DESKRIPSI LOKASI

BAB II DESKRIPSI LOKASI

1. Gambaran Umum Masyarakat Surakarta

Surakarta merupakan salah satu kota besar yang ada di Jawa Tengah. Solo atau Surakarta, yang dahulunya di awal kemerdekaan berstatus Karesidenan Surakarta telah berkembang menjadi kota yang kaya dengan peninggalan budaya Jawa. Solo, The Spirit of Java, itu merupakan slogan yang melekat selain terkenal dengan semboyan Berseri, yaitu Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah.

Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Surakarta memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing.

Solo identik dengan batik sebagai pakaian khas kebesaran dan kebanggaan masyarakatnya. Batik tulis Solo yang berkualitas halus di ekspor hingga ke mancanegara dan menjadi lambang khas Indonesia. Pedagang batik Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan tempat tinggal di kawasan Laweyan (sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke). Tak jauh dari lokasi Keraton terdapat pasar tradisional Klewer. Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik terbesar di Indonesia. Di pasar ini kita dapat membeli aneka Solo identik dengan batik sebagai pakaian khas kebesaran dan kebanggaan masyarakatnya. Batik tulis Solo yang berkualitas halus di ekspor hingga ke mancanegara dan menjadi lambang khas Indonesia. Pedagang batik Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan tempat tinggal di kawasan Laweyan (sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke). Tak jauh dari lokasi Keraton terdapat pasar tradisional Klewer. Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik terbesar di Indonesia. Di pasar ini kita dapat membeli aneka

Bahasa daerah yang digunakan di Suarakarta adalah bahasa Jawa dialek Surakarta. Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti di Semarang maupun Surabaya. Perbedaannya berupa kosa kata yang digunakan, ngoko (kasar), krama (halus), dan intonasinya. Bahasa Jawa dari Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional.

Beberapa makanan khas Surakarta antara lain adalah nasi liwet, nasi timlo, serabi Notosuman, intip, bakpia balong dan jenang dodol khas Solo. Galabo ini adalah salah satu program pemerintah daerah Surakarta untuk menarik minat wisatawan pecinta kuliner. Galabo terletak tidak jauh dari lokasi Keraton dan dibuka khusus hanya untuk malam hari saja. Berbagai hidangan khas Jawa dan Indonesia tersedia disini dengan harga yang relatif murah dan citarasa yang nikmat.

Dalam penelitian ini penulis mengambil responden yang bertempat tinggal di berbagai tempat, antara lain: di Laweyan, Banjarsari, dan Kartasura. Di Laweyan disini diambil di daerah jajar dan Laweyan yang penduduknya padat, dan berdekatan rumah satu dengan yang lain. Daerah Laweyan yang lingkungan sekitarnya terdapat perkampungan batik yang menjadi pusatnya pembuatan batik. Kondisi lingkungan yang bisa dikatakan rawan polusi udara maupun polusi air (banyaknya limbah pembuatan batik yang dibuang di sungai). Selain Kalurahan Laweyan, penulis mengambil responden yang kebetulan bertempat tinggal di Kecamatan Banjarsari yaitu di daerah Sumber. Daerah padat penduduk yang Dalam penelitian ini penulis mengambil responden yang bertempat tinggal di berbagai tempat, antara lain: di Laweyan, Banjarsari, dan Kartasura. Di Laweyan disini diambil di daerah jajar dan Laweyan yang penduduknya padat, dan berdekatan rumah satu dengan yang lain. Daerah Laweyan yang lingkungan sekitarnya terdapat perkampungan batik yang menjadi pusatnya pembuatan batik. Kondisi lingkungan yang bisa dikatakan rawan polusi udara maupun polusi air (banyaknya limbah pembuatan batik yang dibuang di sungai). Selain Kalurahan Laweyan, penulis mengambil responden yang kebetulan bertempat tinggal di Kecamatan Banjarsari yaitu di daerah Sumber. Daerah padat penduduk yang

Perceraian yang terjadi dalam penelitian ini mengarah pada masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah dengan pendapatan rata-rata 1 juta tiap bulannya. Kehidupan yang biasa-biasa saja jauh dari kata mewah tapi cukup membuat mereka bahagia dengan keluarganya. Sebelum perceraian terjadi, kehidupan rumah tangga mereka normal dan biasa saja. Tapi setelah muncul konflik yang disebabkan karena adanya pihak ketiga (WIL), situasi keluarga yang biasanya adem ayem tiba-tiba menjadi tegang dan sering diwarnai perselisihan. Dalam penelitian ini semua responden mengalami perselisihan dan berujung dengan perceraian.

Lingkungan sekitar yang padat dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini sebagian responden dipengaruhi oleh pihak ketiga (tetangga) dalam mengambil keputusan untuk bercerai dari suaminya. Padatnya penduduk dan dekatnya rumah membuat perselisihan yang terjadi antara suami isteri tidak luput dari pendengaran tetangga.

2. Keterangan Gedung Pengadilan Agama Surakata

Gedung Pengadilan Agama Surakarta (gedung yang ada kini) terletak di Kampung Serengan RT. 03 RW III Kelurahan Serengan kota Surakarta Jalan

Veteran No. 273 telp (0271) 636270 yang dahulunya menempati gedung bekas tempat S.O.B.S.I di Alun-alun Utara KUP. 18 Surakarta (sebelah selatan gapura Masjid Agung Surakarta)

Pada tahun anggaran 1978/1979 Pengadilan Agama mendapatkan proyek pembangunan balai Sidang Pengadilan Agama seluas 150 m 2 dan untuk

keperluan pembangunan itu pemerintah daerah Kotamadya Surakarta pada waktu itu memberikan fasilitas sebidang tanah seluas 741 m 2 , yaitu bekas tanah

pekuburan yang terletak di Jl. Veteran No. 169 (kini No. 273). Proyek tersebut selesai akhir tahun 1978 dan gedung tersebut dipakai/ditempati pada awal tahun 1979.