BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pengetahuan Responden terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian di wilayah Puskesmas Sitinjak dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif, artinya pengetahuan yang kurang akan kemungkinan ibu tidak akan menyusui bayinya secara ekslusif. Namun jika diuji secara regresi logistik
berganda variabel pengetahuan tidak ada pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif p =0,243 0,05 dengan nilai B = 0,747, ini berarti semakin tinggi
pengetahuan ibu tidak menjamin akan meningkatkan ibu dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sitinjak.
Berdasarkan penelitian Ridwan 2006, dengan judul promosi susu formula menghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi 6-12 bulan dengan nilai p 0,392
0,05. Menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan ibu
cukup atau kurang tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan pengetahuan bukan merupakan faktor penentu dalam pemberian
ASI Eksklusif. Secara proporsi menunjukkan bahwa di wilayah Puskesmas Sitinjak 40
responden 67,05 yang tidak memberikan ASI eksklusif terdapat pada ibu yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki pengetahuan yang kurang sedangkan ibu yang memberi ASI eksklusif 19 responden 32,20 terdapat pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, meskipun pendidikan tidak diteliti dalam
penelitian ini kenyataan di lapangan responden dan yang berpendidikan tinggi atau rendah tetap melakukan kebiasaan memberikan madu kepada bayinya. Sebagian
responden mengatakan bahwa mereka tahu pemberian ASI eksklusif penting bagi bayinya, tapi keluarga menolak untuk memberikan ASI secara eksklusif dan
menyarankan agar memberikan madu setelah lahir karena si anak menangis. Alasan lain lagi kebanyakan ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau
keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASInya tersebut dan menggantikannya dengan madu atau makanan lain.
Padahal menurut penelitian bahwa bayi yang baru lahir dapat bertahan sampai dengan 3 hari walaupun tidak diberi apapun, hal ini tidak boleh dilakukan karena air susu
yang keluar pada hari-hari pertama melahirkan adalah kolostrum yang sangat berguna bagi bayi. Setelah bayi berumur enam bulan bayi mulai diberi makanan pendamping
ASI atau makanan padat yang benar dan tepat. Air susu ibu harus tetap diberikan sampai bayi berusia dua tahun, karena ASI akan memberikan sejumlah zat-zat gizi
yang berguna untuk pertumbuhan bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi, vitamin, dan mineral Ruslina, 2004.
Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah segala upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada ibu menyusui
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui, memperhatikan, dan melakukan cara-cara pemberian ASI eksklusif. Pemberian informasi secara terus – menerus kepada ibu yang menyusui
secara perlahan akan memberikan dampak positif terhadap pemahaman dan pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayinya. Bentuk pemberian
informasi tersebut dapat berupa promosi kesehatan dengan penyluhan tentang ASI, bahan bacaan, cara penyiapan ASI dan penyimpanan ASI yang dilakukan oleh bidan
desa ataupun tenaga kesehatan di puskesmas. Menurut Cohen dan Syme 1985 dalam Friedman 1998, dukungan
pengetahuan meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak menghadapi situasi. Sejalan dengan
Hause dalam Newman 1987, bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan – kesulitan agar dapat menjadikan
individu lebih mampu mengatasi sesuatu.
5.2. Pengaruh Sikap Responden terhadap Pemberian ASI Eksklusif