20
melakukan perbandingan dengan orang lain. Orang lain yang dimaksud dan yang akan menumbuhkan tanda pada konsep diri individu adalah
orang tuanya, kawan sebaya, dan masyarakat. Sikap dan respon orang tua, teman sebaya, dan lingkungan akan menjadi informasi bagi individu
yang bersangkutan untuk menilai siapa dirinya. Seringkali dari kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berfikir
yang tidak-tidak terhadap sesuatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun dengan sikap yang dinamis, konsep diri dapat mengalami
perubahan yang lebih positif. Dari hal ini, tentunya dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak terbentuk dan berkembang dengan sendirinya,
melainkan didukung oleh adanya interaksi individu dengan orang lain juga dengan lingkungannya.
5. Faktor-faktor Pembentuk Konsep Diri
Menurut Susana, Tjipto 2006, ada empat faktor yang berperan dalam pembentukan konsep diri individu yaitu:
a. Faktor Kemampuan Setiap anak punya kemampuan. Oleh karena itu, berilah anak
peluang agar ia mampu melakukan sesuatu. b. Faktor Perasaan
Pupuklah rasa berarti pada diri anak dalam setiap aktifitas sekecil dan sederhana apa pun dia jangan dicemooh sehingga menimbulkan
perasaan tanpa arti akan membentuk sikap negatif.
21
c. Faktor Kebajikan Bila anak telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh
kebajikan dalam dirinya anak merasa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan. Tempat dengan atmosfir menyenangkan akan
menjadi wahana subur bagi anak karena dia akan berbuat kebajikan bagi lingkungan.
d. Faktor Kekuatan Pola perilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi anak
untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, anak dapat menghalau upaya yang negatif. Konsep diri dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya ialah keadaan jasmani atau fisik, perkembangan psikologis, peranan keluarga dan lingkungan sosial
budaya Muntholi ah,2002.
6. Aspek-Aspek Konsep Diri
Seperti telah dijelaskan dalam pengertian di atas, konsep diri adalah gambaran, seseorang secara keseluruhan tentang keadaan dirinya.
Semua segi kehidupan dalam diri seseorang, mencakup segi fisik, segi psikis, segi sosial dan lain-lain, dapat membentuk dan menentukan
gambaran atau konsep tentang keadaan dirinya. Aspek-aspek yang terdapat dalam konsep diri antara lain meliputi keadaan fisik, keadaan dirinya
sebagai seorang pribadi, faktor interaksi sosial dengan orang lain, peran dirinya dalam kehidupan keluarga serta penilaian orang tentang dirinya
dimata masyarakat sekitarnya.
22
Keadaan tubuh atau fisik seseorang menjadi hal penting dalam membentuk konsep tentang dirinya. Penilaian negatif orang lain tentang
keadaan fisik misalnya gemuk, kurus dan penampilan tidak menarik akan turut membuat seseorang itu menilai dirinya sama dengan penilaian orang
lain sehingga dirinya merasa tidak menarik dan hal tersebut memunculkan adanya konsep tentang dirinya yang negatif. Bentuk tubuhatau ciri-ciri
fisik tersebut dapat mempengaruhi kepribadian remaja. Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus,
tinggi dan pendek dipandan sebagai hal “buruk” dan merupakan faktor
yang tidak menguntungkan bagi perkembangan konsep diri remaja. Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri,
penampilan perbedaan diri yang dimaksudkan misalnya adalah adanya cacat fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber memalukan bagi remaja,
sedangkan adanya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial
Hurlock, 1990. Penilaian diri seseorang tentang keadaan dirinya seperti pikiran,
perasaan dan sikap terhadap dirinya turut mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang. Pikiran dan perasaan tentang dirinya kadang
muncul akibat dari faktor fisiknya. Misalnya orang lain menilai dirinya sebagai seseorang yang tidak menarik karena berbadan kurus. Penilaian
tidak menarik karena berbadan kurus dapat membuat seseorang tersebut
23
berpikir bahwa dirinya memang tidak menarik dan akhirnya memunculkan pikiran negatif tentang dirinya sendiri.
Kehidupan dalam sebuah keluarga juga turut membentuk konsep diri seseorang. Peranan orang tua menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi konsep diri seseorang remaja. Ikatan emosional yang pertama dirasakan dalam diri seseorang anak adalah dengan orang tuanya.
Richard dan Humber dalam Rakhmat, 2005, menamainya dengan istilah “affective others” yaitu orang lain yang dengan mereka remaja mempunyai
ikatan emosional. Ikatan emosional tersebut juga dapat dirasakan dengan saudara kandung atau anggota keluarga yang lainnya. Keluarga yang
dengan tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai anaknya cenderung membuat anak tersebut dapat memandang dirinya secara
positif. Tetapi sebaliknya “apabila masing-masing anggota tidak memberi
kehangatan cinta kasih sayang dan tidak menunjukkan penerimaan terhadap diri anak, akan cenderung membuat anak memandang dirinya
secara negatif tidak layak diterima, disayangi dan sebagainya. Kehidupan
seseorang tidak
terlepas dengan
lingkungan disekitarnya, artinya, setiap individu membutuhkan interaksi dengan orang
lain dalam menjalani peran kehidupannya. Setiap perilaku seseorang selalu mendapat penilaian dari orang lain. Adanya unsur penerimaan dari orang
lain turut membentuk konsep diri seseorang, artinya apabila orang lain merasa nyaman dan menghargai serta menerima kita maka cenderung akan
memunculkan penilaian dan pandangan tentang diri secara positif. Tetapi
24
apabila orang lain atau masyarakat dilingkungan sekitar tidak menerima, menghargai dan cenderung telah memberi sebuah
“cap” buruk tentang perilaku atau perbuatan seseorang maka penilaian dan pandangan terhadap
diri yang muncul cenderung bersifat negatif. Berdasarkan pernyataan diatas, jelas bahwa banyak aspek yang
dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang. Berbagai pernyataan mengenai aspek-aspek konsep diri di atas
didukung oleh Agustiani 2009, mengemukakan beberapa aspek yang mendasari konsep diri yaitu:
a. Diri fisik physical self Diri fisik merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu
yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh, pakaian, benda yang dimilikinya, kesehatan, penampilan diri dan lain sebagainya. Gambaran
tentang tubuh merupakan dari diri fisik yang mendasari individu dalam berpikir dan menilai tentang keadaan dirinya sebagai laki-laki dan
perempuan. b. Diri sosial social self
Diri sosial meliputi bagaimana peran sosial yang dimainkan oleh individu atau remaja khususnya dan sejauh mana penilaian
individu terhadap baik buruknya perilaku atau perbuatan mereka. Setiap peranan yang dimainkan oleh individu akan dapat memunculkan
adanya suatu penghargaan sosial dari orang lain tentang bagaimana menilai setiap perbuatan dan tingkah laku baginya. Bagi remaja sendiri,
25
adanya penerimaan dan pengakuan sosial dari kelompok teman sebaya misalnya, menjadi suatu dasar untuk perkembangan setiap perilakunya.
c. Diri moral moral self Diri moral meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi
arti dan arahtujuan bagi kehidupan individu.Diri moral juga merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang mengenai
hubungannya dengan tuhan dan penilaiannya tentang sesuatu hal yang dianggap baik dan tidak baik.
d. Diri psikis psychological self Diri psikis meliputi pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu
terhadap dirinya sendiri. Diri psikis berkaitan pula dengan bagaimana seseorang dalam memandang dirinya berdasarkan pada sifat, karakter
maupun perasaan-perasaan yang dimunculkan ketika menghadapi stimulus tertentu.
B. Bimbingan Pribadi Sosial