Huitt, 2004; Glasscock,1992; Suparno, 2005. Model-model tersebut dirasakan lebih memberikan kebebasan siswa untuk secara kritis menemukan sendiri nilai
kemanusiaan yang diajarkan. Dengan model tersebut siswa lebih aktif, menjadi yakin akan penemuannya, dan akhirnya lebih tertantang untuk melaksanakan
dalam hidup mereka. Model yang lebih dikenal saat ini adalah model konstruktivisme dimana model tersebut lebih menekankan siswa untuk mencari
tahu sendiri dan membangun pengetahuannya sendiri serta menjadikan guru sebagai fasilitator.
4. Guru Fisika
Guru merupakan sosok yang selalu dikenang bahkan selalu diingat sepanjang hayat. Guru juga merupakan sosok yang mampu mempengaruhi sifat
atau karakter anak didiknya. Guru bukanlah semata-mata sumber ilmu atau pentransfer ilmu kepada anak didiknya melainkan guru adalah sosok yang dapat
digugu dan ditiru. Peran guru di sekolah sangatlah besar, selain ahli dalam bidang kognitif, gurupun ahli dalam mamancarkan nilai-nilai karakter yang ada pada
dirinya kepada siswa di sekolah. Dalam hal ini, guru fisika dan karakter yang diharapkan adalah Suparno,
2007:99: a
Yang terus belajar Guru IPA diharapkan untuk terus belajar bidang ilmunya serta juga
semakin mendalami sifat dan isi yang disampaikan. Konsepnya perlu dikuasai dan juga metodologi yang khas dari ilmu terkait serta guru IPA juga mengerti konteks
bahan yang diajarkan serta kaitan bahan itu dengan kehidupan masyarakat maupun bidang lain.
b Kreatif, Kritis, dan Inovatif
Mengajar merupakan suatu seni, yang tidak dapat dipaketkan sekali untuk selamanya. Mengajar, apalagi mendidik, setiap kali perlu dilihat situasi, keadaan,
konteks siswa yang dibantu. Sebagai karya seni, maka guru diminta untuk selalu mengembangkan kreativitas, daya khayal, daya imaginasi, dan juga kebebasannya
berpikir untuk dapat menemukan model dan pendekatan yang terbaik bagi perkembangan siswa.
Guru juga perlu kritis dengan situasi dan keadaan yang ada di sekolah, yang dihadapi siswa, yang ada di lingkungan, termasuk dengan aturan-aturan
main yang ada. Kekritisannya didasari pada pemikiran yang rasional dan objektif, namun sekaligus didasari pada imaginasi dan komitmen terhadap kemajuan siswa.
Guru IPA di tempat-tempat sulit lebih dituntut daya inovasinya. Terkadang lingkungan sekolah tidak mempunyai saran dan fasilitas seperti yang diharapkan.
Maka dalam situasi tersebut perlu berpikr, apa yang hendak dilakukan untuk tetap membantu siswa maju. Keterbatasan fasilitas tidak menjadikan mati atau putus
asa, tetapi justru menjadi tantangan tersendiri untuk lebih berinovasi dan berguna untuk mengembangkan siswa.
5. Materi Optika