Kajian Pustaka Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 subtema indahnya peninggalan sejarah kelas IV Sekolah Dasar.

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Rasional Dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum dari KTSP menuju kurikulum 2013 tentunya tidak serta merta dilakukan pemerintah tanpa alasan tertentu yang memberi dampak perubahan positif ke arah yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang dicanangkan pemerintah saat ini lebih rasional dan syarat elemen perubahan dari kurikulum sebelumnya. Menurut PERMENDIKBUD No.67 Tahun 2013 tentang kurikulum SD, rasional pengembangan kurikulum 2013 tersebut mencakup beberapa faktor, antara lain: 1 Tantangan Internal Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif 15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020- 2035 pada saat angkanya mencapai 70. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi manusia-manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. 2 Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization WTO, Association of Southeast Asian Nations ASEAN Community, Asia-Pacific Economic Cooperation APEC, dan ASEAN Free Trade Area AFTA. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS dan Program for International Student Assessment PISA sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. 3 Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: a Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama, b Pola pembelajaran satu arah interaksi guru-peserta didik menjadi pembelajaran interaktif interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber media lainnya, c Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet, d Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan saintifik e Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis tim f Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; g Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan users dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; h Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal monodiscipline menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidisciplines; dan i Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. 4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1 Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2 Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan educational leader; dan 3 Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. 5. Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperoleh dari buku sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber atau referensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreatifitas guru

2. Penguatan Pendidikan karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempelcap. Jadi karakter itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Dumadi, dalam Adisusilo 2011: 76. a. Menurut Aristoteles dalam Lickona 2012 karakter yang baik adalah kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. b. Menurut Novak dalam Lickona 2012 karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah”. c. Menurut Foester dalam Adisusilo 2011: 77 menyatakan bahwa karakter adalah sesuatu yang mengualifiksi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman ontingen yang selalu berubah. Jadi, karakter merupakan kumpulan nilai yang ada dan melekat pada diri seseorang yang menjadi identitas dan sifat tetapnya. Karakter seseorang merupakan bawaan yang terdapat dalam pribadinya, setiap pribadi memiliki karakter yang berbeda. Namun, karakter seseorang dapat berubah karena bisa dipengaruhi oleh lingkungannya. Bila lingkungan tempat tinggalnya baik maka, pengaruhnya juga akan baik, begitupun sebaliknya, karakter seseorang biasanya dipengaruhi oleh keluarga, pendidikan, pergaulan, tempat kerja dan lain-lain. Karakter sangat berguna dalam kehidupan, karena ukuran kesuksesan seseorang bukan hanya dinilai dari segi kognitifnya saja melainkan juga dari tingkah laku atau karakter yang dimilikinya. Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai dan budaya ke dalam diri seseorang atau masyarakat sehingga membuat seseorang dan masyarakat tersebut bisa lebih beradab. Pendidikan bukan hanya proses membagi ilmu pengetahuan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain atau masyarakat tetapi, pendidikan pada umumnya mempunyai fungsi sebagai sarana untuk membudayakan dan membagi atau menyalurkan nilai-nilai kepada orang lain. Dalam penyaluran nilai dan pembudayaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya juga harus mencakup tiga aspek dasar kemanusian yaitu, 1 afektif, yang akan tercermin pada kualitas keimanan,ketakwaan akhlak mulia,serta kepribadian yang unggul. 2 kognitif, akan terlihat dari kemampuan berpikir dan daya intelektualitas untuk memahami ilmu pengetahuan dan teknologi serta bisa menggali dan mengembangkan ilmu tersebut. 3 psikomotorik, akan terlihat dari kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis. Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang karakter, yang dikutip dari sebuah buku berjudul, “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah” dan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1. Menurut Suyanto 2009, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, bangsa dan negara. 2. Menurut Philips 2008, mengatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. 3. Koesoma 2007, Menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha memajukan yang dilakukan secara sadar, bertahap dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang relavan sehingga anak dapat mengembangkan potensi dirinya. Tujuannya agar anak memiliki kepribadian, berakhlak mulia dan budi pekerti sehingga karakter dapat terbentuk dan menjadi ciri khas dari anak didik. Menurut Suyanto 2009 dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan cognitive, perasaan felling, dan tindakan action. Menurut Sumantri 2010 dalam Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Dalam pendidikan karakter terdapat enam etik utama yaitu 1 dapat dipercaya trustworthy seperti jujur,dan integritas. 2 memperlakukan orang lain dengan hormat treats people with respect 3 bertanggung jawab responsible 4 adil fair 5 kasih sayang caring 6 warga Negara yang baik good citizen. Menurut F.W Foerster dalam, Adisusilo 2011, mengatakan bahwa ada 4 ciri dasar dari pendidikan karakter yaitu: 1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai. 2. Koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh pada prinsip tidak mudah terombang-ambing pada situasi. 3. Otonomi maksudnya, seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dari luar sehingga menjadi nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Menurut Lickona dalam Adisusilo 2011 menyatakan bahwa ada 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat terlaksana secara efektif antara lain: 1. Kembangkan nilai-nilai universal dasar sebagai fondasinya 2. Definisikan karakter secara komperhensif yang mencangkup pikiran,perasaan dan perilaku 3. Gunakan pendekatan yang komperhensif, disengaja, dan proaktif. 4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian 5. Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral. 6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil. 7. Mendorong motivasi peserta didik 8. Melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral 9. Tumbuhkan kebersamaan dan kepimpinan moral 10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra 11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.

3. Pendekatan tematik integratif

Berdasarkan Ahmadi Amri 2014: 221 dalam buku Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif menyatakan bahwa pendekatan tematik integratif ini sudah dikenal pada kurikulum 1984. Intinya, tiap pelajaran harus berpijak pada tema atau subtema tertentu, dan tiap bahan pelajaran tidaklah berdiri sendiri melainkan dipadukan diintegrasikan dengan bahan pelajaran yang lain. Dalam belajar bahasa Indonesia, bahan pelajaran dapat dipadukan secara internal, misalnya keterampilan berbicara dengan tema pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat dan frasa. Sedangkan secara eksternal dipadukan dengan sastra atau bahasa Indonesia dapat dipadukan dengan mata pelajaran yang lain. Misalnya, untuk pelajaran kalimat majemuk, guru dapat memadukan kalimat majemuk dengan keterampilan membaca, dan bacaan itu diambil dari buku teks Sejarah, Ekonomi, Biologi, IPA, IPS, dan sebagainya. Artinya, siswa dapat ditugasi untuk mencari dan menemukan contoh-contoh kalimat majemuk di dalam buku-buku teks itu. Pembelajaran di sekolah dasar dengan kurikulum 2013 dilakukan secara tematik integratif. Melalui sistem tematik integratif, indikator mata pelajaran IPA dan IPS akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Di sekolah dasar, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan tematik integratif berdasarkan tema-tema yang sudah disusun. 1. Bagaimana menciptakan pembelajaran tematik integratif: a Tema yang akan dibawakan dalam pembelajaran harus memiliki muatan rasa ingin tahu siswa. b Tema harus didesain untuk membangun solusi dari konflik yang disampaikan. c Kemampuan mendengar dan menyimak guru lebih diutamakan daripada berceramah. 2. Kelebihan pembelajaran tematik integratif a Premis utama pembelajaran tematik integratif terpadu bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan additional opportunities untuk menggunakan talentanya. b Menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. c Relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar. d Menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar e Memiliki perbedaan kualitatif qualitatively different dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi higher levels of thinking atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda multiple thinking skills, sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 3. Manfaat pembelajaran tematik integratif a Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan b Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah c Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak brain- friendly classroom d Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplosi konsep- konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap e Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik dalam kehidupan berada dalam format ramah otak. f Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam keidupannya sehari-hari g Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas h Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan cariasi cara penilaian. 4. Tahap pembelajaran tematik integratif Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran tematik yaitu: a Menentukan tema. Dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik. b Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. c Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemostrasikan kegiatan dalam tema. Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Pengolaan Pembelajaran Tematik Integratif dalam lampiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan 2013 menyatakan bahwa pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran ke dalam satu tema. 1. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Integratif Pendekatan Saintifik Tabel 2. Ciri-ciri pembelajaran tematik integratif 2. Langkah-langkah perencanaan a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan b. Menetapkan KD dan indikator yang akan dipadukan c. Menginventarisir tema yang akan digunakan d. Menyusun matrik e. Menyusun kalender tematik f. Merancang pembelajaran 3. Prinsip pemilihanpenetapan tema Prinsip-prinsip pembelajaran tematik integratif: a. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar b. Sesuai dengan kurikulum dan harapan masyarakat c. Mempertimbangkan peristiwa otentik rill d. Tema tidak terlalu luas e. Bermakna f. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa g. Mampu menunjukkan sebagian besar minat siswa 4. Prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran tematik integratif a. Evaluasi diri dan penilaian lainnya b. Bersikap akomodatif, menampung ide-ide c. Tidak otoriter bukan single actor d. Tanggung jawab individu jelas dalam kerja kelompok

4. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah Modul guru Kelas SD, 2013 Barringer 2010 dalam Abidin 2014:125 mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin 2014:127 juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain: 1 Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2 Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis. 3 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik soft skill dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skill dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kemendikbud, 2013. b. Kriteria pendekatan saintifik Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika kegiatan pembelajaran metode yang digunakan memiliki kriteria yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran. Di bawah ini adalah kriteria dari pendekatan saintifik, yaitu : 1 Substansi atau materi pembelajaran pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2 Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3 Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4 Mendorong dan menginspirasikan peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5 Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapakan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Dalam Pendekatan Saintifik Dalam setiap pendekatan, model dan metode memiliki langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan. Di bawah ini adalah langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, yaitu: 1 Mengamati Langkah awal dari pendekatan saintifik adalah mengamati. Mengamati mempunyai peranan penting untuk dapat meneruskan ke langkah-langkah berikutnya. Dalam kegiatan mengamati yang menjadi tujuan utama adalah adanya pengalaman melihat langsung suatu objek, yang dialami oleh anak. Mengamati akan merangsang ke-ingintahuan anak. Melalui observasi anak bisa menyimpulkan bahwa materi yang disampaikan oleh guru atau pendidik memiliki hubungan yang erat dengan obyek yang diamati. Proses pengamatan atau mengamati dalam kegiatan pembelajaran memiliki langkah-langkah tersendiri, seperti yang tertera dalam Modul Kebijakan Pengembangan Profesi Guru SD 2013:210, Langkah-langkah pengamatan tersebut adalah:  Menentukan objek apa yang akan diamatidiobservasi  Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup obyek yang akan diobservasi  Menentukan secara jelas data-data apa yang akan diobservasi, baik primer maupun sekunder  Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar  Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam dan lain- lain. 2 Menanya Menanya adalah salah satu kegiatan yang biasa terjadi dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Menanya berarti mencari tahu tentang sesuatu yang belum jelas agar diperjelas oleh yang lebih mengerti. Dalam Modul Kebijakan Pengembangan Profesi Guru SD 2013:212, disebutkan ada beberapa fungsi bertanya yang dilakukan oleh anak yaitu: a Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topic pembelajaran. b Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. d Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan sikap, keterampilan dan pemahamannya atas substansi pelajaran yang diberikan. e Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan dan memberi pertanyaan dengan logis, sistematis dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. f Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. g Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. h Membiasakan peserta didik spontan dan cepat serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. i Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. 3 Menalar Menalar dalam konteks Kurikulum 2013 lebih menekankan pada situasi peserta didik yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Daya menalar atau daya berpikir anak akan lebih baik jika dalam kegiatan pembelajaran guru mampu menyusun beberapa kiat untuk meningkatkan daya menalar peserta didik. Dalam Modul Kebijakan Pengembangan Profesi Guru SD 2013:218, disebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan daya menalar anak adalah: a Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. b Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tetapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. c Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana persyaratan rendah sampai yang kompleks persyaratan tinggi. d Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. e Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. f Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. g Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. h Guru mencatat semua kemajuan pesereta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pelajaran perbaikan. 4 Mencoba Agar pengalaman siswa semakin nyata dan mencapai hasil belajar yang maksimal atau kontekstual, lalu membekas dalam ingatan anak maka, anak dituntut agar mencoba. Terutama untuk materi-materi yang bisa langsung dipraktekan. Misalnya tentang air, anak bisa langsung diajak keluar kelas, ketempat yang adanya airnya dan meminta anak untuk membuktikannya secara langsung. 5 Membentuk jejaring Akhir dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan metode saintifik adalah membentuk jejaring maksudnya siswa dituntut agar bisa menyimpulkan mengaitkan semua kegiatan pembelajaran yang dipelajari dari langkah awal sampai tahap mencoba, sehingga semuanya menjadi sebuah kesatuan yang utuh. d. Kelebihan pendekatan sains Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sains memiliki kelebihan, Kelebihan-kelebihan tersebut adalah: 1 Kegiatan pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu 2 Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta pemikiran subyektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4 Mendorong siswa dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mampu mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

5. Penilaian Otentik

Dalam proses pembelajaran di kelas tentunya tidak terlepas dari aspek penilaian. Pada kurikulum 2013, penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian otentik. Menurut Kemendikbud 2013, penilaian otentik authentic assesment adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik mencakup ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah dari assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi, sedangkan istilah authentic merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Penilaian otentik secara konseptual bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Penerapan penilaian otentik digunakan untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan kontruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Nurgiyantoro dalam Abidin 2014:77 mengemukakan bahwa penilaian otentik pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian yang tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, melainkan proses kegiatan pengajaran itu sendiri, sehingga informasi yang diperoleh dapat menjadi umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Secara lebih terfokus Johnson, et al. dalam Abidin 2014:79 mengatakan pada dasarnya penilaian otentik adalah penilaian performa yakni penilaian yang dilakukan untuk mengetahui proses pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran dalam mencapai produk atau hasil belajar tertentu. Mueller dalam Nurgiyantoro 2011:23 juga menyatakan penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan esensi pengetahuan dan keterampilan. Hal senada juga dikemukakan oleh Abidin 2014:83 bahwa penilaian otentik menekankan pada pemberian tugas yang akan membentuk unsur-unsur metakognisi dalam diri peserta didik seperti kemauan mengambil resiko, kreatif, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan tanggung jawab terhadap karya dan tugas yang dilakukan secara komprehensif. Berdasarkan pemaparan para ahli di atas terkait penilaian otentik maka dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari input, proses, sampai output dari kegiatan pembelajaran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian otentik lebih menekankan pada aktivitas pemberian tugas-tugas untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata yang akan membentuk metakognisi dalam diri peserta didik. Menurut Kemendikbud 2013 penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria PAK. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal KKM. KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. a. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”peer evaluation oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian rating scale yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1 Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2 Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 3 Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. 4 Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. 1 Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2 Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3 Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah danatau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian rating scale yang dilengkapi rubrik. 1 Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. 2 Proyek adalah tugas-tugas belajar learning tasks yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3 Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, danatau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

6. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Agar mendapatkan sebuah perangkat pembelajaran yang baik, diperlukan model yang sesuai dengan dengan sistem pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Kemp karena model ini lebih lengkap dibandingkan model pengembangan perangkat pembelajaran yang lain. Berikut merupakan bagan dan pemaparan pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp. Gambar 1. Bagan Model Jerold E.Kemp a. Identifikasi Masalah Pembelajaran Instructional Problems Tahap ini bertujuan utnuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, baik dalam model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang dikembangkan, selanjutnya dapat disusun dengan cara pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kurikulum. b. Analisis siswa Learner Characteristic Tahap ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karakter peserta didik meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman secara individu ataupun kelompok. Hasil dari analisis peserta didik dapat dijadikan acuan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran. Analisis tersebut antara lain: 1 tingkah laku awal peserta didik, menurut Kardi dalam Trianto 2010: 83 mengatakan bahwa perlunya mengidentifikasi keterampilan peserta didik sebelum melaksanakan proses pembelajaran., 2 karakteristik peserta didik, menurut Ibrahim dalam Trianto 2010: 83 analisis peserta didik dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik baik dalam perseorangan ataupun dalam kelompok. Analisis dapat berupa kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadapat mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan berkerja sama, keterampilan sosial dan lainnya. c. Analisis Tugas Task Analysis Analisis tugas merupakan kumpulan dari langkah untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis tugas bertujuan untuk mengetahui dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Analisis tugas tidak lain dengan analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penugasan tentang tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPPTH dan Lembar Kegiatan Siswa LKS. d. Merumuskan Indikator Intructional Objective Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Indikator yang dirumuskan berfungsi sebagai alat untuk merancang kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan dan cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik. e. Urutan Isi Content Sequencing Urutan isi ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan untuk membantu siswa memahami pelajaran. f. Strategi Pembelajaran Instructional Strategies Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu menentukan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang diyakini dapat memberikan pengalaman yang berguna dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan. g. Cara Penyampaian Pesan atau Isi Pembelajaran Instructional Delivery Cara penyampaian pesan atau isi pembelajaran dengan memilih gambar atau media yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami pengetahuan tersebut. h. Penyusunan Instrumen Evaluasi Evaluation Instrument Penyusunan hasil belajar merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengukur ketuntasan indikator dan penugasan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Kriteria penilaian yang dilakukan adalah penilaian acuan patokan, sehingga instrumen yang dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran yang khusus telah dirumuskan. i. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran Instructional Resources Pemilihan media dan sumber pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil analisis tujuan, analisis karakteristik siswa, dan analisis tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan media dan sumber pembelajaran yang digunakan. Pemilihan sumber pembelajaran yang baik dapat memotivasi peserta didik, melibatkan peserta didik, dan menjelaskan pembelajaran dengan lebih menarik. j. Pelayanan Pendukung Support Services Pelayanan pendukung adalah semua pihak yang ikut terlibat antara lain, guru, mitra, tata usaha, tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, pelayanan tenaga kerja, jadwal penyelesaian tahapan perencanaan dan pengembangan juga dibutuhkan. k. Evaluasi formatif Formative Evaluasi formatif merupakan bagian yang penting dari proses perancangan pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar. Evaluasi formatif dilakukan selama pengembangan dan uji coba. l. Evaluasi Sumatif Summarative Evaluation Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil uji akhir unit dan uji akhir untuk pelajaran tertentu. m. Revisi Perangkat Pembelajaran Revision Revisi dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukan, saran, dan penilaian yang diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar.

1. Silabus

Berdasarkan Daryanto Aris Dwicahyono 2014: 6 dalam buku pengembangan perangkat pembelajaran Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar menyatakan bahwa silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata pelajaran, Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD, Indikator, Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1 Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2 Materi pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi. 3 Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berintekrasi dengan objek belajar. 4 Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Standar Isi. 5 Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai. 6 Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu. 7 Sumber belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu. Untuk mendapatakan silabus yang baik maka harus memenuhi beberapa hal yang penting berkaitan dengan silabus yaitu: a. Pengembangan silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP pada atau pusat kegiatan guru PKG, dan Dinas Pendidikan. 1 Guru Sebagai tenaga professional yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap kemajuan belajar siswa, seorang guru diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya secara mandiri. 2 Kelompok guru Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak seolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut. 3 Musyawarah guru mata pelajaran MGMP Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah lain melalui forum MGMPPKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMPPKG setempat. 4 Dinas pendidikan Dinas pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing- masing. b. Prinsip Pengembangan silabus 1 Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2 Relevan Cakupan, kedalam, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3 Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4 Konsisten Ada hubungan yang konsisten ajeg, taat asas antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5 Memadai Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6 Aktual dan kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7 Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasikan variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8 Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi kognitif, afektif, psikomotorik. 9 Desentralistik Pengembangan silabus ini bersifat desentralistik. Maksudnya bahwa kewenangan pengembangan silabus bergantung pada daerah masing-masing, atau bahkan sekolah masing- masing. c. Tahap-tahap pengembangan silabus 1 Perencanaan Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. 2 Pelaksanaan Dalam melaksanakan penyusunan silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. 3 Perbaikan Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. pengkajian dapat melibatkan para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guruinstruktur, kepala sekolah, pengawas, staf professional dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. 4 Pemantapan Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan kepada Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. 5 Penilaian silabus Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum.

2. RRPTH

Menurut Kemendikbud tentang standar proses 2013:5-6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar KD. Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPPTH terdiri atas: a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan b. Identitas mata pelajaran atau temasubtema; c. Kelassemester; d. Materi pokok; e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; g. Kompetensi dasar danindikatorpencapaiankompetensi; h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan m. Penilaian hasil pembelajaran.

3. Lembar Kerja Siswa LKS

Menurut Daryanto 2014:175-176 lembar kerja siswa student work sheet adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa atau lembaran kegiatan yang berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori atau praktik. Tahapan dalam menyusun LKS adalah, melakukan analisis kurikulum yang terdiri dari KI, KD, indikator, dan materi pembelajaran, menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul LKS, menulis LKS, menentukan alat penilaian. Struktur penyusunan LKS secara umum antara lain: a. Judul, mata pelajaran, semester, tempat b. Petunjuk belajar c. Kompetensi yang akan dicapai d. Indikator e. Informasi pendukung f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja g. Penilaian

4. Bahan Ajar

Berdasarkan Daryanto Aris Dwicahyono 2014 dalam buku pengembangan perangkat pembelajaran Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar menyatakan bahwa bahan ajar merupakan sebuah informasi, alat dan teks yang diperlukan guruinstruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guruinsektor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Selain itu, bahan ajar juga merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungansuasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan:1. Kurikulum, 2. Karakteristik sasaran, 3. Tuntutan pemecahan masalah belajar. Jadi, bahan ajar merupakan sebuah informasi atau seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dan membangun suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. 1. Tujuan dan manfaat penyusunan bahan ajar, bahan Ajar disusun dengan tujuan: a Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik b Membantu peserta didik dalam memperoleh alternative bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh c Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran 2. Jenis Bahan Ajar a Bahan ajar pandang visual terdiri atas bahan cetak printed seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leafleat, wallchart, fotogambar, dan non cetak non printed, seperti modelmaket. b Bahan ajar pandang dengar audio seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. c Bahan ajar pandang dengar audio visual seperti video compact disk, film. d Bahan ajar multimedia interaktif interactive teaching material seperti CAI Computer Assisted Instruction, compact disk CD multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web web based learning materials.

5. Media

Berdasarkan Iif Khoiru Ahmadi Sofan Amri 2014: 237 dalam buku Pengembangan Model Pembelajaran Temtik Integratif menyatakan bahwa media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin disalurkan kepada penerima pesan, dan materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai adalah proses pembelajaran. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Rudi dan Bretz 1971 mengklasifikasikan media menjadi tujuh kelompok, a. Media audio visual gerak merupakan media yang paling lengkap yaitu menggunakan audio visual dan gerak. b. Media audio visual diam merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya karena ia mempunyai semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak. c. Media audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan gerakan nyata secara utuh. d. Media visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara. e. Media visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara ataupun gerak. f. Media audio, media yang hanya memanipulasikan kemampuan secara semata. g. Media cetak, merupakan media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf, angka, dan symbol verbal tertentu. Sebagai bagian dari sistem pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemamuan untuk: 1 Membuat konkret konsep abstark 2 Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang 3 Mengamati gerakan yang cepat 4 Memungkin siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungannya 5 Memungkinkan keseragaman dan persepsi antar peserta didik 6 Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang ataupun disimpan menurut kebutuhan 7 Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan ruang dan waktu.

6. Penilaian

Berdasarkan Khoiru Ahmadi Amri 2014: 240 dalam buku Pengembangan Model Pembelajaran Temtik Integratif menyatakan bahwa penilaian merupakan pengumpulan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas belajar peserta didik. Penilaian juga dimaksudkan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan kesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan Tranto. 2007: 87. Tujuan dari penilaian adalah untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai anak didik selama mengikuti pembelajaran. 1. Fungsi penilaian sebagai berikut: a Memberikan umpan balik kepada guru untuk menyempurnakan pembelajaran. b Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk membimbing perkembangan anak didik baik fisik maupun psikis sehingga dapat berkembang secara optimal. c Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik yang memerlukan bimbingan khusus. d Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. e Memberikan informasi bagi orang tentang perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik sebagai pertanggungjawaban. f Sebagai informasi kepada orang tua untuk menyesuaikan pendidikan keluarga dengan proses pembelajaran di sekolah. g Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik. 2. Penilaian yang dilakukan harus secara terencana sesuai dengan aspek perkembangan yang dinilai sebagai berikut: a Sistematis b Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogaram. c Menyeluruh d Penilaian mencakup semua aspek perkembangan anak baik moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. e Berkesinambungan f Penilaian dilakukan secara bertahap dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan peserta didik. g Obyektif h Penilaian dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan sebagai adanya. i Mendidik j Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi dan mengembangkan anak didik secara optimal. k Kebermaknaan l Hasil penilaian harus mempunyai arti dan bermanfaat bagi guru, orang tua, dan anak didik serta pihak lain. Sedangkan berdasarkan Daryanto Aris Dwicahyono 2014 pada pengembangan perangkat pembelajaran Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar dalam buku pengembangan perangkat pembelajaran Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar menyatakan bahwa penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi angka atau deskripsi verbal, analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Selain itu, penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk anatara lain: penilaian unjuk kerja performance, penilaian sikap, penilaian tertulis paper and pencil test, penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerjakarya peserta didik portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan. 3. Prinsip-prinsip penilaian a Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu b Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri c Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik d Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik e Mengembangkan dan menyediakan system pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik f Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamata tingkah laku. g Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. h Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan institusi PasanganAsosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DUDI. Idealnya, lembaga yang menyelenggarakan uji kompetensi ini independen; yakni lembaga yang tidak dapat diintervensi oleh unsur atau lembaga lain. 4. Kegunaan penilaian a Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi. b Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial. c Untuk umpan balik bagi pendidikguru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. d Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan. e Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan Dinas Pendidikan Daerah dalam meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan. 5. Fungsi penilaian a. Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk perencanaan program belajar, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan sebagai bimbingan. c. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik, dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidikguru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya. e. Pengendali bagi pendidikguru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan