaliknya pemateri yang mendominasi pelatihan akan membosankan bagi peserta.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pelatihan merupakan proses belajar, maka pelatihan pun harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Adapun penggunaan prinsip-prinsip belajar


(52)

berdasarkan penilaian peserta termasuk dalam kategori tinggi. Adapun fungsi dari penggunaan prinsip-prinsip belajar dalam pelatihan menurut Hammond (1968: 5) adalah untuk menguatkan sikap yang menggambarkan pencapaian tujuan, membangun motivasi agar tujuan pelatihan dapat dicapai secara efektif, mengaplikasikan prinsip pemecahan masalah, merencanakan pembelajaran agar sesuai dengan kecakapan peserta, membuat peserta mampu melakukan hal-hal yang diajarkan dalam pelatihan, dan peserta ikut berpartisipasi dalam pelatihan tersebut.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel metodologi, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator termasuk baik. Pemilihan metode penyampaian materi termasuk baik, kesesuaian metode dengan materi yang disampaikan termasuk baik, penggunaan tipe interaksi termasuk baik, dan penggunaan prinsip-prinsip belajar termasuk baik. Oleh karena itu sub variabel metodologi yang termasuk baik ini akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

d. Fasilitas

Fasilitas yang mempengaruhi keberhasilan program pelatihan oleh Hammond (1968:5) didefinisikan sebagai ruang, peralatan khusus, dan


(53)

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang pelatihan. Adapun Putri (2013) mengemukakan bahwa yang termasuk dalam fasilitas adalah fasilitas akomodasi, konsumsi, dan tentang pelayanan dari panitia penyelenggara. Lain halnya dengan Riza (2014) yang mengemukakan bahwa fasilitas yang diberikan dalam pelatihan yang ditelitinya antara lain akomodasi, konsumsi, dan fasilitas ruangan, tetapi tidak disediakannya ruang khusus untuk ibadah dapat menghambat efektivitas pelaksanaan pelatihan. Temuan lain dari Pahlevi (2016) dijelaskan bahwa fasilitas yang diberikan oleh penyelenggara mulai dari penginapan, sarana peralatan untuk praktek dan ruang untuk menyampaikan materi. Akan tetapi fasilitas penginapan yang diberikan tidak sama atau berbeda antara peserta satu dengan peserta lain sehingga akan berpengaruh terhadap kepuasan dan kenyamanan peserta. Selain itu sarana peralatan untuk praktek yang terkini yang sesuai dengan kebutuhan industri juga masih kurang, sehingga dapat menghambat ketercapaian tujuan program. Lain halnya pada temuan Uysal (2012) bahwa dari sekian fasilitas yang diberikan, terdapat satu fasilitas yang kurang baik, yaitu ketersediaan materi yang tidak mencukupi untuk seluruh peserta dan tidak ada materi baru yang dikembangkan pihak penyelenggara.


(54)

Temuan-temuan yang telah dikemukakan berbeda dengan hasil temuan dalam penelitian di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Fasilitas yang diberikan dalam IHT merupakan fasilitas yang disediakan oleh tempat atau hotel dimana IHT diselenggarakan, yaitu berupa penginapan, makanan, tempat untuk pertemuan, dan kualitas media. Adapun persepsi peserta terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan dalam IHT termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT sudah memuaskan.

Kepuasan peserta terhadap fasilitas dan pelayanan yang diberikan dalam IHT merupakan hal yang baik. Hal ini dikarenakan kepuasan tersebut akan menambah semangat peserta dalam mengikuti IHT. Oleh karena itu kepuasan peserta terhadap fasilitas dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap keberhasilan program IHT.

e. Biaya

Hammond (1968: 5) mengemukakan bahwa biaya atau anggaran dalam pelatihan merupakan uang yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas, pemeliharaan dan personil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Pahlevi (2016) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa biaya yang diperlukan untuk diklat berasal dari dana APBD sehingga besarnya


(55)

anggaran menjadi masalah tersendiri bagi penyelenggaraan program diklat karena akan berpengaruh terhadap jumlah peserta dan durasi waktu diklat. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa panitia akan menyesuaikan jumlah peserta dengan dana yang ada.

Temuan yang dikemukakan Pahlevi berbeda dengan temuan dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan, diketahui bahwa biaya yang diperlukan untuk IHT berasal dari sekolah. Walapun biaya memang berpengaruh terhadap jumlah peserta, fasilitas yang akan diberikan kepada peserta dan durasi waktu untuk IHT, akan tetapi panitia IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu berusaha untuk mencukupi biaya yang diperlukan agar IHT dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan tujuan. Apabila sumber dana yang dialokasikan sekolah kurang, maka panitia akan mencari sponsor untuk menutupi kekurangan tersebut daripada harus mengurangi peserta atau mengubah rencana dan tujuan IHT. Usaha yang dilakukan panitia ini merupakan cara yang baik karena kualitas IHT yang diselenggarakan dapat terjaga.

Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan membutuhkan anggaran biaya atau dana untuk memfasilitasi seluruh peserta IHT, dan durasi waktu


(56)

yang diperlukan dalam IHT. Semakin banyak anggaran biaya maka akan semakin baik fasilitas yang dapat diberikan kepada peserta, sebaliknya jika anggaran biaya kurang, maka akan menghambat proses penyelenggaraan IHT. Oleh karena itu usaha atau strategi yang dilakukan panitia IHT untuk selalu mencukupi anggaran biaya dengan mencari sponsor tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan program dalam mencapai tujuan.

4.3.2. Dimensi Institutional

Dimensi Institutional pada penelitian ini membahas tentang personil-personil yang berperan dalam IHT. Adapun sub variabel pada dimensi ini adalah pemateri, peserta, administrator atau panitia, spesialis pendidikan, keluarga, dan komunitas. Adapun pembahasan pada masing-masing sub variabel tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pemateri

Menurut Basri dan Rusdiana (2015: 95) pemateri bertugas untuk memfasilitasi peserta dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang dikomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Oleh karena itu pemateri dituntut untuk menguasai materi, metode, dan teknik berkomunikasi. Kamil (2010: 18) menambahkan bahwa pemateri harus memahami program pelatihan secara menyeluruh yang


(57)

meliputi urutan kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode dan media yang digunakan, selain itu pemateri juga harus memahami karakteristik peserta dan kebutuhannya. Oleh karena itu pemateri dipilih haruslah orang-orang yang kompeten dan ahli di bidangnya. Pernyataan tersebut senada dengan temuan dari penelitian Putri (2013) diketahui bahwa pemateri yang dalam pelatihan merupakan orang-orang ahli di bidangnya yang sesuai dengan topik pelatihan sehingga tujuan program dapat tercapai dengan baik. Adapun Riza (2014) mengemukakan bahwa pemateri atau narasumber tidak menguasai metode dengan baik karena pemateri terlalu teoritis dan tidak memberikan contoh konkrit pada materinya sehingga peserta sulit memahami materi yang disampaikan.

Adapun temuan yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui bahwa pemateri dipilih berdasarkan kompetensinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa materi yang diberikan dalam IHT mengenai kemuhammadiyahan, kurikulum, dan materi branding sekolah agar mampu menjadi sekolah unggul. Oleh karena itu pemateri yang dipilih adalah orang-orang yang kompeten terhadap materi tersebut, yaitu orang-orang yang berasal dari Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala


(58)

Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

Pemateri dipilih dari orang-orang yang kompeten karena orang-orang tersebut menguasai materi yang akan disampaikan sehingga diharapkan peserta dapat memahami isi materi tersebut dengan baik. Hal ini sebagaimana terdapat pada temuan penelitian Pahlevi (2016) bahwa pemateri harus dipilih berdasarkan kompetensinya, jika tidak kompeten maka pemateri tidak memiliki penguasaan materi yang baik sehingga dapat menghambat keberhasilan program pelatihan. Selain kompetensi yang dimiliki pemateri, baik atau tidaknya materi yang disampaikan juga bergantung pada waktu yang diberikan pemateri untuk menyiapkan materinya agar sesuai dengan kebutuhan peserta. Hal ini sebagaimana temuan penelitian Uysal (2012) bahwa pemateri hanya diberikan waktu yang singkat untuk menyiapkan materinya, sehingga pemateri merasa kesulitan untuk menyesuaikan materi dengan kebutuhan peserta yang sesungguhnya.

Adapun temuan pada penelitian ini diketahui bahwa persepsi guru terhadap penguasaan materi dari pemateri termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti para guru menilai bahwa para pemateri merupakan orang kompeten yang dapat menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru. Selain itu, peserta juga menilai bahwa pemateri dapat


(59)

memberikan materi secara jelas yang dibuktikan dengan persepsi guru terhadap kejelasan materi yang disampaikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

Basri dan Rusdiana (2015: 41) mengemukakan bahwa pemateri harus dapat menciptakan kesan yang baik dengan menunjukkan jenis suasana kelas yang diharapkan peserta. Kesan yang baik tersebut diantaranya adalah tidak mendominasi kelas dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini diketahui bahwa peserta memberikan penilaian yang baik mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada peserta untuk menanyakan materi yang masih membingungkan dan kejelasan dari jawaban pemateri. Pernyataan itu dibuktikan dengan nilai indeks persepsi terhadap kesempatan yang diberikan pemateri kepada peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang diberikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi. Melalui nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pemateri selalu memberikan kesempatan kepada para guru untuk menanyakan materi yang belum dipahaminya. Jawaban dari pemateri pun jelas dan dapat dipahami oleh peserta.


(60)

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel pemateri, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator dalam sub variabel ini tergolong baik. Kualifikasi pemateri termasuk baik, penguasaan materi pelatihan termasuk baik, kejelasan penyampaian materi termasuk baik, dan kesempatan yang diberikan oleh pemateri kepada peserta untuk menanyakan materi yang kurang jelas dan jawaban dari pertanyaan peserta termasuk baik. Oleh karena itu secara teori sub variabel pemateri secara positif mempengaruhi pencapaian tujuan program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Walaupun begitu para guru mengharapakan agar pada IHT berikutnya panitia mengundang motivator agar para guru lebih termotivasi dalam mengajar.

b. peserta pelatihan

Sebagaimana dikemukakan Sudjana dalam Kamil (2010: 17) rekrutmen peserta menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam pelatihan. Rekrutmen bisa ditetapkan melalui beberapa syarat sesuai dengan karakteristik tertentu, misalnya kebutuhan, minat, pengalaman, tugas, pekerjaan, dan pendidikan. Perekrutan peserta dalam IHT ini juga dilakukan dalam penelitian Riza dan Pahlevi. Riza (2014) mengemukakan bahwa rekrutmen peserta dalam


(1)

apakah pencapaian tujuan sudah optimal ataukah masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki.

b. Afektif

Tujuan afektif dalam pelatihan merujuk pada perubahan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan. Adapun perubahan sikap ini tidak dapat diukur secara langsung pada saat pelatihan, karena perubahan sikap merupakan dampak dari pelatihan yang butuh waktu lama. Perubahan sikap baru bisa diukur setelah beberapa waktu sejak pelatihan dilakukan.

Berdasarkan temuan yang dikemukakan Riza (2014), peserta yang mengikuti pelatihan tidak menunjukkan perubahan sikap sesuai dengan materi yang diajarkan dalam pelatihan. Penyebabnya adalah tidak adanya monitoring dari lembaga diklat setelah pelatihan selesai. Hasil temuan ini berbeda dengan hasil temuan pada penelitian yang dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini. Dalam penelitian ini diketahui bahwa tujuan afektif IHT yang meliputi kontribusi IHT dalammenambah dukungan misi sekolah, meningkatkan minat mengajar guru, meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah seluruhnya dapat tercapai dengan baik. Ketercapaian itu merupakan hasil dari pengawasan yang dilakukan


(2)

oleh pemimpin sekolah melalui komunitas-komunitas yang ada di sekolah.

Berdasarkan temuan-temuan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan tidak dapat secara langsung merubah sikap seseorang setelah kembali ke tempat kerjanya. Perubahan sikap perlu dibarengi dengan pengawasan yang dilakukan oleh penyelenggara untuk mengetahui sejaum mana peserta dapat mencapai tujuan afektif dalam pelatihan. c. Psikomotor

Psikomotor merupakan tujuan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan. Penelitian yang dilakukan oleh Riza (2014) menghasilkan temuan bahwa tidak sepenuhnya tujuan psikomotor dapat dicapai, karena guru mempunyai prioritas sendiri tentang keterampilan yang penting untuk digunakan di tempat kerjanya. Oleh karena itu, materi yang tidak diprioritaskan tersebut kurang berhasil dalam meningkatkan keterampilan peserta.

Temuan dari Riza juga ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan psikomotor dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa sesuai K13, kemampuan melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran, kemampuan melakukan inovasi teknologi dalam


(3)

pembelajaran, penggunaan bahan ajar yang bervariasi, merencanakan pengembangan karir akademik berbasis prestasi, penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan prestasi guru. Hasilnya hampir semua tujuan psikomotor dapat tercapai dengan baik, tetapi ada satu tujuan yang masih belum tercapai, yaitu pada kategori kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Hal ini terjadi karena kategori tersebut bukan menjadi prioritas untuk segera dicapai dalam waktu tiga tahun. Tujuan psikomotor program lebih diprioritaskan pada pencapain prestasi sekolah. Akan tetapi prestasi yang diprioritaskan adalah peningkatan prestasi siswa. Oleh karena itu seharusnya peningkatan prestasi tidak hanya difokuskan untuk siswa saja, tetapi juga prestasi sekolah pada umumnya. Sekolah perlu memberikan dukungan untuk peningkatan prestasi guru. Walaupun beberapa guru sudah mewakili sekolah di tingkat kota, provinsi, bahkan nasional namun masih ada guru yang mempunyai minat tinggi untuk turut serta dalam meningkatkan prestasi tetapi kurang mendapat perhatian oleh pihak sekolah.

Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tujuan psikomotor tidak dapat tercapai secara keseluruhan jika ada beberapa tujuan yang menjadi prioritas. Oleh karena itu, sekolah


(4)

perlu memberikan perhatian pada seluruh tujuan program agar tujuan yang menjadi prioritas ataupun kurang diprioritaskan dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pimpinan sekolah perlu memberikan perhatian kepada kebutuhan guru dalam hal meningkatkan prestasinya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh guru juga mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri di bidang peningkatan prestasi. 4.3.4. Rekomendasi Keberlanjutan Program

Berdasarkan pemaparan-pemaparan mengenai IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang dengan dari segi dimensi Instructional, Institutional, dan Behavior maka dapat disimpulkan bahwa program IHT tersebut memiliki pengaruh yang baik untuk meningkatkan kompetensi guru. Oleh karena itu, program tahunan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini perlu dilanjutkan dengan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut antara lain: (1) panitia perlu menyusun perencanaan tentang penggunaan metode yang lebih sesuai dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai, khususnya pada materi yang memerlukan praktek secara langsung atau simulasi; (2) panitia perlu melakukan analisis kebutuhan guru secara lebih detail, sebagai contoh kebutuhan guru untuk mendapat motivasi dari seorang motivator; dan (3) pihak sekolah perlu memberikan perhatian kepada


(5)

guru yang ingin mengembangkan prestasinya dengan memberikan pengarahan-pengarahan, atau pun kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang potensi guru untuk berprestasi.


(6)

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB IV

2 52 56

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB V

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB II

0 1 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB I

0 0 8

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Kelas Bilingual Di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

0 0 44

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB IV

0 0 34

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Standar Perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

0 1 23

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB IV

0 1 26