Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari : 1 nilai tolerance dan lawannya, 2 Variance Inflatin Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10 Ghozali, 2005 : 91. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 110.835 23.542 4.708 .000 Perputaran piutang .123 .253 .084 .486 .630 .979 1.022 Perputaran persediaan .503 .559 .156 .900 .375 .979 1.022 a. Dependent Variable: Rentabilitas Ekonomis Universitas Sumatera Utara Sumber : Output SPSS, diolah Peneliti, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan dengan nilai tolerance dan VIF. Masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10 yaitu 0,979. Jika dilihat dari VIF-nya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 1.022. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada perode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi, angka ini kemudian diklarifikasi menurut kriteria yang ditentukan sesuai dengan tabel berikut: Tabel 4.5 Pengukuran Autokorelasi DURBIN – WATSON KESIMPULAN 1.10 Ada autokorelasi 1.11 – 1.54 Tanpa Kesimpulan 1.55 – 2.46 Tidak ada autokorelasi 2.47 – 2.90 Tanpa Kesimpulan 2.90 Ada autokorelasi Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .166 a .028 -.031 95.95223 1.582 a. Predictors: Constant, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang b. Dependent Variable: Rentabilitas Ekonomis Sumber: Output SPSS, diolah peneliti,2013 Tabel 4.5 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson D -W statistik yang didapatkan dari perhitungan pada tabel diatas sebesar 1,582 yaitu besaran dalam kisaran 1.55 sampai dengan 2.46, diklarifikasikan menurut kriteria pengukuran autokorelasi pada tabel diatas.

d. Uji Heterokedastisitas