Pendidikan karakter melalui pelajaran fisika pada siswa/i kelas XI IPA dan XII IPA pada materi optika dan gelombang di SMA YPPK ST Thomas Wamena Papua tahun ajaran 2013/2014.

(1)

ABSTRAK

Audra Febriandini Logho. 2015. PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PELAJARAN FISIKA PADA SISWA/I KELAS XI IPA DAN XII IPA PADA MATERI OPTIKA DAN GELOMBANG DI SMA YPPK ST THOMAS WAMENA PAPUA TAHUN AJARAN 2013/2014. Skripsi. Program Study Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui apa yang disiapkan atau dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter; (2) mengetahui apakah pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika terdapat nilai karakter yang dimasukkan; (3) mengetahui bagaimana cara guru menyampaikan nilai – nilai karakter di kelas; (4) mengetahui bagaimana guru mengecek nilai – nilai karakter itu sampai pada peserta didik; (5) mengetahui nilai-nilai karakter apa yang telah didapatkan peserta didik pada pelajaran fisika; (6) mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilakukan peserta didik dalam pelajaran fisika.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dan kualitatif. Data didapat dengan meyebarkan kuesioner nilai-nilai karakter pada siswa/i, pengamatan di dalam kelas selama proses belajar mengajar, serta mewawancarai guru bidang studi. Subyek penelitian ini adalah siswa/i SMA YPPK ST Thomas Wamena, Papua kelas XI IPA dan Kelas XII IPA sejumlah 52 siswa/i.

Hasil analisis menyatakan bahwa: (1) yang disiapkan dan dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter adalah metode mengajar; (2) Pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika sudah terdapat nilai-nilai karakter yang dimasukkan;(3) Cara guru menyampaikan nilai karakter pada siswa/i lewat tindakan atau sikap, instruksi kepada siswa/i, ajakan, dan nasehat dari guru kepada siswa/i; (4) Cara guru mengecek nilai karakter yang disampaikan kepada siswa/i tersebut melalui perubahan-perubahan sikap atau tingkah laku siswa/i selama proses belajar mengajar; (5) Nilai karakter yang didapatkan siswa/i kelas XI IPA dan siswa/i kelas XII IPA adalah memenuhi kategori cukup; (6) Nilai karakter yang telah dilakukan oleh siswa/i kelas XI IPA dan XII IPA SMA YPPK St Thomas Wamena, Papua adalah religius dan toleransi.


(2)

ABSTRACT

Audra Febriandini Logho. 2015. Character Education Through the Subject Matter of Physics for the 11th and 12th Grade of Science Class, On the Subjects of Optics and Waves, at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, at the Academic year of 2013/2014. Thesis. Physics Education Study Program. The Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

The purposes of this study are: (1) to know what are being prepared or at least thought of by teachers of physics at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, to teach character values (2) to know whether or not in the Learning Preparation Draft (RPP) of Physics Lessons there are character values insserted (3) to know how teachers deliver the teaching of character values in class (4) to know how the teachers evaluate the teaching of character values to the students (5) to know what character value(s) that have been acquired by the students learning physics (6) to know what character value(s) which have been implemented by the students learning physics.

This research is a descriptive quantitative and qualitative research. Data were obtained through giving questionnaires about character values to students, observation in the classroom during the process of teaching and learning, as well as interviewing teachers in this field of study.The subjects of this research are 52 students of 11th and 12th Grade of Science Class students of YPPK St. Thomas Senior High School Wamena, Papua.

The results of the research indicated that: (1) what have been prepared or at least thought of by teachers of physics at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, to teach character values were teaching methods; (2) in the Learning Preparation Draft (RPP) of Physics Lessons, there are already character values insserted; (3) teachers deliver the teaching of character values in class through examples or attitudes, through instructions, solicitation and advices; (4) the teachers evaluate the teaching of character values to the students through observing changes of attitudes and behaviour of the students during the process of learning; (5) character values that have been acquired by the students learning physics are on the category of ‘sufficient’; (6) character values which have been implemented by the students learning physics are tolerance and religious.


(3)

i

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PELAJARAN FISIKA PADA SISWA/I KELAS XI IPA DAN XII IPA PADA MATERI OPTIKA DAN GELOMBANG DI

SMA YPPK ST THOMAS WAMENA PAPUA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Audra Febriandini Logho NIM: 091424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Almamaterku sanAta dharma Mr.Yohanis Logho dan Mrs.Mariam Margaretha Tafuran

Santa Veronika Logho

Antonius Mario Ferdinandus Logho Christina Maria Simplisia Logho Chresensia Irene Maria Faustina Logho

Evangelista Miracle Logho

Priyo Inosensius Loblar S.Pd


(7)

(8)

(9)

vii

ABSTRAK

Audra Febriandini Logho. 2015. PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PELAJARAN FISIKA PADA SISWA/I KELAS XI IPA DAN XII IPA PADA MATERI OPTIKA DAN GELOMBANG DI SMA YPPK ST THOMAS WAMENA PAPUA TAHUN AJARAN 2013/2014. Skripsi. Program Study Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui apa yang disiapkan atau dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter; (2) mengetahui apakah pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika terdapat nilai karakter yang dimasukkan; (3) mengetahui bagaimana cara guru menyampaikan nilai–nilai karakter di kelas; (4) mengetahui bagaimana guru mengecek nilai – nilai karakter itu sampai pada peserta didik; (5) mengetahui nilai-nilai karakter apa yang telah didapatkan peserta didik pada pelajaran fisika; (6) mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilakukan peserta didik dalam pelajaran fisika.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dan kualitatif. Data didapat dengan meyebarkan kuesioner nilai-nilai karakter pada siswa/i, pengamatan di dalam kelas selama proses belajar mengajar, serta mewawancarai guru bidang studi. Subyek penelitian ini adalah siswa/i SMA YPPK ST Thomas Wamena, Papua kelas XI IPA dan Kelas XII IPA sejumlah 52 siswa/i.

Hasil analisis menyatakan bahwa: (1) yang disiapkan dan dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter adalah metode mengajar; (2) Pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika sudah terdapat nilai-nilai karakter yang dimasukkan;(3) Cara guru menyampaikan nilai karakter pada siswa/i lewat tindakan atau sikap, instruksi kepada siswa/i, ajakan, dan nasehat dari guru kepada siswa/i; (4) Cara guru mengecek nilai karakter yang disampaikan kepada siswa/i tersebut melalui perubahan-perubahan sikap atau tingkah laku siswa/i selama proses belajar mengajar; (5) Nilai karakter yang didapatkan siswa/i kelas XI IPA dan siswa/i kelas XII IPA adalah memenuhi kategori cukup; (6) Nilai karakter yang telah dilakukan oleh siswa/i kelas XI IPA dan XII IPA SMA YPPK St Thomas Wamena, Papua adalah religius dan toleransi.


(10)

viii

ABSTRACT

Audra Febriandini Logho. 2015. Character Education Through the Subject Matter of Physics for the 11th and 12th Grade of Science Class, On the Subjects of Optics and Waves, at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, at the Academic year of 2013/2014. Thesis. Physics Education Study Program. The Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

The purposes of this study are: (1) to know what are being prepared or at least thought of by teachers of physics at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, to teach character values (2) to know whether or not in the Learning Preparation Draft (RPP) of Physics Lessons there are character values insserted (3) to know how teachers deliver the teaching of character values in class (4) to know how the teachers evaluate the teaching of character values to the students (5) to know what character value(s) that have been acquired by the students learning physics (6) to know what character value(s) which have been implemented by the students learning physics.

This research is a descriptive quantitative and qualitative research. Data were obtained through giving questionnaires about character values to students, observation in the classroom during the process of teaching and learning, as well as interviewing teachers in this field of study. The subjects of this research are 52 students of 11th and 12th Grade of Science Class students of YPPK St. Thomas Senior High School Wamena, Papua.

The results of the research indicated that: (1) what have been prepared or at least thought of by teachers of physics at the YPPK High School of ST Thomas Wamena, Papua, to teach character values were teaching methods; (2) in the Learning Preparation Draft (RPP) of Physics Lessons, there are already character values insserted; (3) teachers deliver the teaching of character values in class through examples or attitudes, through instructions, solicitation and advices; (4) the teachers evaluate the teaching of character values to the students through observing changes of attitudes and behaviour of the students during the process of learning; (5) character values that have been acquired by the students learning physics are on the category of ‘sufficient’; (6) character values which have been implemented by the students learning physics are tolerance and religious.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena penyertaan-Nya skripsi dengan judul“Pendidikan Karakter Melalui Pelajaran Fisika Pada Siswa/i Kelas XI IPA dan XII IPA Pada Materi Optika dan Gelombang Di SMA YPPK St. Thomas Wamena Papua Tahun Ajaran 2013/2014” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai pelaksanaan tugas akhir perkuliahan untuk tingkat sarjana.

Penelitian ini dapat selesai berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., MST sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan serta motivasi. 2. Sekretariat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Sekretariat Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ibu Tari, pak Sugeng, mas Agus) Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam mempersiapkan administrasi peneliti.

3. Bapak Eligius Hilapok selaku kepala sekolah SMA YPPK ST THOMAS WAMENA, PAPUA yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

4. Ibu Eva Siahaan S.Pd selaku guru pamong yang bersedia diteliti dan membantu peneliti dalam penelitian ini.

5. Adik- adik SMA YPPK ST THOMAS WAMENA, PAPUA XI IPA angkatan XVII dan XII IPA angkatan XVIII yang bersedia membantu dan menjadi sampel peneliti.

6. Amuli Denny Irianto Matuan M.Pd, Margareta Sri Pinilih S.Pd yang telah membantu peneliti dalam menyusun instrument penelitian dan menganalisis data.

7. Mario Fransiskus Reyaan S.IP, Tri Ardiansyah, dan Michael Purun sebagai juru cameramen dan pengambilan video selama penelitian berlangsung

8. Pak Asan Damanik yang telah memberikan ilmu kepada peneliti dalam penyelesaian tugas khusus selama satu semester.


(12)

x

9. Wisma Surya Boarding House (saudari – saudariku sayang sistha eka, reri, enya, asti, nadia, ditha farmasi, ditha akuntansi, yoana,) yang selama ini bersama dan selalu menyemangati penulis serta ada dalam susah senang. 10. Sudari-saudariku yang luar biasa (Ome, Nathalia, Kiki, Nancy, Gloria, Willy,

Tania, Oju, Diamarichi, dan Keluarga Besar Honai) yang selalu mendukung, menasehati, menguatkan, dan selalu bersama. Terima kasih buat kebersamaan ini.

11. Kakak-Kakak Community Building yang luar biasa selalu mendukung lewat kebersamaan dalamExamen(Jevi, Dion, Zy, Nita, Yesi, Retha)

12. Saudara/i saya PENDIDIKAN FISIKA 2009 (Velocity Boys and Velocity Girls) yang selalu saling mendukung dan memotivasi.

13. Keluarga besar Campus Ministry yang luar biasa Mas Antonius Febri Harsanto, Mas Krisnanto, Mas Jalur, Romo Mario Lagaor SJ, Frater Adrianus Riswanto SJ, Romo Buddy Haryadi SJ, dan Mas Gigih Adiguna yang telah terus mengajari arti kehidupan, daya juang, serta kebersamaan dalam berkarya.

Kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Mei 2014


(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SUSUNAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pendidikan Karakter ... 6

B. Pendidikan Karakater Pelajaran Fisika ... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Instrument Penelitian ... 34

E. Validitas ... 43


(14)

xii

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 46

A. Perencanaan Penelitian ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 46

C. Data dan Analisis ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 70

C. Saran ... 70


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa 10

Tabel 2 Contoh nilai pada pendidikan fisika 16

Tabel 3 Contoh sumbangan pendidikan fisika pada pendidikan karakter bangsa

17 Tabel 4 Contoh proses fisika yang menyumbang pendidikan nilai karakter bangsa

18 Tabel 5 Contoh sikap belajar fisika yang menyumbang pendidikan nilai karakter bangsa

18 Tabel 6 Kisi-kisi kuesioner nilai karakter materi optika 35 Tabel 7 Kisi-kisi kuesioner nilai karakter materi gelombang 38 Tabel 8 Kriteria nilai-nilai karakter siswa/i Kelas XI IPA materi optika 45 Tabel 9 Kriteria nilai-nilai karakter siswa/i Kelas XII IPA materi gelombang

45 Tabel 10 Pengcodingan data cara guru menyampaikan nilai karakter pada siswa/i Kelas XI IPA Pertemuan pertama

52 Tabel 11 Pengcodingan data cara guru menyampaikan nilai karakter pada siswa/i Kelas XI IPA Pertemuan kedua

54 Tabel 12 Pengcodingan Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua

Kelas XI IPA Cara Guru Mengecek Nilai Karakter

57 Tabel 13 Pengcodingan Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua

Kelas XII IPA Cara Guru Mengecek Nilai Karakter

58 Tabel 14 Kriteria Nilai Karakter Siswa/i Kelas XI IPA materi Optika 60 Tabel 15 Data Hasil Kuesioner Nilai-Nilai Karakter Kelas XI IPA 60 Tabel 16 Kriteria Nilai Karakter Siswa/i Kelas XII IPA materi

Gelombang

62 Tabel 17 Data Hasil Kuesioner Nilai-Nilai Karakter Kelas XII IPA 63 Tabel 18 Pengcodingan Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua

Kelas XI IPA Nilai-Nilai Karakter Yang Dilakukan Siswa/i

65 Tabel 19 Pengcodingan Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua

Kelas XII IPA Nilai-Nilai Karakter Yang Dilakukan Siswa/i


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lempiran 1 Surat ijin penelitian 73

Lampiran 2 Surat keterangan dari SMA YPPK ST Thomas Wamena 74

Lampiran 3 Kuesioner Kelas XI IPA materi optika 75

Lampiran 4 Kuesioner Kelas XII IPA materi gelombang 81 Lampiran 5 Data hasil kuesioner nilai-nilai karakter XI IPA 87 Lampiran 6 Data hasil kuesioner nilai-nilai karakter XII IPA 88

Lampiran 7 Hasil Wawancara (rekap data) 89

Lampiran 8: RPP Pertemuan Pertama Kelas XI IPA materi optika 92 Lampiran 9: RPP Pertemuan kedua Kelas XI IPA materi optika 93 Lampiran 10: RPP Pertemuan Pertama Kelas XII IPA materi optika 94 Lampiran 11: RPP Pertemuan Kedua Kelas XII IPA materi optika 95 Lampiran 12: Deskripsi Pertemuan Pertama (Jumat, 26 Juli 2013) pada kelas XI IPA

96

Lampiran 13: Deskripsi Pertemuan Kedua(Jumat, 02 Agustus 2013) pada Kelas XI IPA

99

Lampiran 14: Deskripsi Pertemuan Pertama (Kamis, 25 Juli 2013) kelas XII IPA

103

Lampiran 15: Deskripsi Pertemuan Kedua (Sabtu, 03 Agustus 2013) kelas XII IPA

107

Lampiran 16: Kuesioner kelas XI IPA 111

Lampiran 17: Kuesioner Kelas XII IPA 117

Lampiran 18 : Foto Pengambilan Data Pertemuan Pertama Kelas XI IPA 124 Lampiran 19: Foto Pengambilan Data Pertemuan Kedua Kelas XI IPA 126 Lampiran 20 : Foto Pengambilan Data Pertemuan Pertama Kelas XII IPA

127


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berfungsi untuk membina kemanusiaan (human being), hal ini berarti pendidikan pada akhirnya untuk mengembangkan seluruh pribadi manusia termasuk mempersiapkan manusia sebagai anggota masyarakat, warga negara yang baik, membina rasa persatuan, dan mengembangkan kemampuan memasuki era kehidupan baru (Yustiana, 201:28 ). Pendidikan sebagai suatu sistem tentunya mempunyai masalah yang sangat luas, kompleks, unik, baik di tingkat makro maupun mikro, mulai dari dalam kelas sampai keluar kelas.

Virdhani (Okezone, 2012) menuliskan bahwa beberapa waktu lalu telah terjadi tawuran pada anak SMK Almuhajirin Depok sehingga korban tersebut mengalami kritis di rumah sakit. Tidak disebutkan apa yang menyebabkan terjadinya tawuran tersebut. Hal senada dengan Jahang (Tribunnews.com, 2013), dalam beritanya bahwa telah terjadi tawuran antar anak SMA N 3 Kupang dan SMK N 2 Kupang yang belum diketahui persis apa penyebab terjadinya tawuran tersebut. Selain itu, Kusuma (detik.com, 2013) menuliskan bahwa polisi memburu beberapa siswa yang terlibat dalam tawuran dan melukai masinis kereta dan seorang satpam.

Kasus korupsi banyak terjadi sepanjang 2004 – 2011. Kementrian Dalam Negeri mencatat sebanyak 158 kepala daerah yang terdiri atas gubernur, bupati dan wali kota tersangkut korupsi. Kasus korupsi terjadi di sejumlah institusi,


(18)

seperti KPU, Komisi Yudisial, KPPU, Ditjen Pajak, Bank Indonesia, dan BKPM (Elfindri, dkk: 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lima kota di Tanah Air ini, sebanyak 16,35% dari 1.388 responden remaja mengaku telah melakukan hubungan seks di luar nikah atau seks bebas. Sebesar 42,5% Responden di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan hubungan seks di luar nikah. Sedangkan 17% responden di Palembang, Sumatera Selatan, Tasikmalaya, dan Jawa Barat juga mengaku melakukan tindakan yang sama. Di Singkawang, Kalimantan Barat, sekitar 9% remaja responden mengaku telah melakukan seks bebas. Sedangkan 6,7% responden di Cirebon, Jawa Barat, juga termasuk penganut seks bebas (Asmani, 2012).

Kasus seks bebas di kota-kota besar lainnya, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, juga sangat tinggi, bahkan melebihi angka 50%. Yang lebih mengejutkan lagi, untuk kota Yogyakarta, sekitar 97,05% remaja di sana telah melakukan seks bebas. Penelitian ini dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH), dengan melibatkan 1666 responden (Asmani, 2012: 24–25).

Dalam hal ini, pemerintah mulai menggerakan adanya pendidikan karakter yang hendaknya diajarkan oleh tenaga pendidik dalam pelajaran yang diajarkan pendidik tersebut. Nilai karakter yang perlu mendapatkan tekanan dalam dunia pendidikan, antara lain: ketuhanan, multibudaya, penghargaan pribadi manusia, keadilan, empati pada yang miskin, berpikir rational, kejujuran, disiplin, daya juang, taat pada hukum, dan cinta tanah air (Suparno, 2012: 2).


(19)

Sebagai bagian dari pendidikan sains, pendidikan fisika punya tiga unsur: pengetahuan, proses, dan sikap (Martin, 1991: 102 – 103; Suparno, 2012: 6 – 7). Pertama, pendidikan fisika membantu siswa mengerti gejala alam, hokum-hukum alam dan teori yang mendasarinya. Inilah aspek pengetahuan dari pendidikan fisika.

Kedua, pendidikan fisika membantu siswa untuk mengerti proses atau ketrampilan dan cara kerja fisika. Siswa dibantu untuk mengerti bagaimana fisikus melakukan percobaan dan mengambil kesimpulan. Secara umum inilah yang disebutmetode ilmiahyang digunakan oleh fisika.

Ketiga, pendidikan fisika membantu siswa mengembangkan sikap belajar fisika, seperti sikap jujur, disiplin, teliti, obyektif, setia pada data, daya tahan dengan persoalan yang ada, kerjasama dengan orang lain.

Secara teori ketiga unsur dalam pendidikan fisika yaitu pengetahuan, proses dan sikap dapat ditanamkan dalam pelajaran fisika untuk mengembangkan nilai-nilai karakter.

SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua merupakan sekolah yayasan yang berada di kota Wamena, Papua dimana telah ditanamkan nilai-nilai karakternya lewat pendidikan dan pengajaran bapak ibu guru tiap harinya di sekolah. SMA YPPK St. Thomas ini berpegang teguh pada ajaran-ajaran gereja katolik, serta nilai-nilai karakter yang diajarkan berdasarkan ajaran-ajaran gereja katolik. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang nilai-nilai karakter di sekolah tersebut.


(20)

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “pendidikan karakter melalui pelajaran fisika pada siswa/i SMA kelas XI IPA dan XII IPA pada materi OPTIKA dan GELOMBANG di SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua tahun ajaran 2013/2014”.

B. Masalah Penelitian

Dari sekian banyak masalah yang ada, peneliti membatasi permasalahan yang ingin diteliti yaitu apakah lewat pelajaran fisika pendidikan karakter siswa/i SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua terbentuk. Secara rinci pertanyaannya sebagai berikut:

1. Apakah yang disiapkan atau dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter?

2. Apakah pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika terdapat nilai karakter yang dimasukkan?

3. Bagaimana cara guru menyampaikan nilai-nilai karakter di kelas?

4. Bagaimana guru mengecek nilai-nilai karakter itu sampai pada peserta didik? 5. Nilai-nilai karakter apa yang telah didapatkan peserta didik pada pelajaran

fisika?

6. Nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilakukan peserta didik dalam pelajaran fisika?


(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter lewat pelajaran fisika di SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua. Secara rinci tujuannya adalah untuk mengetahui:

1. Apa yang disiapkan atau dipikirkan guru fisika pada SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua untuk mengajarkan nilai karakter;

2. Apakah pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika terdapat nilai karakter yang dimasukkan;

3. Bagaimana cara guru menyampaikan nilai-nilai karakter di kelas;

4. Bagaimana guru mengecek nilai-nilai karakter itu sampai pada peserta didik; 5. Nilai-nilai karakter apa yang telah didapatkan peserta didik pada pelajaran

fisika.

6. Nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilakukan peserta didik dalam pelajaran fisika.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

Menjadi masukan buat sekolah agar pendidikan karakter dapat dikembangkan lewat pelajaran fisika.

2. Bagi Guru

Menjadi bahan masukan untuk dapat mengajarkan nilai-nilai karakter lewat pelajaran fisika.

3. Bagi Siswa


(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter 1. Hakekat Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani (paedagogie), terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie artinya bimbingan yang diberikan kepada anak.

Adapun pengertian pendidikan dari beberapa ahli yaitu menurut John Deway, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kerah alam dan sesama manusia. Sedangkan Rousseau berpendapat bahwa pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Hidup bersama kesatuan Tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pemanusiaan anak dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan. Selain itu juga pendidikan menurut Driyarkara adalah kesatuan Tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara, 2006:376-378).

Ki Hajar Dewantara mengartikan bahwa pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan


(23)

kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Hidayat, 2006).

Pendidikan memiliki arti yang beda-beda akan tetapi pendidikan merupakan kegiatan manusiawi. Tindakan mendidik memang secara khas hanya berlaku bagi sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia (Doni Koesoema, 20:54).

Sebagai sebuah kegiatan manusiawi, pendidikan membuat manusia membuka diri terhadap dunia. Manusia berkembang melalui kegiatan membudaya dalam memaknai sejarahnya di dunia ini, memahami kebebasannya yang selalu ada dalam situasi agar mereka semakin mampu memberdayakan dirinya. Dalam bahasa Driyarkarya, kondisi ini disebut sebagai “pengangkatan diri sendiri di atas kodrat alam dan dunia materia di atas determinismenya”(Doni Koesoema, 20:55). Dalam konteks modern dan kontemporer, istilah pendidikan senantiasa diletakkan dalam kerangka kegiatan dan tugas yang ditujukan bagi sebuah angkatan atau generasi yang sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan. Oleh karena itu, pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian individu yang mengutamakan aspek-aspek dinamis dan aktif, seperti proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus (on going formation) (Doni Koesoema, 20:60).

Pendidikan bukan hanya melengkapi apa yang kurang dalam kodrat kita, melainkan lebih sebagai sebuah perjumpaan yang menumbuhkan. Pendidikan berarti “proses seleksi sebuah dunia yang bertindak terhadap individu melalui pribadi lain”. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari perhatian adanya kebradaan


(24)

orang lain yang ikut campur dan memengaruhi pembentukan diri kita (Doni Koesoema, 20:62).

Driyarkara, memahami pendidikan dalam konteks komunikatif. Pendidikan tidak lain merupakan sebuah proses komunikasi yang autentik antarmakhluk yang berada. Ia memandang pendidikan “sebagai komunikasi eksistensia manusiawi yang autentik kepada manusia muda supaya dimiliki, dilanjutkan, dan disempurnakan”. Komunikasi ini terlaksana dalam kesatuan interpersonal antara pendidik dan anak didik (Doni Koesoema, 20:62).

2. Pendidikan Karakter

Menurut Doni Koesoema (2010:79 – 80), karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Di sini, karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.

Selain itu, Doni Koesoema berpendapat bahwa, pendidikan karakter adalah sebuah peluang bagi penyempurnaan diri manusia, yang mana pendidikan karakter sebagai sebuah usaha manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia


(25)

yang berkeutamaan serta pendidikan karakter merupakan hasil dari usaha manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal UU I SISDIKNAS tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Asmani, 2012:29).

Pembentukan nilai-nilai karakter bangsa ini merupakan suatu proses yang panjang, yang harus dimulai dari sistem pendidikan terkecil yaitu dalam keluarga lalu merambat ke sekolah-sekolah. Pembentukan nilai-nilai akan terwujud jika dilakukan dengan serius, sungguh-sungguh, konsisten, dan kreatif oleh pihak-pihak terkait.

Sementara itu, menurut Doni Koesoema (dalam Asmani, 2012) pendidikan karakter mampu menjadi penggerak sejarah menuju Indonesia emas yang dicita-citakan. Dalam pendidikan karakter, manusia dipandang mampu mengatasi determinasi di luar dirinya sendiri. Dengan adanya nilai yang berharga dan layak diperjuangkan, ia dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki. Sehingga nilai-nilai yang diyakini oleh individu yang terwujud dalam keputusan dan tindakan menjadi motor penggerak.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah disebutkan dalam Bab I mengenai Bangsa kita maka sangat pentinglah pendidikan karakter diajarkan mulai sejak dini. Selain itu juga pendidikan karakter penting diajarkan karena menurut Asmani (2012) menuliskan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi juga oleh


(26)

keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Dalam banyak riset tentang pendidikan karakter, pendidikan karakter yang didesain dengan baik dapat mengurangi angka kekerasan, bolos, bullying, vandalisme dalam lembaga pendidikan (Jannakos, 2005; Doni Koesoema, 2012).

Menurut Suparno (2012:3 – 5) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam beberapa workshop kepala sekolah dan beberapa guru di berbagai sekolah, telah merumuskan 18 nilai yang dianggap sebagai nilai karakter bangsa yang perlu ditanamkan pada anak didik di sekolah. Beberapa nilai itu adalah sebagai berikut: religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja kears, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, mengabdi prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab (tabel 1).

Tabel 1. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

No Nilai Karakter Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas .

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.


(27)

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarai, dilihat, dan didengar.

10 Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatlan kepentingan bangsa dana Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan,yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan

menghormati keberhasilan orang lain. 13 Bersahabat atau

komunikasi

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli social Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

17 Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerisakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

18 Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

B. Pendidikan Karakter Pelajaran Fisika 1. Hakekat Fisika

Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains). Oleh karena itu, hakikat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains (Kartika, 1998). Kartika Budi (1998:161) dengan menyimpulkan beberapa aspek penting tentang hakekat fisika oleh beberapa tokoh antara lain:

a) Menurut Conant, sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi serta observasi selanjutnya (Kuslan dan Stone, 1978).


(28)

b) Fisher menuliskan sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi.

c) Campbell mendefinisikan sains adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis, dan cara atau metode untuk memperolehnya.

d) Bube mengungkapkan sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui interaksi dengannya.

e) Kemany seorang filsuf mengemukakan sains adalah semua pengetahuan yang dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan (Fischer, 1975).

f) Zen mendefinisikan sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang dialami serta bersifat mampu menguji diri sendiri. g) Carin dan Sund berpendapat sains adalah suatu sistem untuk memahami

semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol.

h) Menurut Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Sebagai bagian dari pendidikan sains, pendidikan fisika punya tiga unsur: pengetahuan, proses, dan sikap (Martin, 1991:102 – 103; Suparno, 2012:6 – 7). Pertama, pendidikan fisika membantu siswa mengerti gejala alam, hukum-hukum alam dan teori yang mendasarinya.Inilah aspek pengetahuan dari pendidikan fisika. Maka siswa dibantu mengerti hukum Newton, hukum pemantulan cahaya, dua sifat cahaya sebagai gelombang dan partikel, hukum kekekalan energi, teori


(29)

atom, prinsip ketidakpastian dan lain-lain. Dengan mengerti hukum dan teori fisika yang ada, siswa dibantu lebih mengerti alam dan geraknya secara benar.Siswa dibantu lebih memahami alam semesta sehingga dapat menggunakan, mengolah, dan menghidupinya dengan lebih baik dan tepat.

Kedua, pendidikan fisika membantu siswa untuk mengerti proses atau ketrampilan dan cara kerja fisika. Siswa dibantu untuk mengerti bagaimana fisikus melakukan percobaan dan mengambil kesimpulan.Secara umum inilah yang disebut metode ilmiah yang digunakan oleh fisika.Langkahnya: ada persoalan, membuat hipotesa, melakukan percobaan, mengumpulkan data menganalisa data, dan menyimpulkan apakah hipotesanya benar atau tidak. Dengan metode ilmiah ini jelas siswa diajari berpikir rational, berpikir dengan data dan bukti, serta analisis berdasarkan kaidah-kaidah tertentu.Maka siswa tidak diajari mengambil keputusan lewat rasa, tetapi lewat penalaran.

Ketiga, pendidikan fisika membantu siswa mengembangkan sikap belajar fisika, seperti sikap jujur, disiplin, teliti, obyektif, setia pada data, daya tahan dengan persoalan yang ada, kerjasama dengan orang lain. Sikap-sikap ini dihidupi dan dikembangkan oleh para fisikus dalam penelitian dan dalam mengembangkan ilmu mereka.

Norman Lederman (2007:833) dalam Suparno (2012:7) menjelaskan apa hakekat dari sains (termasuk fisika). Bagi dia sains (termasuk fisika, biologi, kimia) adalah (1) body of knowledgeberarti fisika lebih dilihat sebagai kumpulan hukum dan teori fisika; (2) method berarti fisika dilihat sebagai proses menemukan hukum itu. Inilah yang disebut sebagai metode ilmiah; and (3) way of


(30)

knowing berarti mengacu pada epistemologi sains, yaitu sains sebagai cara mengerti, sebagai nilai dan beliefs, dapat disebut sebagai sikap yang diperlukan dalam belajar fisika.

2. Nilai Karakter Pada Fisika

Mata pelajaran fisika, mampu membawa anak dalam suatu perubahan. Perubahan tersebut dapat dilihat dari aspek pengetahuan, proses, dan juga sikap pendidikan fisika.

a) Pengetahuan atau isi fisika

Guru fisika diharapkan dapat membantu siswa dalam menangkap nilai-nilai kemanusiaan dari pengetahuan itu sendiri. Misalnya: Dari belajar tentang susunan tatasurya yang begitu teratur dan mengagumkan, siswa dapat semakin sadar akan kuasa Tuhan yang menciptakan semua itu. Dari situlah siswa semakin sadar betapa kecilnya diri mereka dibandingkan dengan alam semesta ini.Kesadaran ini yang membawa siswa semakin memuliakan Tuhan dan memuji-Nya.

Dari belajar tentang pengertian ketidakpastian dan relativitas, siswa dapat dibantu untuk mengerti bahwa ada ketidakmutlakan dalam hidup dan ada ketidakpastian dalam hidup ini. Dengan pengertian itu siswa dapat dibantu untuk dapat lebih mengahargai orang lain, menghargai ciptaan, dan menghargai Tuhan. Selain itu, dengan mengerti fisika kuantum, siswa semakin dibantu untuk menyadari akan ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam hidup, akan keterbatasan


(31)

kita, akan perlunya penghargaan kepada orang lain, toleransi dan kerjasama (bdk. Capra, F., 1991; Suparno, 2009:286–288; Suparno, 2012:8–9).

Dengan mengerti hukum kekekalan energi dan kesetimbangan termal secara mendalam, siswa dibantu untuk semakin sadar bahwa energi dunia ini terbatas, dan perlu digunakan adil untuk semua manusia. Nilai-nilai yang didapat adalah kesadaran akan kebutuhan energi orang lain, kerelaan berbagi energi, menjaga keseimbangan energi di dunia ini dapat digali. Dengan kesadaran itu, siswa akan terdorong melakukan hemat energi dan bahkan cinta lingkungan (Suparno, 2012:9).

b) Aspek proses

Dari pengalaman melakukan percobaan fisika dimana siswa belajar mengambil kesimpulan dengan berbasis data dan analisis kritis, siswa dibantu untuk berpikir rational, kritis dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid. Hal ini akan menjadikan mereka dalam pengambilan keputusan di luar pelajaran juga semakin rational, berdasarkan data, dan obyektif. Dengan harapan mereka tidak mudah untuk berbuat kenakalan atau tawuran yang lebih berdasarkan emosi dan rasa belaka. Bila mereka mengalami konflik dan dikritik orang lain, mereka dapat berpikir tenang, dan menanggapi secara rational. Kemampuan berpikir rational dan obyektif dapat membantu orang untuk berkomunikasi, berdebat, dan menghargai gagasan orang lain yang berbeda (Suparno, 2012:9).

Menurut Suparno (2012:10), penggunaan model praktikum dan kerja kelompok dalam praktikum atau proyek fisika, dapat digunakan untuk membantu


(32)

siswa lebih belajar bekerjasama dengan teman-teman lain. Penelitian tentang dampak praktikum termofisika bagi mahasiswa semester I, juga menunjukkan bahwa kerja kelompok menjadikan mereka lebih suka membantu dan akrab sebagai saudara.

c) Aspek sikap

Ada beberapa nilai sikap yang dituntut dalam belajar fisika dan dalam praktikum fisika yang dapat membantu siswa untuk dilatih, untuk dikembangkan, dan dipraktikan dalam kehidupan mereka. Beberapa nilai sikap itu adalah: jujur dalam mencatat data waktu praktikum, jujur dalam mengerjakan soal dan pekerjaan rumah, disiplin dalam mengerjakan soal dan mengerjakan PR dengan mengumpulkan tepat waktu, teliti dalam mengerjakan persoalan fisika sehingga dapat mengerjakan dengan benar, bertahan dalam mengerjakan soal yang sulit, bertekun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, tidak mencontek dalam ulangan dan juga dalam membuat laporan praktikum.

Pada hasil penelitian dalam praktek penanaman nilai para guru IPA dan Matematika Yayasan Santa Ursula, Bumi Serpong mampu menanamkan nilai kejujuran, cinta kasih, tanggung jawab, disiplin diri, kerjasama, kepekaan, dan peduli pada siswa lewat bidang mereka (Suparno, 2005).

Di bawah ini merupakan tabel contoh nilai pada pendidikan fisika menurut Suparno (2012:11).


(33)

Tabel 2. Contoh Nilai pada Pendidikan Fisika

Aspek Inti Nilai yang Diambil

Pengetahuan Fisika

Hukum Newton Keteraturan alam makro, Keselarasan alam, menghargai alam dengan hukumnya, taat hukum. Ketidakpastian

(relativitas),teori kuantum

Ketidakmutlakan, dapat menerima perbedaan, menghargai perbedaan, menghormati Tuhan dan sesama. Kesetimbangan termal, asas

Black.

Kerelaan saling berbagi, saling memberi, agar dapat keseimbangan.

Yang diberikan sama dengan yang diterima, tidak ada korupsi.

Yang mempunyai lebih, diberikan kepada yang lemah.

Proses Metode ilmiah, praktikum Taat pada data; berpikir rational; ambil keputusan berdasarkan data;

Tidak emosional. Praktikum, Proyek

bersama.

Belajar hidup bersama, kerjasama sebagai saudara dalam perbedaan; multibudaya. Sikap Jujur dalam praktikum,

pengumpulan data.

Jujur dalam bertindak; anti penipuan; anti korupsi.

Teliti dalam pengamatan Teliti dalam melakukan tugas. Disiplin dalam belajar,

dalam tugas.

Disiplin dalam hidup. Daya tahan dalam

percobaan, dalam kerjakan tugas sulit.

Daya tahan dalam hidup yang tidak selalu berhasil.

3. Pendidikan Karakter Melalui Pelajaran Fisika

Pada hakekat pendidikan fisika telah banyak dijelaskan bahwa pendidikan fisika menyumbang pendidikan nilai-nilai kemanusiaan. Unsur pengetahuan, proses dan sikap mampu membantu perkembangan nilai karakter bangsa. Disini jelas terlihat bahwa pendidikan fisika ikut ambil bagian dalam pembentukan karakter bangsa, lewat pendidikan nilai karakter bangsa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(34)

Tabel 3. Contoh Sumbangan Pengetahuan Fisika pada Pendidikan Karakter Bangsa

Pengetahuan Fisika Nilai Karakter Bangsa Perlu dilakukan guru Sistem tatasurya, dengan

segala keteraturannya.

Ketuhanan, religiositas taat hukum.

Guru mengajak refleksi dengan bertanya agar siswa kagum akan Tuhan yang mengatur dan mencipta semuanya. Ketidakpastian; relativitas;

teori kuantum.

Multikultural Guru mengajak siswa berefleksi. Energi nuklir, reaksi inti,

reaktor nuklir.

Penghargaan pada pribadi manusia, berpikir kepentingan umum. Ketelitian.

Mengajak refleksi, membantu siswa aktif mengungkapkan gagasan mereka.

Kekekalan energi;

kesetimbangan termal; asas Black.

Keadilan; empati pada orang kecil; kerelaan berbagi dan memberi.

Guru membantu siswa refleksi dan mengambil makna. Hukum-hukum fisika Ketaatan pada hukum Mengajak refleksi tentang

ketaatan pada aturan dan hukum.

b) Proses Fisika menyumbang Pendidikan Nilai Karakter Bangsa Tabel 4. Contoh Proses Fisika yang Menyumbang

Pendidikan Nilai Karakter Bangsa

Proses Fisika Nilai Karakter Bangsa Perlu Dilakukan Guru Praktikum dan proyek

kelompok

• Semangat multicultural • Penghargaan pada pribadi • Keadilan

• Kejujuran • Daya tahan

• Ketaatan pada hukum

• Guru membantu refleksi dana menekankan nilai yang ditemukan. • Guru membantu siswa

aktif menggali nilai dari pengalaman yang dialami. Tutorial pada siswa

yang lemah studi

• Empati pada orang kecil, miskin

• Guru memfasilitasi, mengkoordinir Kerja ilmiah: ambil

data, analisis, penyimpulan.

• Rationalitas, obyektivitas • Teliti, jujur

• Guru membantu refleksi dan meneguhkan. Tugas pribadi: kerjakan

soal sulit, PR, Presentasi.

• Daya tahan • Disiplin • Kejujuran • Tanggungjawab

• Guru memberikan tugas yang tepat.

Mencari sumber-sumber energi dan kekhasan tanah air. Penelitian di daerah lain.

• Cinta tanah air • Guru memberikan tugas dan membantu refleksi.


(35)

c) Sikap Belajar Fisika menyumbang Pendidikan Nilai Karakter Bangsa Tabel 5. Contoh Sikap Belajar Fisika yang Menyumbang

Pendidikan Nilai Karakter Bangsa Sikap Belajar Fisika Nilai Karakter

Bangsa

Perlu Dilakukan Guru Kejujuran dalam praktikum,

dalam kerjasama dengan teman, menunjukkan kita menghormati Tuhan.

• Ketuhanan, reliogisitas

• Guru membantu dalam refleksi dan menekankan nilai yang ditemukan bersama siswa. Rela dikelompokkan dengan

teman yang beda suku, etnik, latar belakang ekonomi. Tidak pilih-pilih teman kelompok.

• Semangat multikultural

• Guru mengatur pemilihan kelompok agar

multikultur. Menghormati teman dan guru

dalam belajar.

• Penghargaan pada pribadi manusia.

• Guru menekankan dan meneguhkan.

Adil dalam kerjasama dan pembagian tugas.

• Keadilan • Guru ikut memantau, mengevaluasi. Mau menolong teman yang

lemah; rela membantu.

• Empati pada orang kecil, miskin

• Guru mengkoordinir, memfasilitasi. Jujur dalam banyak proses • Kejujuran • Guru mengevalusi. Disiplin dalam melakukan tugas

yang diberikan guru.

• Disiplin • Guru memberi tugas dan mengevaluasi.

Tabah dalam mengerjakan tugas berat.

• Daya tahan • Guru memilihkan tugas dan mengevaluasi. Taat pada aturan dan hukum

fisika.

• Ketaatan pada hukum.

• Guru memantau.

Pendidikan fisika yang menekankan pengetahuan, proses dan sikap jika benar- benar dapat dijalankan dengan sungguh akan mampu membawa generasi penerus bangsa yang jujur dalam berkata dan bertindak, adil, berpikir kritis, tidak emosional, kerja disiplin, tanggungjawab,kreatif, berpikir nalar, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Suparno, 2012:15–19).

Dari beberapa penelitian terungkap beberapa metode yang digunakan dalam pendidikan nilai (Suparno, 2005:6). Mode-model yang sekarang banyak digunakan adalah dengan diskusi kasus, mengunakan dilemma, debat, simulasi, dan pencarian bersama berbagai sumber (Glenn & Glenn, 1993; Lickona, 1993;


(36)

Huitt, 2004; Glasscock,1992; Suparno, 2005). Model-model tersebut dirasakan lebih memberikan kebebasan siswa untuk secara kritis menemukan sendiri nilai kemanusiaan yang diajarkan. Dengan model tersebut siswa lebih aktif, menjadi yakin akan penemuannya, dan akhirnya lebih tertantang untuk melaksanakan dalam hidup mereka. Model yang lebih dikenal saat ini adalah model konstruktivisme dimana model tersebut lebih menekankan siswa untuk mencari tahu sendiri dan membangun pengetahuannya sendiri serta menjadikan guru sebagai fasilitator.

4. Guru Fisika

Guru merupakan sosok yang selalu dikenang bahkan selalu diingat sepanjang hayat. Guru juga merupakan sosok yang mampu mempengaruhi sifat atau karakter anak didiknya. Guru bukanlah semata-mata sumber ilmu atau pentransfer ilmu kepada anak didiknya melainkan guru adalah sosok yang dapat digugu dan ditiru. Peran guru di sekolah sangatlah besar, selain ahli dalam bidang kognitif, gurupun ahli dalam mamancarkan nilai-nilai karakter yang ada pada dirinya kepada siswa di sekolah.

Dalam hal ini, guru fisika dan karakter yang diharapkan adalah (Suparno, 2007:99):

a) Yang terus belajar

Guru IPA diharapkan untuk terus belajar bidang ilmunya serta juga semakin mendalami sifat dan isi yang disampaikan. Konsepnya perlu dikuasai dan juga metodologi yang khas dari ilmu terkait serta guru IPA juga mengerti konteks


(37)

bahan yang diajarkan serta kaitan bahan itu dengan kehidupan masyarakat maupun bidang lain.

b) Kreatif, Kritis, dan Inovatif

Mengajar merupakan suatu seni, yang tidak dapat dipaketkan sekali untuk selamanya. Mengajar, apalagi mendidik, setiap kali perlu dilihat situasi, keadaan, konteks siswa yang dibantu. Sebagai karya seni, maka guru diminta untuk selalu mengembangkan kreativitas, daya khayal, daya imaginasi, dan juga kebebasannya berpikir untuk dapat menemukan model dan pendekatan yang terbaik bagi perkembangan siswa.

Guru juga perlu kritis dengan situasi dan keadaan yang ada di sekolah, yang dihadapi siswa, yang ada di lingkungan, termasuk dengan aturan-aturan main yang ada. Kekritisannya didasari pada pemikiran yang rasional dan objektif, namun sekaligus didasari pada imaginasi dan komitmen terhadap kemajuan siswa. Guru IPA di tempat-tempat sulit lebih dituntut daya inovasinya. Terkadang lingkungan sekolah tidak mempunyai saran dan fasilitas seperti yang diharapkan. Maka dalam situasi tersebut perlu berpikr, apa yang hendak dilakukan untuk tetap membantu siswa maju. Keterbatasan fasilitas tidak menjadikan mati atau putus asa, tetapi justru menjadi tantangan tersendiri untuk lebih berinovasi dan berguna untuk mengembangkan siswa.

5. Materi Optika A. Alat-Alat Optik


(38)

1. Mata

Mata merupakan alat penglihatan bagi kita. Mata memiliki bagian-bagian penting yang menetukan daya penglihatan kita. Mata terdiri atas:

a) Kornea

Kornea berupa selaput tipis yang berfungsi melindungi bagian dalam mata dari pengaruh luar. Kornea memiliki indeks bias sekitar 1,376. Di belakang kornea terdapat semacam cairan yang disebut aqueous humor. Cairan ini memiliki indeks bias sama dengan air, yaitu 1,33. Cairan ini berfungsi sebagai pembasuh mata.

b) Iris

Iris adalah selaput bola mata yang membentuk celah lingkaran. Warna iris memberikan warna pada mata.

c) Pupil

Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk iris. Pupil berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Di saat terdapat sedikit cahaya yang masuk ke mata, iris akan mengendur dan pupil akan membesar sehingga lebih banyak cahaya yang masuk ke mata. Di saat banyak terdapat cahaya yang masuk ke mata, iris akan menegang dan pupil akan mengecil sehingga cahaya yang masuk ke mata berkurang.

d) Lensa mata

Lensa mata berupa lensa cembung yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata.


(39)

e) Retina

Retina juga disebut selaput jala. Retina terletak di bagian belakang. Ia berfungsi sebagai layar untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Bayangan yang terbentuk di retina bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. Permukaan retina dilapisi jutaan sel peka cahaya. Semua sel bermuara ke syaraf optik yang meneruskan informasi ke otak. Meskipun bayangan yang terbentuk di retina berkebalikan dengan benda aslinya, otak kita tetap memiliki kesan bahwa bayangan itu tegak.

f) Pembentukan Bayangan di Retina

Kita dapat melihat suatu benda dengan jelas jika bayangan benda itu tepat di retina. Lensa mata mampu menebal dan menipis sesuai jarak benda yang diamati. Kemampuan lensa mata untuk menebal dan menipis ini disebut daya akomodasi mata. Mata dikatakan berakomodasi maksimum jika lensa mata dalam keadaan paling tebal. Sebaliknya, mata dikatakan tak berakomodasi jika lensa mata dalam keadaan tipis. Untuk melihat benda yang jauh tak berhingga, mata tak berakomodasi, lensa mata dalam keadaan paling tipis. Jarak terjauh yang masih teramati dengan jelas oleh mata tak berakomodasi ini disebut titik jauh ataupunctum remotum.Untuk melihat benda benda yang mendekat dengan jelas, lensa mata akan menebal hingga batas maksimum daya akomodasinya. Jarak terdekat benda dari mata yang masih teramati dengan jelas oleh mata berakomodasi maksimum ini disebut titik dekat atau punctum proximum.


(40)

Mata normal (emetrop) memiliki titik dekat sekitar 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Ada beberapa gangguan penglihatan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Miopi

Miopi disebut juga rabun jauh atau terang dekat. Penderita miopi tak dapat melihat benda jauh secara jelas. Pada penderita miopi, bayangan benda jatuh di depan retina. Penderita miopi dibantu dengan kacamata berlensa cekung. Kekuatan lensa pada kacamata untuk penderita miopi dapat ditentukan dengan rumus P =

( )

, P adalah kekuatan lensa (dalam satuan dioptri), sedangkan ( ) adalah jarak titik jauh penderita miopi (dalam satuan cm).

b) Hipermetropi

Hipermetropi disebut juga rabun dekat atau terang jauh. Penderita hipermetropi tidak dapat melihat benda dengan secara jelas. Titik dekatnya lebih dari 25 cm. pada penderita hipermetropi, bayangan benda jatuh di belakang retina. Penderita hipermetropi dibantu dengan kacamata berlensa cembung. Kekuatan lensa pada kacamata untuk penderita hipermetropi dapat ditentukan dengan rumus P =

-( ), P kekuatan lensa (dioptri), S adalah jarak benda dari mata (cm), jika tidak disebutkan, S = 25 cm, sedangkan ( )adalah jarak titik dekat mata penderita hipermetropi (cm).


(41)

c) Presbiopi

Penderita presbiopi tidak dapat jelas melihat benda yang letaknya jauh dan benda yang letaknya dekat. Baik titik jauh maupun titik dekat penderita presbiopi telah bergeser dari posisi normalnya. Presbiopi biasanya terjadi karena usia tua. Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu lensa positif dan lensa negatif.

d) Astigmatisme

Astigmatisme atau mata silindris terjadi karena bentuk kornea atau lensa mata yang terlalu cembung di salah satu sisinya. Akibatnya sebuah titik akan terlihat sebagai garis. Benda bergaris dapat dilihat jelas, tetapi dalam arah tertentu saja, misalnya vertikal atau horizontal. Penderita astigmatisme dibantu dengan kacamata berlensa silinder.

2. Kamera

Prinsip kerja kamera mirip dengan mata, bayangan jatuh pada film, lapisan peka cahaya yang dibuat dari bahan seluloid. Ketika cahaya dari benda dengan berbagai intensitas mengenai film, tercetaklah bayangan pada film. Peran lapisan film pada kamera adalah menangkap bayangan. Hasil foto yang baik ditentukan oleh pencahayaan yang tepat. Diafragma pada kamera berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

3. LUP

Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih besar daripada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar. Bayangan yang dihasilkan lup bersifat maya, tegak, diperbesar. Jika bayangan


(42)

jatuh di tak berhingga, mata dapat mengamati bayangan itu tanpa berakomodasi. Hal ini terjadi jika benda diletakkan pada focus lup. Perbesaran bayangan pada lup untuk mata tak berakomodasi adalah M = dengan adalah jarak titik dekat mata dan f adalah jarak focus lup. Mata akan berakomodasi maksimum jika bayangan benda jatuh di titik dekat mata. Perbesaran bayangan pada lup pada saat mata berakomodasi maksimum ini adalah M = + 1.

4. Mikroskop

Untuk melihat benda atau makhluk yang sangat kecil seperti bakteri dan virus, kita memerlukan mikroskop. Mikroskop mampu memperbesar bayangan objek hingga 1000 kali. Mikroskop terdiri dari 2 lensa cembung. Lensa yang langsung berhadapan dengan mata disebut lensa okuler, sedangkan lensa yang berhadapan dengan benda lensa objektif. Lensa okuler mikroskop berfungsi sebagai lup. Bayangan yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler. Bayangan dari lensa ibjektif ini harus terletak antara pusat optis dan titik focus lensa okuler. Perbesaran bayangan pada mikroskop merupakan hasil kali antara perbesaran oleh lensa objektif dan perbesaran oleh lensa okuler M = X . Oleh karena lensa okuler berperan sebagai lup, perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi adalah: = sedangkan perbesaran okuler saat mata berakomodasi maksimum


(43)

5. Teropong

Teropong merupakan alat untuk melihat benda-benda jauh. Teropong berfungsi “mendekatkan” benda ke mata kita. Ada dua jenis teropong yaitu teropong bias dan teropong pantul. Teropong bias menggunakan lensa, sedangkan teropong pantul menggunakan cermin. Perbesaran bayangan pada teropong bintang untuk mata tak berakomodasi dapat ditentukan dengan rumus: M = . Panjang teropong bintang (d) adalah jarak antara lensa objektif dan okulernya: d = + .

6. Materi Gelombang A. Gelombang

Gelombang dapat diartikan sebagai usikan atau gangguan yang merambat. Usikan merupakan salah satu bentuk energi. Jadi, gelombang merupakan fenomena perambatan energi.

1. Jenis-jenis Gelombang

Gelombang dapat dikelompokkan berdasarkan arah rambat dan medium perambatannya. Berdasarkan arah rambatnya, gelombang dibedakan menjadi gelombang longitudinal dan gelombang transversal. Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dibedakan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

a) Gelombang Longitudinal dan Gelombang Transversal

1) Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya, misalnya gelombang bunyi, gelombang seismik (gempa), dan gelombang pada slinki.


(44)

2) Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus arah getarnya, misalnya gelombang cahaya dan gelombang pada tali.

b) Gelombang Mekanik dan Gelombang Elektromagnetik

1) Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium untuk merambat. Gelombang mekanik dapat berupa gelombang transversal maupun longitudinal. Beberapa contoh gelombang mekanik adalah gelombang pada tali (merambat melalui tali), gelombang permukaan air (merambat melalui permukaan air), gelombang seisemik (merambat di permukaan tanah), dan gelombang bunyi (merambat melalui udara). 2) Gelombang Elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak

memerlukan medium untuk merambat. Dengan kata lain gelombang elektromagnetik dapat merambat di ruang hampa. Gelombang elektromagnetik memiliki spectrum yang cukup lebar meliputi gelombang radio, gelombang mikro, sinar inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet, sinar-x, dan sinar gamma.

2. Sifat-sifat Umum dan Karakteristik Gelombang a) Sifat-sifat Umum Gelombang

Gelombang memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut: 1) Dapat dipantulkan (refleksi)

2) Dapat dibiaskan (refraksi) 3) Dapat dilenturkan (difraksi) 4) Dapat dipadukan (interferensi)


(45)

5) Dapat dikutubkan (polarisasi)

Sifat umum pertama hingga keempat di atas dimiliki oleh gelombang transversal maupun gelombang longitudinal. Sifat kelima hanya dimiliki oleh gelombang transversal, gelombang longitudinal tidak mengalami polarisasi. Fenomena difraksi terjadi ketika gelombang melewati celah sempit. Gelombang akan dilenturkan.

b) Karakteristik Gelombang

Sifat khas dari gelombang adalah sebagai berikut: 1) Periodik

Geombang bersifat periodik, berarti memiliki siklus tertentu. Waktu untuk menempuh satu siklus gelombang disebut periode (T), panjang satu siklus gelombang disebut panjang gelombang (λ), sedangkan banyaknya siklus dalam 1 sekon disebut frekuensi (f). Periode berbanding terbalik dengan fekuensi. Makin kecil periode, makin besar frekuensinya sesuai persamaan: f = 1/T.

2) Terjadi karena Getaran

Gelombang terbentuk karena adanya getaran, yaitu gerak bolak balik di sekitar titik keseimbangan. Jarak jauh dari titik kesetimbangan disebut amplitudo (A).

3) Merambat

Gelombang merupakan fenomena perambatan energi. Ada yang merambat, berarti ada nilai cepat rambatnya. Nilai cepat rambat


(46)

gelombang (v) dapat ditentukan berdasarkan nilai panjang gelombang, periode, dan frekuensinya sesuai persamaan:

v = λ/T atau v = λf

4) Dapat dinyatakan dalam Bentuk Persamaan

Oleh karena gelombang bersifat periodik, maka persamaan gelombang menggunakan fungsi perodik juga. Fungsi periodik yang sering digunakan untuk menjelaskan persamaan gelombang adalah fungsi sinus dan fungsi cosinus.

B. Persamaan Gelombang 1. Persamaan Getaran

Getaran adalah gerak bolak balik di sekitar titik kesetimbangan. Misalkan sebuah titik bergetar secara periodik. Jika jarak simpangannya (y) diplot terhadap waktu (t), kurva yang akan diperoleh adalah kurva fungsi periodik.

Kurva periodik bias berupa kurva sinus maupun cosinus. Jika pada saat awal (t = 0 sekon) simpangannya nol (y = 0), fungsi gelombangnya berbentuk: y = A sin ωt dengan ω = 2πfadalah kecepatan sudut getaran itu.

Jika pada saat awal (t = 0 sekon) simpangannya maksimum (y = A) fungsi periodiknya berbentuk: y = A cos ωt. Gelombang bersifat merambat sehingga memiliki besaran cepat rambat atau kecepatan (v). Oleh karena getaran merupakan elemen dasar gelombang, maka seluruh karakteristik getaran juga dimiliki oleh gelombang. Ampltudo getaran adalah amplitudo gelombangnya,


(47)

frekuensi getaran adalah frekuensi gelombangnya, dan periode getaran merupakan periode gelombangnya.

2. Persamaan Gelombang Berjalanan

Persamaan gelombang berjalan yang merambat dari kiri adalah: y = A sin (ωt –kx)

Persamaan gelombang berjalan yang merambat dari kanan adalah: y = A sin (ωt + kx)

nilai (ωt + kx) dan (ωt –kx) dinamakan sudut fase. Selisih fase antar dua gelombang adalah selisih sudut fase kedua gelombang itu.

3. Gelombang Stasioner

Gelombang stasioner juga disebut gelombang berdiri. Gelombang stasioner berbentuk akibat gerak medium yang berlawanan arah dengan gelombang atau akibat pertemuan dua gelombang yang arahnya berlawanan. a) Gelombang Stasioner Akibat Pemantulan Pada Ujung Terikat

Persamaan gelombang stasionernya adalah: y = 2A sin (kx) cos (ωt). Amplitudo gelombang stasioner pada ujung terikat itu adalah As= 2A sin (kx). Perut (puncak atau lembah) gelombang stasioner diperoleh jika As = |2A|, yaitu saat sin kx = ± 1 atau saatkx = nπ/2, dengan n = 1, 3, 5,…

Dengan mengingat k = 2π/ λ, syarat terjadinya perut gelombang dapat ditulis sebagai2πx / λ = n π/2, dengan n = 1, 3, 5,… atau x = nλ/ 4 atau x = (2n + 1) λ/4. Adapun terjadi simpul adalah jika sin kx = 0 atau saat kx = n π, dengan n= 0, 1, 2,…

2πx / λ = n π dengan n = 0,1,2,.. atau x = n(1/2 λ)


(48)

Persamaan gelombang stasionernya adalah: Y = 2A cos (kx) sin (ωt). Besar amplitudo gelombang stasioner pada ujung bebas in adalah: As = 2A cos (kx). Perut gelombang dicapai jika, As = |2A| atau saat cos (kx) = ±1. Dengan mengingat k = 2π/ λ, syarat dicapainya perut gelombang dapat dinyatakan sebagai cos (2πx / λ) = ±1. Diperoleh 2πx / λ = nπ dengan n=0,1,2,… atau x = n λ/2. Adapun simpul gelombang diperoleh jika cos (2πx / λ) = 0, berarti 2πx / λ = n π/2 atau x = n λ/4 dengan n= 1, 3, 5… atau x = (2n + 1) λ/4 dengan n = 0, 1, 2 ….


(49)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif kuantitatif dalam bentuk penyebaran angket kepada siswa untuk mengetahui nilai karakter apa yang telah didapatkan siswa dan dilakukan siswa melalui pelajaran fisika. Penelitian deskriptif kualitatif dalam bentuk wawancara guru dan observasi kelas untuk melihat bagaimana cara guru menyampaikan nilai karakter itu serta nilai karakter apa saja yang telah dilakukan oleh siswa lewat pelajaran fisika.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 25 Juli–16 Agustus 2013 2. Tempat penelitian

SMA YPPK St. Thomas Wamena, Papua.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi siswa/i dan guru fisika SMA YPPK St Thomas Wamena, Papua.

Sampel penelitian ini adalah 52 orang yang terdiri dari 25 siswa/i kelas XI IPA, 27 orang siswa/i kelas XII IPA dan 1 guru fisika kelas XI dan XII.


(50)

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner, wawancara dan observasi.

1. Kuesioner Nilai Karakter

Kuesioner ini diberikan kepada siswa/i hanya sekali dalam satu kelas selama peneliti melakukan penelitian yaitu sesudah pelajaran fisika dilaksanakan, dengan tujuan mengetahui sejauh mana nilai-nilai karakter telah dipersiapkan oleh guru dan nilai-nilai karakter telah didapatkan oleh siswa.

Kuesioner nilai karakter ini dibuat dengan kisi-kisi kuesioner nilai-nilai karakter. Adapun kisi-kisi kuesioner nilai-nilai-nilai-nilai karakter ini berdasarkan atas paparan para ahli pada bagian landasan teori, dimana peneliti mengambil landasan berdasarkan Kemdikbud dan dipadukan dengan hakekat fisika (pengetahuan, proses dan sikap). Nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab. Kisi-kisi kuesioner ini terdiri dari kuesioner nilai pada materi OPTIKA untuk kelas XI IPA dan GELOMBANG untuk kelas XII IPA. Kisi-kisi kuesioner nilai karakter seperti pada Tabel 6 dan Tabel 7:


(51)

No Karakter

TOPIK SUB TOPIK NILAI

KARAKTER

INDIKATOR PERNYATAAN

1. Optika Teori sifat-sifat cahaya, teori pembiasan cahaya pada lensa, dan alat-alat optik

Religius • Berdoa sebelum memulai pelajaran

• Mengagumi ciptaan Tuhan

• Saya berdoa sebelum memulai pelajaran

• Saya semakin mengagumi ciptaan Tuhan

2. Jujur • Mengerjakan soal-soal ujian

sesuai kemampuann • Tidak mencontek dalam

mengerjakan soal-soal

• Saya mengerjakan soal-soal ujian sesuai kemampuan yang saya miliki

• Saya tidak mencontek dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan

3. Toleransi • Menerima adanya perbedaan

pendapat antar satu dan yang lain • Menerima perbedaan agama

dengan teman-teman didalam kelas

• Saya menerima adanya perbedaan pendapat antar sesama saya

• Saya menerima perbedaan agama dengan teman-teman didalam kelas

4. Disiplin • Datang ke kelas sebelum jam

pelajaran dimulai

• Mengumpulkan tugas tepat waktu

• Saya datang ke kelas sebelum jam pelajaran dimulai

• Saya mengumpulkan tugas tepat waktu

5. Kerja keras • Tidak menyerah dalam

menyelesaikan tugas-tugas • Belajar sungguh-sungguh untuku

mendapatkan hasil ujian yang baik

• Saya tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas-tugas


(52)

sungguh-hasil ujian yang baik

6. Cinta tanah air • Semakin mencintai Papua lewat

materi optika

• Mencintai budaya yang dimiliki sekarang

• Saya semakin cinta pada Papua lewat materi optika yang diajarkan

• Saya mencintai budaya yang saya miliki sekarang

7. Optika Teori sifat-sifat cahaya, teori pembiasan cahaya pada lensa, dan alat-alat optik

Bersahabat / komunikasi

• Senang berdiskusi dengan teman-teman

• Senang dikelompokkan dengan teman siapa saja dalam belajar

• Saya senang berdiskusi dengan teman-teman dalam belajar atau menyelesaikan tugas-tugas.

• Saya senang dikelompokkan dengan teman siapa saja dalam belajar.

8. Gemar membaca • Senang membaca buku fisika

karena telah belajar optika • Senang membaca buku atau

Koran atau majalah sebagai bahan bacaan menyenangkan

• Saya senang membaca buku fisika, setelah belajar optika • Saya senang membaca buku

atau Koran atau majalah sebagai bahan bacaan yang menyenangkan

9. Peduli sosial • Semakin mencintai sesama

• Senang membantu teman dalam belajar

• Saya semakin mencintai sesama saya

• Saya senang membantu teman saya dalam belajar

10. Menghargai

prestasi

• Menerima prestasi yang telah dicapai

• Menerima perbedaan prestasi yang didapat

• Saya menerima prestasi yang telah saya capai

• Saya menerima prestasi teman sekelas saya yang lebih tinggi dari saya


(53)

• Menjaga ketenangan kelas berkelahi terhadap sesama • Saya bisa menjaga ketenangan

didalam kelas

12. Tanggung Jawab • Menyelesaikan tugas sampai

tuntas dan sungguh-sungguh • Tidak melepaskan masalah yang

belum diselesaikan sampai tuntas

• Saya menyelesaikan pekerjaan rumah sampai tuntas dan sungguh-sungguh

• Saya diajarkan untuk tidak melepaskan masalah yang belum diselesaikan sampai tuntas

13. Kreatif • Semakin kreatif dalam belajar

dan menyelesaikan soal-soal fisika

• Kreatif dalam menyelesaikan masalah hidup

• Saya semakin kreatif dalam belajar dan menyelesaikan soal-soal fisika

• Saya semakin kreatif dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hidup saya

14. Mandiri • Dapat menyelesaikan soal-soal

tanpa bantuan orang lain • Bisa dengan cepat memahami

materi yang diberikan

• Saya dapat menyelesaikan soal-soal ujian tanpa bantuan orang lain

• Saya bisa memahami materi yang diberikan guru dengan cepat

15. Demokratis • Senang melakukan perdebatan

yang baik dengan teman

mengenai materi yang diajarkan • Senang mengemukakan pendapat

saat proses belajar mengajar

• Saya senang melakukan perdebatan dengan teman mengenai materi yang diajarkan guru

• Saya senang mengemukakan pendapat saat proses belajar mengajar


(54)

teman

• Mencari buku-buku lain sebagai sumber pengetahuan

atau teman

• Saya mencari buku-buku lain sebagai sumber pengetahuan

17. Peduli lingkungan • Diajarkan untuk lebih mencintai

lingkungan

• Peka terhadap lingkungan

• Saya diajarkan untuk lebih mencintai lingkungan • Saya semakin peka dengan

keadaan yang terjadi di lingkungan saya

18. Semangat

kebangsaan

• Bangga dan mengakui bangsa Indonesia

• Dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam belajar fisika

• Saya bangga dan mengakui bangsa Indonesia

• Saya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam belajar fisika

Tabel 7. Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter materi GELOMBANG No

Karakter

TOPIK SUB TOPIK NILAI

KARAKTER

INDIKATOR PERNYATAAN

1. Gelombang Jenis-jenis gelombang, sifat-sifat umum gelombang, persamaan gelombang

Religius • Berdoa sebelum pelajaran dimulai

• Belajar bersyukur

• Saya berdoa sebelum pelajaran dimulai

• Saya bersyukur karena masih dilindungin Tuhan dari bencana alam yang terjadi

2. Jujur • Tidak mengikuti jawaban teman

saat ujian

• Mengerjakan PR, tugas , ujian tanpa mencontek hasil karya

• Saya tidak mengikuti jawaban teman saat ujian

• Saya mengerjakan PR, tugas , ujian tanpa mencontek hasil


(55)

3. Disiplin • Tidak terlambat dalam mengikuti pelajaran

• Mematuhi aturan-aturan yang disepakati bersama

• Saya tidak terlambat dalam mengikuti pelajaran

• Saya mematuhi aturan-aturan yang disepakati bersama setiap pelajaran fisika

4. Kerja keras • Berjuang mengerjakan soal-soal

yang sulit

• Selalu berusaha memahami penjelasan yang diberikan oleh guru

• Saya berjuang mengerjakan soal-soal yang sulit

• Saya selalu berusaha memahami penjelasan yang diberikan oleh guru

5. Kreatif • Dapat menghasilkan suatu

penemuan baru sebagai bahan tambahan dalam belajar • Senang mengerjakan soal-soal

dengan metode belajar yang berbeda

• Saya dapat menghasilkan suatu penemuan baru sebagai bahan tambahan dalam belajar • Saya senang mengerjakan

soal-soal dengan metode belajar yang berbeda

6. Mandiri • Selalu menyelesaikan soal-soal

ujian tanpa bantuan orang lain • Selalu mengandalkan

kemampuan pribadi

• Saya selalu menyelesaikan soal-soal ujian tanpa bantuan orang lain

• Saya selalu mengandalkan kemampuan pribadi

7. Demokratis • Dapat mengungkapkan pendapat

terhadap sesama dalam belajar bersama

• Senang bertanya kepada guru saat pelajaran berlangsung

• Saya dapat mengungkapkan pendapat terhadap sesama dalam belajar bersama • Saya senang bertanya kepada

guru saat pelajaran berlangsung

8. Rasa ingin tahu • Selalu mencari tahu tentang

materi gelombang lewat

buku-• Saya selalu mencari tahu tentang materi gelombang


(56)

• Senang menggali informasi dari alam sekitar yang dilihat, dengar dan rasakan

• Saya senang menggali informasi dari alam sekitar yang saya lihat, dengar dan rasakan

9. Semangat

kebangsaan

• Bangga sebagai anak Indonesia • Dapat mengharumkan nama

bangsa dengan mengikuti lomba-lomba

• Saya bangga sebagai anak Indonesia

• Saya dapat mengharumkan nama bangsa dengan mengikuti lomba-lomba

10. Menghargai

prestasi

• Berusaha mengikuti lomba-lomba yang diadakan

• Berusaha yang terbaik untuk mendapatkan hasil ujian yang baik

• Saya berusaha mengikuti lomba-lomba yang diadakan • Saya berusaha yang terbaik

untuk mendapatkan hasil ujian yang baik

11. Bersahabat /

komunikasi

• Menerima dikelompokan dengan teman siapa saja

• Dapat membuat orang lain atau teman sekelompok nyaman dengan keberadaannya

• Saya menerima dikelompokan dengan teman siapa saja • Saya dapat membuat orang lain

atau teman sekelompok nyaman dengan keberadaan saya

12. Cinta damai • Tidak membuat keributan saat

belajar

• Senang dengan suasana kelas yang tenang dan damai

• Saya tidak membuat keributan saat belajar

• Saya senang dengan suasana kelas yang tenang dan damai

13. Gemar membaca • Selalu membiasakan diri untuk

membaca materi sebelum pelajaran

• Selalu membaca materi yang telah diberikan

• Saya selalu membiasakan diri untuk membaca materi sebelum pelajaran

• Saya selalu membaca materi yang telah diberikan


(57)

sampai tuntas

• Dapat dipercaya sebagai penangungjawab

tugas-tugas sampai tuntas • Saya dapat dipercaya sebagai

penangungjawab dalam suatu kelompok

15. Jenis–jenis

gelombang

Toleransi • Dapat menerima perbedaan hasil ujian

• Senang dikelompokan dengan teman yang beda suku, agama, etnis,dsb.

• Saya dapat menerima perbedaan hasil ujian • Saya senang dikelompokan

dengan teman yang beda suku, agama, etnis,dsb

16. Peduli sosial • Senang membantu sesama dalam

kesulitan belajar

• Semakin peduli terhadap sesama dalam hal apapun

• Saya senang membantu sesama dalam kesulitan belajar

• Saya semakin peduli terhadap sesama dalam hal apapun 17. Gelombang mekanik Cinta tanah air • Semakin cinta bangsa Indonesia

• Mengakui bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sering terkena bencana alam

• Saya semakin cinta bangsa Indonesia

• Saya mengakui bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sering terkena bencana alam

18. Gelombang mekanik

dan gelombang elektromagnetik

Peduli lingkungan • Selalu berusaha menjaga kelestarian lingkungan

• Bekerja sama dalam merawat dan menjaga lingkungan

• Saya selalu berusaha menjaga kelestarian lingkungan • Saya senang bekerja sama

dalam merawat dan menjaga lingkungan


(58)

2. Wawancara Guru

Wawancara dengan guru dirancang oleh peneliti untuk mengetahui persiapan guru dalam mengajarkan nilai-nilai karakter, bagaimana cara guru menyampaikan nilai-nilai karakter, serta bagaimana cara mengecek nilai-nilai karakter itu telah sampai kepada siswa atau belum.

Adapun susunan pertanyaan yang akan diajukan kepada guru sebagai berikut:

a) Apa yang anda siapkan dan pikirkan untuk mengajarkan nilai karakter? b) Apakah pada RPP (Rancangan Persiapan Pembelajaran) pelajaran fisika

terdapat nilai-nilai karakter?

c) Nilai-nilai karakter apa saja yang dimasukkan dalam pelajaran fisika, khususnya untuk semester I tahun ajaran 2013/2014?

d) Apakah nilai-nilai karakter yang Anda masukkan pada RPP itu berdasarkan Kemdikbud atau hasil pemikiran anda?

e) Bagaimana cara Anda menyampaikan nilai-nilai karakter di kelas?

f) Metode apa yang menurut Anda membantu pembentukan nilai-nilai karakter pada siswa/i yang sudah Anda ajarkan?

g) Bagaimana anda mengecek nilai-nilai karakter di kelas?

h) Apakah menurut Anda, mata pelajaran yang Anda ajarkan ini (mata pelajaran fisika) dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter?

i) Kesulitan dan kendala apa saja yang Anda alami dalam mengajarkan nilai-nilai karakter lewat pelajaran fisika? Mengapa?


(59)

3. Observasi Kelas dan Video

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat situasi kelas, bagaimana cara guru menyampaikan nilai karakter, bagaimana guru mengecek nilai-nilai karakter itu sampai pada siswa/i, serta nilai-nilai karakter apa saja yang telah dilakukan siswa/i melalui pelajaran fisika.

Observasi kelas juga membantu memperkuat jawaban-jawaban kuesioner siswa dan jawaban-jawaban yang dipaparkan guru melalui wawancara. Peneliti menggunakan video untuk merekam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan video dilakukan pada kelas XI IPA dan XII IPA.

E. Validitas

Validitas kuesioner nilai-nilai karakter dan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang digunakan peneliti pada peneliti adalah validitas isi. Selain itu peneliti meminta pendapat para pakar atau ahli yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan. Validitas ini dapat ditunjukkan dengan kisi-kisi pembuatan kuesioner pada Tabel 6 dan Tabel 7.

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Kuesioner Siswa

Untuk mengetahui nilai-nilai karakter siswa, peneliti menggunakan kuesioner nilai karakter. Jawaban siswa menggunakan skala Likert, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:


(60)

Sangat Sesuai Sesuai Cukup Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai

(5) (4) (3) (2) (1)

Kuesioner terdiri dari 36 pernyataan dengan 5 (lima) pilihan jawaban untuk mengukur nilai karakter siswa. Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Skor butir pernyataan bersifat positif:

a) Materi Optika untuk kelas XI IPA • Skor untuk setiap siswa

Skor minimal = 1 x 36 = 36 Skor maksimal = 5 x 36 = 180 Range = 180–36 = 144 • Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval 144 : 5 = 28,8 dibulatkan menjadi 29.

b) Materi Gelombang untuk kelas XII IPA • Skor untuk setiap siswa

Skor minimal = 1 x 36 = 36 Skor maksimal = 5 x 36 = 180 Range = 180–36 = 144 • Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval 144 : 5 = 28,8 dibulatkan menjadi 29.

Skor ini diklasifikasi menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi (Sangat baik), tinggi (baik), cukup,rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat kurang).


(61)

Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan nilai-nilai karakter siswa. Penentuan kategori hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 berikut.

Tabel 8. Kriteria Nilai Karakter Siswa Kelas XI IPA materi Optika

No Skor peserta didik Kategori Jumlah

siswa/i %

1 152–180 Sangat tinggi/ sangat baik

2 123–151 Tinggi/ baik

3 94–122 cukup

4 65 - 93 Rendah/ kurang

5 36 - 64 Sangat rendah/ sangat kurang

Tabel 9. Kriteria Nilai Karakter Siswa Kelas XII IPA materi Gelombang

No Skor peserta didik Kategori Jumlah

siswa/i %

1 152–180 Sangat tinggi/ sangat baik

2 123–151 Tinggi/ baik

3 94–122 cukup

4 65 - 93 Rendah/ kurang

5 36 - 64 Sangat rendah/ sangat kurang 2. Analisis Wawancara Guru

Data ini dianalisis secara kualitatif berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi dan dengan melihat proses belajar mengajar yang dilakukan guru.

3. Analisis Data Observasi

Data ini dianalisis secara kualitatif dengan melihat hal-hal yang banyak terjadi dan apa yang terjadi di proses belajar mengajar.


(62)

46

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Perencanaan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa perencanaan dan persiapan, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar. Adapun beberapa hal yang disiapkan yaitu:

a) Mempersiapkan Instrumen penelitian seperti kuesioner siswa mengenai pendidikan nilai-nilai karakter, instrumen wawancara guru Fisika, dan alat-alat pengambilan gambar untuk proses pengamatan selama penelitian.

b) Memasukan surat ijin dan meminta ijin penelitian kepada Bapak Kepala Sekolah SMA YPPK ST THOMAS Wamena, Papua.

c) Meminta ijin kepada guru Fisika SMA YPPK ST THOMAS Wamena, Papua dan membicarakan untuk memulai penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukakan di sekolah menengah umum swasta daerah PAPUA di SMA YPPK ST Thomas Wamena, Papua. Sekolah ini merupakan sekolah heterogen yang terdiri dari 559 siswa/i. Akan tetapi dalam penelitian ini, sampel yang diambil oleh peneliti berjumlah 53 siswa/i yang terdiri dari 25 siswa/i kelas XI IPA dan 28 siswa/i kelas XII IPA.

Pada penelitian ini peneliti melakukan 2 kali pengamatan dengan menggunakan video pada masing-masing kelas (XI IPA dengan materi optika dan XII IPA dengan materi gelombang). Tahap pengamatan ini dilakukan dengan


(63)

tujuan untuk memperoleh data tentang nilai-nilai karakter yang didapatkan dan dilakukan oleh siswa/i dan bagaimana cara guru meyampaikan nilai-nilai karakter. Selain pengamatan, peneliti juga mewawancarai guru bidang studi fisika. Pada SMA YPPK ST Thomas Wamena ini hanya terdapat 1 (satu) orang guru bidang studi fisika. Tahap ini dilakukan untuk mengkonfirmasi apa yang disiapkan guru fisika, kemudian pada Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) pelajaran fisika, bagaimana cara guru menyampaikan nilai-nilai karakter serta cara guru mengecek nilai-nilai karakter. Selain itu juga, peneliti memberikan kuesioner nilai-nilai karakter pada siswa/i kelas XI IPA dan XII IPA dengan tujuan untuk melihat nilai-nilai karakter apa saja yang sudah didapatkan oleh siswa/i setelah mempelajari materi optika untuk kelas XI IPA dan gelombang untuk kelas XII IPA.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juli-12 Agustus 2013, dengan melakukan pengamatan, pengambilan video, dan memberikan kuesioner nilai-nilai karakter pada siswa/i.

Adapun kendala-kendala yang terjadi pada saat proses pengambilan data selama penelitian adalah:

a) Alur penelitian yang berubah membuat peneliti kewalahan dalam pengambilan data (yang seharusnya hari pertama ke sekolah hanya memberikan surat ijin akan tetapi peneliti langsung diijinkan untuk mulai observasi atau pengamatan atau merekam jalannya proses belajar mengajar). b) Alur penelitian yang awalnya direncanakan seperti wawancara guru terlebih


(1)

Gambar 9. Guru secara mandiri menuliskan persamaan-persamaan dipapan tulis

Gambar 10. Siswa mengerjakan soal di papan tulis dan dipantau oleh guru

Gambar 11. Guru melihat dan berdiskusi dengan siswa hasil pekerjaan soal yang diberikan


(2)

126

Gambar 12. Siswi saling kerjasama tanpa memandang suku

Gambar 13. Siswa meminta guru memeriksa hasil pekerjaan

Gambar 14. Siswi-siswi bekerja sama mengerjakan soal yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

Gambar 15. Guru memantau keadaan siswi yang mengerjakan soal


(4)

128

Lampiran 20: Foto Pengambilan Data Pertemuan Pertama Kelas XII IPA

Gambar 17. Siswa/i bersama-sama mendiskusikan percobaan pengantar yang diberikan oleh guru sebelum memulai materi

Gambar 18. Siswa mengerjakan hasil diskusi secara mandiri

Gambar 19. Siswa/i bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Gambar 20. Siswi mengerjakan hasil diskusi secara mandiri

Gambar 21. Seorang siswi membantu menjelaskan kepada siswi yang lain


(6)

130

Lampiran 21: Foto Pengambilan Data Pertemuan Kedua Kelas XII IPA

Gambar 23. Guru menjawab pertanyaan dari seorang siswa

Gambar 24. Guru bersama siswa/i berdiskusi bersama membahas jawaban yang dikerjakan salah seorang siswi

Gambar 25. Seorang siswa mengerjakan soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI