Epidemiologi Etiologi dan Patogenesis

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sirosis Hati. 2.1.1 Defenisi Sirosis berasal dari kata kirrhos yang merupakan bahasa Yunani, yang berarti oranye atau kuning kecoklatan, dan osis, berarti kondisi. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826. 13,14 Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Definisi sirosis berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO adalah suatu proses difus yang ditandai dengan fibrosis dan perubahan arsitektur hati normal menjadi struktur nodul abnormal yang tidak memiliki organisasi lobular yang normal. 15 Banyak bentuk kerusakan hati yang ditandai fibrosis. Batasan fibrosis sendiri adalah penumpukan berlebihan matriks ekstraselular seperti kolagen, glikoprotein, proteoglikan dalam hati.Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat reversibel. Namun pada sebagian besar pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversibel. Progresifitas kerusakan hati ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa tahun. 14

2.1.2 Epidemiologi

13,14,16 Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1,2 seluruh kematian di AS. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat penyakit ini. 13,14 Setiap tahun, 2.000 kematian tambahan 5 dikaitkan dengan kegagalan hati fulminan FHF. FHF disebabkan hepatitis virus misalnya, hepatitis A dan B, obat-obatan misalnya asetaminofen, racun misalnya Amanita phalloides, yellow death cap mushroom, hepatitis autoimun, penyakit Wilson, atau berbagai etiologi lainnya. Penyebab kriptogenik bertanggung jawab atas sepertiga dari kasus fulminan.Pasien dengan sindrom FHF memiliki tingkat kematian 50-80 kecuali mereka memperoleh transplantasi hati. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, pada tahun 2000 sekitar 170 juta umat manusia menderita sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3 dari seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya kejadian baru sirosis hepatis bertambah 3 - 4 juta orang. 14 17 Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di Indonesia, secara pasti belum diketahui. Namun dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia berdasar diagnosis klinis saja didapati prevalensi sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6 – 8,4 di Jawa dan Sumatera, sedangkan di Sulawesi dan Kalimantan di bawah 1. Secara keseluruhan rata – rata prevalensi sirosis adalah 3,5 seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata – rata 47,4 dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2,1 : 1 dan usia rata – rata 44 tahun rentang usia 13 – 88 tahun dengan kelompok terbanyak antara usia 40 – 50 tahun.

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

18 Terdapat banyak penyebab sirosis hati, beberapa diantaranya jarang terjadi, bahkan muncul di masa kecil misalnya air minum dari pipa tembaga . Sirosis merupakan penyakit yang diperoleh atau berbasis genetika.Klasifikasi etiologi, terutama dengan diagnosis dini, harus selalu menjadi prioritas, karena dapat membantu pengobatan dan juga prognosis.Dengan menggabungkan data klinis biokimia, histologi, dan epidemiologi penyebab sirosis sebagian besar dapat ditentukan.Pada masa lalu penyakit hati alkohol merupakan penyebab sirosis yang paling menonjol di Amerika Serikat.Akhir – akhir ini hepatitis C mulai meningkat jumlahnya sebagai penyebab utama hepatitis kronik maupun sirosis secara 6 nasional. Di Indonesia, banyak penelitian menunjukkan bahwa hepatitis B dan C merupakan penyebab sirosis yang lebih menonjol dibanding penyakit hati alkoholik. 13,18,19 Banyak kasus sirosis kriptogenik ternyata disebabkan penyakit perlemakan hati non – alkoholik non-alcoholic fatty liver disease NAFLD. Bila kasus – kasus sirosis kriptogenik diteliti, ternyata banyak pasien menunjukkan satu atau lebih faktor resiko klasik NAFLD seperti : obesitas, diabetes, dan hipertrigliseridemia. Diduga steatosis berkurang pada beberapa hati penderita, sementara fibrosis hatinya justru berkembang dengan progresif. Ini yang membuat diagnosis histologi dari NAFLD menjadi sulit. 14,16,19 Sepertiga orang Amerika mempunyai NAFLD, sekitar 2 – 3 orang Amerika menunjukkan steatosis non – alkoholik non – alcoholic steatohepatitis NASH, yang deposisi lemaknya dalam hepatosit mengalami komlipkasi berupa peradangan atau inflamasi hati dan fibrosis. Diperkirakan 10 pasien NASH dikemudian hari berkembang menjadi sirosis. NAFLD dan NASH telah diperkirakan akan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat utama pada dekade mendatang. Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat adalah hepatitis C 26, penyakit hati alkoholik 21, hepatitis C plus penyakit hati alkoholik 15, kriptogenik 18, hepatitis B yang bersamaan hepatitis D 15, dan penyebab lain 5. 14,16 14,20 Penyebab lain penyakit hati menahun dan sirosis : hepatitis autoimun, sirosis bilier primer, sirosis bilier sekunder berhubungan dengan obstruksi saluran empedu ekstrahepar menahun, kolangitis sklerosing primer, hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi α-1 antitripsin, penyakit granulomatosa contoh : sarkoidosis, penyakit glycogen storage type IV, hepatitis imbas obat contoh : metotreksat, α-metildopa, amidaron, obstruksi aliran vena contoh : sindrom Budd-Chiari, penyakit veno-oklusif, gagal jantung kanan kronik dan regurgitasi trikuspid. Terjadinya fibrosis hati menggambarkan kondisi ketidakseimbangan antara produksi matriks ekstraseluler dan proses degradasinya. Sel – sel stelata yang berada dalam ruangan perisinusoidal merupakan sel penting untuk memproduksi matriks ekstraseluler.Beberapa faktor dapat dilepas atau diproduksi oleh sel – sel hepatosit, sel – sel Kupfer, dan endotel sinusoid pada saat terjadi kerusakan hati. Sebagai contoh : peningkatan kadar TGF - β1 dijumpai pada pasien dengan 14,19,20 7 hepatitis C kronik dan sirosis. TGF - β1 selanjutnya akan merangsang sel – sel stelata yang aktif untuk memproduksi kolagen tipe I. 13,14 Peningkatan deposisi kolagen dalam ruang Disse ruang antara hepatosit dan sinusoid dan pengurangan ukuran fenestra endotel akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid. Sel – sel stelata yang aktif juga mempunyai sifat konstriksi. Kapilarisasi dan konstriksi sinusoid oleh sel – sel stelata dapat memicu terjadinya hipertensi portal. Tabel 2.1 Etiologi Sirosis Hati. 13,14,21 13

2.1.4 Manifestasi klinis