Jenis Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Tahfidz

B. Jenis Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling Dan Guru Tahfidz

Untuk menigkatkan konsep diri siswa penghafal Al-Qur’an di SMP Muhammadiyah boarding school yogyakarta ada banyak bentuk usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dan guru tahfidz seperti yang telah penulis paparkan di atas, kolaborasi yang dilakukan oleh kedua guru tersebut tentunya di latarbelakangi oleh sebab dan alasan tertentu. Untuk menggali data tersebut Selain guru bimbingan konseling dan Guru Tahfidz yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti Program Tahfidz. Prorgam tahfidz ini mewajibkan siswa untuk menghafal minimal 2 juz beserta artinya untuk tingkat SMP dan 5 juz beserta artinya untuk tingkat SMA. Siswa yang dimaksud dalam penulisan ini adalah siswa yang sudah mengalami peningkatan konsep diri, pemilihan siswa yang dilakukan penulis yaitu berdasarkan rekomendasi dari Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz mereka adalah SS, HAN dan LS.

Penulis mencoba menggali data dari ketiga siswa tersebut dengan melakukan wawancara. Mereka adalah siswa kelas VIII dan berasal dari daerah yang berbeda beda, ketika penulis menanyakan tujuan dan motivasi menghafal Al-Qur’an mereka menjawab dengan pendapat yang beragam:

“SS: tujuan saya menghafal Al-Qur’an karena saya ingin memasangkan mahkota di kepala kedua orang tua saya di akhirat besok, kan katanya seorang penghafal al-qur’an di akhirat nanti ia akan memangsangkan mahkota dari emas kepada orang tuanya dan mahkota itu adalah hafalanya: HAN: kalau saya ya sama sih mbak terus kan kalau kita menghafal Al-qur’an kita akan dijadikan keluarganya Allah.. siapa sih mbak yang gak mau jadi keluarganya Allah: LS: kalau saya ya selain yang dibicarakan teman-teman saya.. saya ingin membahagiakan orang tua saya mbak.. kan salah satu cara kita bisa membahagiakan orang tua ketika ia mempunyai anak yang shalehah.. dan salah satu caranya dengan menghafal al-qur’an mbak”

Begitulah tutur ketiga siswa tersebut ketika penulis mewawancarai mereka. 87 Dalam menghafal Al-Qur’an pastinya ada banyak cobaan dan

godaan yang harus dihadapi oleh seorang penghafal Al-Qur’an dan hal itu dialami juga dialami oleh ketiga siswa tersebut, hal yang paling dirasakan berat oleh meraka dalam menghafal adalah melawan malas:

“sebenernya kita ngerasa malas itu karena capek mbak apa lagi kalau sorenya pas ada kegiatan ekstrakulikuler..jadinya ngantuk kalau buat ngafal dan akhirnya setornya gak bisa maksimal”

Begitulah HAN mengungkap alasan mereka merasa malas dalam menghafal, tentunya itu sangat berpengaruh pada kualitas hafalan karena Untuk menghafalkan Al-Qur’an dibutuhkan hati yang ikhlas.

87 Hasil Wawancara dengan siswa, kelas VIII SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Pada Tanggal 18 Februari 2016

Dalam hal ini Guru Tahfidz sangat memahami keadaan siswa, salah satu upaya yang dilakukan oleh Guru Tahfidz yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bisa semangat kembali dalam menghafal Al-Qur’an. Tidak hanya guru tahfidz, guru bimbingan konseling juga berperan dalam memberikan motivasi kepada siswa hal ini di sampaikan oleh Fatimah, beliau mengatakan bahwa masalah yang paling sering beliau tangani yaitu mengenai rasa malas siswa, malas dalam belajar, sekolah, sholat berjamaah, mengikuti kegiatan, termasuk juga malas menghafal Al-Qur’an.

“masalah yang sering dialami siswa adalah rasa malas mbak, malas sekolah, belajar, sholat berjamaah juga mengahafal al-quran dan masih banyak lagi.. ada banyak alasan yang mereka ungkapkan mulai dari capek, ngantuk, gak ngerti, bahkan karena terbawa temannya.. bagi saya malas ini merupakan masalah yang serius karena dari rasa malas itu lah akan tumbuh sifat-sufat negatif lainnya seperti tidak bertanggung jawab, cuek, hilangnya motivasi dan masih banyak lagi mbak.. dan untuk mengatasi itu tentunya saya tidak bisa sendiri saya harus bekerja sama dengan ustdzah lain, karena kalau dibiarkan nantinya siswa akan memiliki konsep diri yang negatif”

Untuk mengentaskan permasalahan yang dialami siswa Ustadzah Dwi melakukan kolaborasi dengan beberapa pihak salah satunya yaitu Guru

Tahfidz untuk meningkatkan konsep diri siswa tersebut. 88

Salah satu uapaya prefentiv Guru Bimbingan Konseling yang dilakukan untuk meningkatkan konsep diri positif siswa yaitu dengan cara memberikan motivasi melalui materi yang diasampaikan, sedangkan uapaya yang dilakukan guru tahfidz yaitu dengan cara menceritakan ibroh atau

88 Hasil Wawancara dengan Dwi, Guru bimbingan konseling SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Pada Tanggal 20 Februari 2016 88 Hasil Wawancara dengan Dwi, Guru bimbingan konseling SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Pada Tanggal 20 Februari 2016

Meningkatkan konsep diri positif siswa tidak semudah membalikan telapak tangan, tentunya ada proses yang harus di lewati untuk mencapai hal tersebut. Konsep diri bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik, tetepi konsep diri terbentuk melalui interaksi sosial oleh karena itu konsep diri merupakan acuan seseorang dalam bersikap atau bertingkah laku itu semua dapat dilihat dari tuturkata soapan santun, penerimaan terhadap diri, pemahaman identitas diri, juga penghargaan terhadap diri. Beberapa karakteristik di atas telah penulis lihat dari ketiga siswa tersebut, ketika penulis menanyakan mengenai siakap yang harus dimiliki oleh seorang penghafal Al-Qu’an mereka menjawab :

“LS: ya.. seorang penghafal Al-Qur’an itu harus memiliki akhlak yang baik lah mbak.. kalau bisa kan akhlaknya harus seperti al- qur’an malu lah... masa penghafal al-qur’an akhlaknya tidak baik: HAN : ia mbak.. apalagi kita kan di pondok mbak.. masa kita ga ada bedanya sama anak yang sekolah bukan di pondok.. ya kita harus ada bedanya lah mbak.. apalagi kita kan menghafal Al-Qur’an : SS: ia mbak.. aku setuju sama temen-temen aku seorang penghafal al-qur’an itu harus bisa jaga hafalannya salah satunya dengan menjaga akhlaknya mbak”

Begitu lah jawaban mereka, seseorang yang memiliki konsep diri negatif belum tentu bisa menjawab seperti demikian, ketiga siswa tersebut telah memahami benar mengenai identitsanya sebagai seorang siswa penghafal AL-Qur’an sehingga pendapat mereka bukan hanya sekedar pembelaan mengenai identitasnya tetapi mereka mengimbangi itu semua dengan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari baik kepada dirinya, teman Begitu lah jawaban mereka, seseorang yang memiliki konsep diri negatif belum tentu bisa menjawab seperti demikian, ketiga siswa tersebut telah memahami benar mengenai identitsanya sebagai seorang siswa penghafal AL-Qur’an sehingga pendapat mereka bukan hanya sekedar pembelaan mengenai identitasnya tetapi mereka mengimbangi itu semua dengan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari baik kepada dirinya, teman

penghafal Al-Qur’an. 89

Ketiga siswa sangat menyadari kontribusi yang dari guru bimbingan konseling dan guru tahfidz dalam meningkatkan konsep diri mereka, ketika mereka mengalami kesulitan atau masalah ketiga siswa ini tidak segan untuk bercerita kepada Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz. untuk mengetahui hal tersebut penulis menanyakan kepada Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz:

“Dwi: ya.. kalau mereka sedang malas atau mengalami masalah biasanya mereka curhat kepada temannya nanti temannya yang bilang pada saya atau kadang mereka yang langsung curhat sama saya.. dan saya biasanya menggali informasi dari guru lain termasuk guru tahfidz.. agar masalah siswa tersebut bisa langsung ditangani bersama”

Jawaban Dwi menunjukan bahwa kolaborasi biasanya dilakukan bila memmang dirasa diperlukan dalam arti ketika siswa tersebut mengalami

sebuah permasalahan. 90

“Fatimah: biasanya saya berbagi informasi tentang siswa yang bermasalah dalam program tahfidz kepada ustadzah dwi mbak.. dan biasanya kami ngobrol di ruang guru, mesjid atau mushola... ”

89 Hasil wawancara dengan siswa penghafal al-qura’an di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta pada tanggal 18 februari 2016

90 Hasil Wawancara dengan Dwi, Guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Pada Tanggal 18 Februari 2016

Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa guru bimbinga konseling dan guru tahfidz melakukan kolaborasi ketika ada masalah siswa yang harus dientaskan. 91 Berdasarkan pemaparan tersebut kolaborasi yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta bila di lihat dari jenisnya, masuk dalam kategori kolaborasi tertier. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data yang telah penulis sajikan di atas, bahwa kolaborasi dilaksanakan ketika ada siswa penghafal Al-Qur’an yang mengalami masasalah dalam perkembangannya. Guru Tahfidz akan memberikan informasi kepada Guru Bimbingan Konseling, keduanya akan saling bertukar informasi guna menggali pangkal permasalah yang menyebabkan siswa mengalami masalah dalam perkembangannya.

Hubungan kolaborasi Guru Bimbingan Konseling dengan Guru Tahfidz di atas dilakukan oleh pihak sekolah untuk membantu mengatasi peserta didik yang memiliki masalah dengan konsep dirinya jika masalah tersebut tidak segera dientaskan maka akan berimbas pada proses pembelajaran siswa, sehingga nantinya kegiatan belajar mengajar siswa tidak dapat dilaksanakan secara baik dan optimal sesuai dengan tujuan dan harapan.

91 Hasil Wawancara dengan Fatimah, Guru Tahfidz SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Pada Tanggal 20 Februari 2016